IDENTIFIKASI VARIABEL a. Variable dependen RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISA DATA DEFINISI OPERASIONAL

5 Tidur, respons lambat terhadap ketukan pada glabella atau rangsang verbal yang keras 6 Tak ada respons terhadap rangsang h. Hasil pengamatan pada kedua kelompok dibandingkan secara statistik. i. Penelitian dihentikan bila subjek menolak berpartisipasi, terjadi blok total spinal, kegawatan jalan nafas, jantung, paru dan otak yang mengancam jiwa.

3.7. IDENTIFIKASI VARIABEL a.

Variable independen : 1. midazolam 1 mg 2. midazolam 2 mg

b. Variable dependen

1. lama kerja blokade sensorik 2. derajat sedasi

3.8. RENCANA MANAJEMEN DAN ANALISA DATA

a. Data yang akan terkumpul dianalisa dengan program software SPSS versi 15 b. Pengujian kenormalan dilakukan dengan Kolmogorov-Siminov. c. Analisa data mula kerja blokade sensorik, mula kerja blokade motorik, lama kerja blokade sensorik, lama kerja blokade motorik dan derajat sedasi bila distribusinya normal dengan uji t -tidak berpasangan, sedangkan bila distribusinya tidak normal dengan uji chi-square. d. Batas kemaknaan yang ditetapkan 5 . e. Interval kepercayaan yang dipakai 95

3.9. DEFINISI OPERASIONAL

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah lama kerja blokade sensorik dan derajat sedasi. • Anestesi spinal : tindakan anestesi dengan cara memberikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Tehnik ini cukup efektif dan mudah dikerjakan. Obat anestesi lokal yang banyak digunakan adalah Bupivakain 0,5 hiperbarik. Pada penelitian ini, tinggi Freddy T.M. Naiborhu : Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal, 2009 USU Repository © 2008 blokade sensorik ditentukan sampai level setinggi Thorakal 10. Penilaian tinggi blokade sensorik dilakukan dengan tes pinprick, memakai jarum no.23. • Lama kerja blokade sensorik adalah penurunan level analgesia dan hilangnya efek analgesia obat anestetika lokal sehingga pasien mulai merasakan nyeri pada luka operasi. Dinilai dari regresi 2 segmen dan penilaian Visual Analog Scale VAS 3. • Regresi 2 segmen adalah penurunan tinggi level analgesia sebanyak 2 segmen dalam penelitian ini sampai Th 12. Dinilai pada linea mid clavicularis kiri dan kanan setiap 15 menit sampai penurunan tinggi blokade sensorik sebanyak 2 segmen tercapai. • Penilaian VAS 3 yaitu hilangnya blokade sensoris dan pasien pertama kali mulai merasakan nyeri ringan nyeri mencapai nilai VAS ≥ 3 pada tempat incisi atau daerah operasi. Dinilai setiap 30 menit, dimulai dari akhir penyuntikan obat anestesi spinal. Bila telah tercapai, kemudian pasien diberi analgetika intravena. • Lama kerja blokade motorik : waktu yang diperlukan untuk pemulihan pergerakan tungkai yaitu tungkai dapat mengangkat lutut dan telapak kaki skala Bromage 3 • Derajat blokade motorik menurut Bromage: Bromage 0 = Dapat mengangkat lutut dan telapak kaki Bromage 1 = Hanya mampu untuk fleksi lutut dan fleksi telapak kaki Bromage 2 = Tidak mampu fleksi lutut, masih mampu fleksi telapak kaki Bromage 3 = Tidak mampu menggerakkan kaki atau telapak kaki. 3,12,18 • Tekanan darah : hasil kali cardiac output dan tahanan perifer sistemik. Nilai normal untuk tekanan sistolik 90 – 120 mmHg dan tekanan diastolik 60 – 90 mmHg. Diukur dengan menggunakan alat ukur tekanan darah standar non invasif otomatis merek Omron yang telah ditera. Tekanan darah diukur setiap 3 menit setelah suntikan selama 30 menit pertama, tiap 5 menit sampai berakhirnya operasi bedah, selanjutnya setiap 30 menit sampai blok spinal turun 2 segmen. Bila terjadi hipotensi, pasien diberi 10 mg efedrin intravena dan cairan kristaloid 300 – 500 ml titrasi. • Laju nadi : jumlah pulsasi yang dirasakan pada suatu arteri permenit. Normalnya 60-100 x permenit. Laju nadi diukur tiap 3 menit setelah suntikan selama 30 menit pertama, tiap 5 menit sampai berakhirnya operasi bedah, selanjutnya tiap 30 menit sampai blok spinal turun 2 segmen. Bila terjadi bradikardia, diberi 0,5 mg sulfas atropin intravena. Freddy T.M. Naiborhu : Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal, 2009 USU Repository © 2008 • Laju nafas : jumlah satu siklus inspirasi dan ekspirasi dalam satu menit. Normalnya 12-20 x permenit. Derajat sedasi pada penelitian ini menggunakan skala modifikasi Ramsay. Skala sedasi modifikasi Ramsay: 1. Cemas, agitasi, tidak dapat tenang 2. Koperatif, orientasi baik dan tenang 3. Diam, hanya berespons terhadap perintah verbal 4. Tidur, respon yang cepat terhadap ketukan pada glabella atau rangsangan verbal yang keras 5. Tidur, respon lambat terhadap ketukan pada glabella atau rangsang verbal yang keras 6. Tidak ada respon terhadap rangsang. 12 ,3.10. MASALAH ETIKA Dalam penelitian ini dilakukan spinal anestesi. Pada spinal anestesi bisa terjadi beberapa kemungkinan: a. Total blok spinal anestesi. Hal ini bisa terjadi ketika dilakukan anastesi spinal, dimana obat anastesi lokal menyebar sampai memblok seluruh korda spinalis. 3 Penanganannya adalah dengan : o menjaga jalan nafas dengan melakukan intubasi o memberikan nafas buatan dan pemberian oksigen 100 o lakukan support sistem kardiovaskuler dengan penanganan hipotensi dan bradikardia . Penanganan hipotensi dengan : • memberi cairan kristaloid dan koloid secara cepat • posisikan pasien head down • penggunaan obat vasopressor seperti pemberian efedrin 10 mg IV. Epinefrin dapat diberikan bila pemberian efedrin tidak membantu. Penanganan bradikardia : • dengan memberikan sulfas atropin 0,5 mg IV. Bila terjadi henti jantung dilakukan resusitasi jantung paru. 1,2,3,26,27,28,29,30 Freddy T.M. Naiborhu : Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal, 2009 USU Repository © 2008 b. Terjadi Postdural Puncture Headache PDPH. Hal ini terjadi karena kebocoran cairan serebrospinal ketika penusukan spinal puncture dengan menggunakan jarum spinocan nomor besar ≥ nomor 23 G . Insiden kejadian PDPH di RS H. Adam Malik Medan dan RS Dr Pirngadi Medan sangat jarang karena menggunakan spinocan nomor 25 G. Namun bila terjadi juga dapat diatasi dengan: o posisi pasien tetap berbaring terlentang selama minimal 24 jam o diberikan rehidrasi yang adekuat melalui jalur intravena dan oral. o Pemberian obat analgesia seperti paracetamol dan NSAID 2,3,26 o Pemberian kafein dapat mengurangi PDPH dengan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah intra kranial. Kafein diberikan dalam bentuk kafein sodium benzoat 500 mg IV atau dalam bentuk minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi, atau coca-cola. 2,3,26,27 o Bila gejala belum berkurang dilakukan epidural blood patch. 27,28,30 c. Pada anestesi spinal juga bisa terjadi hipotensi akibat blok simpatis. Dikatakan hipotensi bila terjadi penurunan tekanan darah sampai 20 dari tekanan darah basal dan biasanya masih dapat ditolerir oleh pasien-pasien dewasa muda yang sehat. Untuk mengantisipasi terjadinya hipotensi sudah disiapkan obat efedrin dan cairan kristaloid. Bila terjadi hipotensi diberikan efedrin 10 mg, dan ektra cairan kristaloid sebanyak 250 ml. Bila perlu dapat diulangi pemberian efedrin 10 mg dan pemberian cairan kristaloid sampai 20 mlkg. 26,27,28,29 d. Bila pasien menggigil akan diberikan selimut, cairan infus yang dipakai dihangatkan, dan diberikan tramadol 0,5 mgkgBB IV. 27,30 Freddy T.M. Naiborhu : Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal, 2009 USU Repository © 2008

3.11. PROSEDUR KERJA

Dokumen yang terkait

Perbandingan efek analgesia dan kejadian hipotensi akibat anestesia spinal pada operasi bedah sesar dengan bupivakain 0.5% hiperbarik 10 mg dan 15 mg

0 88 157

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

3 119 93

Perbandingan Mula Kerja dan Lama Kerja Analgesia Bupivakain 0,5% Hiperbarik 7,5 mg Ditambah Fentanil 25 mcg dengan Bupivakain 0,5% Hiperbarik 7,5 mg Ditambah Meperidin 25 mg Pada Bedah Sesar dengan Anestesi Regional Subarakhnoid

5 109 145

Perbandingan Efek Penambahan Neostigmin Methylsulfate 25mg Dan 50mg Pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 Mg Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Dan Efek Samping Mual Muntah Dengan Anestesi Spinal Operasi Ekstremitas Bawah

0 52 79

Perbandingan Efektivitas Penambahan 2 mg Midazolam dengan 25 g Fentanil pada 12,5 mg Bupivakain 0,5% Hiperbarik Secara Anestesi Spinal untuk Operasi Ortoped i Ekstremitas Bawah-Comparison of Effectivity between 2 mg Midazolam and 25 g Fentanyl Added to 12

0 0 16

Perbandingan Anestesi Spinal Menggunakan Ropivakain Hiperbarik 13,5 mg dengan Ropivakain Isobarik 13,5 mg terhadap Mula dan Kerja Blokade Sensorik | Nainggolan | Jurnal Anestesi Perioperatif 232 929 1 PB

0 0 10

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 20

BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. ANESTESI SPINAL 2.1.1. Sejarah Anestesi Spinal - Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Perbandingan Efek Penambahan Neostigmin Methylsulfate 25mg Dan 50mg Pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 Mg Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Dan Efek Samping Mual Muntah Dengan Anestesi Spinal Operasi Ekstremita

0 0 16

Perbandingan Efek Penambahan Neostigmin Methylsulfate 25mg Dan 50mg Pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 Mg Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Dan Efek Samping Mual Muntah Dengan Anestesi Spinal Operasi Ekstremitas Bawah

0 0 14