Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji Otokorelasi

3.5. Uji Kesesuaian Test of Goodeness of Fit 3.5.1 Uji Determinasi R 2 Uji ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variable bebas. Apabila R 2 = 0, artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Sementara apabila R 2 =1, artinya variasi dari variabel terikat dapat diterangkan 100 oleh variabel bebas. Dengan demikian model regresi akan ditentukan oleh R 2 yang nilainya antara nol dan satu.

3.5.2 Uji F Hitung

Uji F hitung statistik digunakan untuk melihat secara bersama sama apakah ada pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat .

3.5.3 Uji Parsial uji – t

Uji Parsial digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.6. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi regresi linear klasik adalah tidak adanya multikolinearitas sempurna no perfect multicolinearity. Ada tiga hal yang perlu dibahas terlebih dahulu dalam multikolinearitas Sumodinongrat, 1994 : 1 multikolinearitas pada hakekatnya adalah fenomena sample. 2 multikolinearitas adalah persoalan derajat bukan persoalan jenis. 3 masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan liniear di antara variabel-variabel bebas. Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 Pengujian ini untuk mendeteksi multikolinearitas dengan cara melihat gejala – gejala yang biasa dipakai untuk melihat adanya multikolinearitas yaitu antara lain dengan melihat koefisien determinasi R 2 . Multikolinearitas terjadi apabila nilai F hitung terhadap F tabel tinggi tetapi tidak semua koefisien regresi signifikan. Apabila R 2 tinggi yaitu 0,7 sampai 1 maka antara variabel independen yang berkorelasi mungkin terjadi multikolinearitas.

b. Uji Otokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series. Sehingga terdapat saling ketergantungan antara faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh karena itu masalah autokorelasi biasanya muncul dalam data time series, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi dalam data cross sectional. Uji untuk melihat autokorelasi dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier Test LM-Test. Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan Variabel Variabel Penelitian

4.2.1. Pajak Pertambahan Nilai PPN

Pajak pertambahan nilai merupakan jenis pajak yang dikenakan atas barang dan jasa yang mengalami pertambahan nilai. Sebagaimana dalam penjelasan umum UU No. 8 Tahun 1983 dan telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000, dinyatakan bahwa pertambahan nilai itu sendiri timbul karena dipakainya faktor-faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN ada pada pedagangprodusen Pengusaha Kena PajakPKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP dikenal istilah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan. Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli memperoleh membuat produknya. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN; yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009