Dasar Perpajakan TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Perpajakan

Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun masingmasing definisi memiliki tujuan yang sama. Definisi pajak menurut Waluyo dan Ilyas 2000 adalah: Iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Adapun definisi pajak menurut Tjahjono dan Husein 2000 adalah sebagai berikut: Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Sedangkan pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro adalah: iuran rakyat kepada kas negara peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah Waluyo dan Ilyas 2000: 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 5. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. 6. Selain budgetary, pajak juga mempunyai tujuan lain yaitu regulatory. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung Waluyo dan Ilyas 2000. Berikut diuraikan pengertian masing- masing: 1. Pajak langsung Adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang Iain. Contoh: Pajak Penghasilan PPh. 2. Pajak tidak langsung. Adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN. Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak subjektif dan pajak objektif Waluyo dan Ilyas 2000, yaitu: 1. Pajak subjektif atau pajak yang bersifat perorangan Adalah pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan PPh. 2. Pajak objektif atau pajak yang bersifat kebendaan Adalah pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat objek pajaknya saja, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah. Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak Waluyo dan Ilyas 2000, yaitu: 1. Fungsi penerimaan Budgetary Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah atau untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah. Contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri 2. Fungsi mengatur Regulatory Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Selain itu, sebagai alat pengatur, pajak juga berfungsi untuk mengatur perekonomian guna menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, serta stabilitas ekonomi. Contoh: Dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah. Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 Dalam memungut pajak dikenal ada tiga sistem pemungutan Mardiasmo 2001, yaitu: 1. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. 2. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besamya pajak yang terutang terhadap Wajib Pajak. Di dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sesuai dengan Undang-undang No. 6 Tahun 1983 yang telah diperbaharui terakhir dengan Undangundang No. 16 Tahun 2000 akan dijumpai berbagai definisi atau istilah-istilah yang sudah baku. Beberapa definisi dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean; 2. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang- undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak; 3. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 tiga bulan takwim; 4. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek pajak dan atau bukan objek pajak atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; 5. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. Di dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1983 yang telah diperbaharui terakhir dengan Undang-undang No. 18 Tahun 2000 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, terdapat istilah berikut ini: 1. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak; Saepudin : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN Di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2009 2. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif Tjahjono dan Husein 2000. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Perlawanan Pasif Perlawanan pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk. 2. Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan, yang secara langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Diantaranya dapat dibedakan cara-cara seperti penghindaran diri dari pajak, pengelakan atau penyelundupan pajak, dan melalaikan pajak.

2.2. Pajak Pertambahan Nilai PPN