Keterawetan Kayu ASPEK PENGAWETAN KAYU A.

Tabel 4. Kasifikasi Keawetan Kayu Berdasarkan Percobaan Kuburan Kelas Resistensi Penurunan Berat I Sangat awet 8 II Awet 5 – 8 III Agak awet 3 – 5 IV Tidak awet 1,5 – 3 V Sangat tidak awet 1,5

B. Keterawetan Kayu

Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh bahan pengawet, sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomi menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu. Keterawetan kayu sangat bervariasi; kayu gubal mempunyai keterawetan yang lebih tinggi karena bagian ini sebelumnya berfungsi sebagi penyalur air dari akar ke daun, sedangkan kayu teras mempunyai sifat keterawetan yang kurang baik, karena terbentuknya tylosis serta deposit-deposit lainnya yang menutupi sel-sel kayu. Jika kayu tidak awet dipakai untuk perumahan dan gedung maka usia pakainya akan pendek, sehingga harus menggantinya dengan kayu yang baru. Akibatnya konsumsi kayu sering melebihi kecepatan pertumbuhan pohon, dan menyebabkan menyusutnya persediaan sumberdaya hutan kayu yang makin lama terancam habis. Supaya kayu yang berkelas awet III, IV, dan V dapat digunakan dengan baik dan lebih awet sebaiknya diawetkan terlebih dahulu dengan cara pengawetan kayu. Pengawetan kayu adalah proses memasukkan bahan kimia beracun atau bahan pengawet ke dalam kayu untuk meningkatkan kelas awet suatu jenis kayu. Pemberian bahan pengawet ke dalam kayu tidak awet, diharapkan dapat memperpanjang usia pakai kayu, minimal sama dengan usia pakai kayu kelas awet I yang tidak diawetkan. Bahan pengawet adalah bahan-bahan kimia yang apabila dimasukan ke dalam kayu akan menyebabkan kayu menjadi tahan terhadap serangan faktor- faktor perusak kayu golongan biologis. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, bahan pengawet kayu dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu bahan pengawet berupa minyak, bahan pengawet larut minyak, dan bahan pengawet larut air. Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006 USU Repository © 2006 Dalam prakteknya yang dimaksud pengawetan kayu adalah perlakuan- perlakuan kimia. Ada empat faktor penting yang senantiasa diperhatikan dalam prose pengawetan kayu, yaitu: 1 Kondisi kayu yang diawetkan, 2 Bahan Pengawet, 3 Cara pengawetan, 4 Perlakuan setelah pengawetan. Keempat faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pengawetan baik, secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan. Efektifitas bahan pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh metode pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Besarnya absorbsi dan penetrasi yang bisa dicapai ditentukan oleh: 1 Struktur anatomi kayu, 2 Persiapan kayu sebelum diawetkan, 3 Metode pengawetan, dan 4 Jenis dan konsentrasi bahan pengawet. Menurut Barly dkk. 1995 dalam Djarwanto dan Abdurrahim 2000, paling tidak ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap sifat mudah tidaknya kayu diawetkan atau lebih dikenal dengan sifat keterawetan kayu, yaitu: 1 jenis kayu yang ditandai sifat yang melekat pada kayu seperti struktur anatomi, permeabilitas, kerapatan, dan sebagainya, 2 keadaan kayu pada waktu diawetkan, seperti bentuk kayu, gubalteras, kadar air, dan sebagainya 3 metode pengawetan yang diterapkan, dan 4 sifat bahan pengawet yang dipakai. Setiap jenis kayu mempunyai struktur anatomi dan kerapatan nyang beragam, bahkan keragaman ini tidak hanya pada antar jenis kayu yang berlainan saja, tetapi juga terjadi pada antar bagian dari suatu jenis yang sama. Akibatnya keterawetran setiap jenis kayu berbeda satu sama lainnya. Keterawetan merupak sifat kayu yang penting, yang menunjukkan mudah tidaknya suatu jenis kayu dimasuki larutan bahan pengawet. Sifat keterawetan dapat diogunakan untuk menduga cara pengawetan yang efisien terhadap suatu jenis kayu. Jenis kayu yang mempunyai keterawetan tinggi dapat diawetkan dengan proses yang sederhana, sebaliknya kayu yang mempunyai sifat keterawetan rendah harus diawetkan dengan prose vakum tekan dan mungkin pula harus memakai pengukusan terlebih dahulu agar porinya terbuka sehingga memberi kesempatan masuknya bahan pengawet kayu. Ridwanti Batubara : Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan, 2006 USU Repository © 2006

C. Organisme Perusak Kayu