Pajak Pertambahan Nilai PPN

2. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif Tjahjono dan Husein 2000. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Perlawanan Pasif Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk. 2. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan, yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Diantaranya dapat dibedakan cara-cara seperti penghindaran diri dari pajak, pengelakan atau penyelundupan pajak, dan melalaikan pajak.

2.2. Pajak Pertambahan Nilai PPN

Menurut Untung Sukardji Sukardji 1999 yang dimaksud dengan Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah: Pengenaan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun badan baik badan swasta maupun badan pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara. Dasar hukum pengenaan PPN adalah Undang-undang No.8 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-undang No.l 1 Tahun 1994, dan kemudian diubah Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 lagi dengan Undang-undang No.18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah. Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1983 yang telah diperbaharui terakhir dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, pada pasal 4 disebutkan bahwa PPN dikenakan atas: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; 2. Impor Barang Kena Pajak; 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; 5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dengan tarif 0. Pada PPN, dampak pengenaan pajak berganda tidak ada karena adanya mekanisme kredit pajak dan tarif pajak yang sama yaitu 10. Berdasarkan Undang undang No. 8 Tahun 1983 yang telah diperbaharui terakhir dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, pada pasal 9 angka 3 dan 4 dijelaskan bahwa: Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetorkan oleh Pengusaha Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 Kena Pajak. Sedangkan apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali restitusi atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

2.3. Pengusaha Kena Pajak PKP