yang sangat cepat, kerang penggerek dapat melekatkan diri pada kayu dan mulai menyerang kayu dengan cara menggerek.
Setelah berada di dalam kayu, kerang penggerek akan bertambah besar dengan cepat dan mengembangkan tubuhnya yang khas seperti cacing. Untuk
menyesuaikan dengan tubuhnya yang semakin membesar cacing kapal ini akan membesarkan salurannya. Dalam kondisi yang cocok bagi pertumbuhannya,
cacing kapal dapat mencapai 1-4 kali dari ukuran normal, sedangkan diameternya dapat mencapai 1 inci, tergantung pasa spesiesnya.
Selama cacing kapal berkembang di dalam kayu, lubang masuknya hanya sedikit membesar sehingga meskipun dari luar tampak adanya sedikit lubang, tapi
bagian dalam kayu sudah banyak saluran dan lubang kayu yang menyerupai sarang lebah. Akibat serangan cacing kapal ini, kekuatan kayu menjadi menurun
secara drastis. Kerang penggerek jenis martesia bentuknya mirip dengan kerang kecil.
Tubuhnya sama sekali tertutup dalam suatu kulit berkatup dua, tetapi dalam struktur umum dan dalam penyerangannya terhadap kayu mirip dengan cacing
kapal. Kerusakan kayu akibat serangan martesia cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan kerusakan akibat cacing kapal.
Ü
Kepiting penggerek
Kepiting penggerek mempunyai struktur dan penampakan yang berbeda dengan kerang penggerek demikian juga cara menyerang dan merusaknya
Kepiting penggerek dalam hidupnya dapat bergerak bebas, tidak pernah mengalami kungkungan dalam kayu. Kerusakan yang ditimbulkan akibat
serangan kepiting penggerek relatif kecil jika dibandingkan dengan serangan yang diakibatkan oleh cacing laut.
2. Faktor Non biologis
Faktor biologis yang berpengaruh adalah cuaca dan api.
1. Cuaca
Permukaan kayu yang berhubungan langsung dengan kondisi lingkungan luar tanpa adanya perlindungan atau pelapisan bagian luar seperti cat dan vernis
dapat mengalami kerusakan. Kerusakan itu biasanya disebut pelapukan.
Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006
USU Repository © 2006
Jenis kerusakan ini berbeda dengan pelapukan akibat serangan cendawan karena pelapukan jenis ini terjadi akibat kombinasi dari beberapa faktor seperti
cahaya, perubahan dimensi kayu,akibat hujan dan panas secara bergantian, serta cendawan pembusuk lunak.
Pengguinaan kayu yang tidak di bawah naungan atap seperti sirap, pagar papan, list plang, dan penggunaan lainnya yang tidak dicat lama-kelamaan
permukaannya akan menjadi kasar, berkerut-kerut, retak-retak kecil,yang kadang- kadang meluas ke seluruh potongan kayu dan akhirnya permukaan kayu menjadi
rapuh.
2. Api
Api merupakan salah satu faktor nonbiotik, yang juga banyak menyebabkan kerusakn kayu. Sifat mudah terbakar adalah hambatan utama
dalam penggunannya sebagai bahan bangunan. Kenyataan telah membuktikan bahwa kayu adalah bahan bangunan primer yang akan terbakar dan menyala pada
suhu bakarnya. Karena itu, penggunaan kayu secara luas dan tanpa adanya batas sekat dalam pembuatan konstruksi gedung atau bangunan lainnya perlu
dihindari. Sebab-sebab terbakarnya kayu yang tidak dilindungi pada suhu rendah oleh sumber kebakaran tergantung pada spesiesnya, tetapi lebih ditentukan oleh
faktor seperti derajat kekeringan, suhu dari sumber panas, lamanya kena panas, ukuran dan bentuk kayu, serta detail dari konstruksi.
D. Pengawetan kayu
Pengawetan kayu merupakan suatu cara untuk meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan faktor biologis penyebab kerusakan kayu. Caranya adalah
dengan memasukan bahan kimia beracun ke dalam kayu, yang mengganggu kehidupan biologi tersebut sehingga kayu menjadi kebal terhadap serangan
organisme dan usia pakainya menjadi lebih lama dari sebelum diawetkan. Jenis bahan pengawet yang beredar di pasaran ada berbagai macam, sehinga dalam
memilih bahan pengawet harus diperhatikan beberapa hal antara lain: efikasi kayu terhadap organisme perusak, cara pengawetan yang akan dilakukan,
ketahanan melekat di kayu, sifat korositas, aman terhadap manusia dan hewan ternak serta lingkungan, mudah penanganan dan harganya murah.
Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006
USU Repository © 2006