Gempa Bumi STUDI LITERATUR

Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009.

BAB II STUDI LITERATUR

2.1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah keruntuhan tanah di dalam gua, tumbukan antara meteor dan permukaan bumi, serta peristiwa vulkanik. Namun pada umumnya gempa bumi disebabkan oleh pergerakan lempengan bumi peristiwa tektonik. Walaupun bumi ini padat, namun lempeng bumi selalu bergerak, pergesekan antara lempeng bumi menimbulkan tekanan berupa desakan antara kedua lempeng, apabila tekanan tersebut tidak tertahankan lagi, maka akan terjadi gempa bumi. Setiap hari bumi mengalami gempa, namun kebanyakan dalam skala kecil dan tidak menyebabkan kerusakan apa – apa. Gempa bumi kecil dapat juga mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut. Secara geografis Pulau Sumatera terletak di antara 6º LU dan 6º LS, serta di antara 95º BT dan 107º BT. Pada bagian barat Pulau Sumatera terdapat pertemuan atau benturan dari dua lempeng bumi yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng India Australia. Zona ini disebut juga zona subduction karena Lempeng Samudra Hindia - Australia terus aktif bergerak menghujam ke dalam Lempeng Eurasia Eropa – Asia. Gerakan Lempeng Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009. Samudera Hindia – Australia lebih aktif dibandingkan dengan Lempeng Benua Eurasia. Dorongan lempeng itu terhadap bagian Pulau Sumatera adalah sebesar 5,2 cmtahun, sedangkan terhadap bagian selatan Pulau Sumatera adalah sebesar 6 cmtahun. Akibat dorongan itu, Pulau Sumatera terbelah menjadi dua secara memanjang pulau. Lokasi belahan tersebut disebut dengan sesar Sesar Semangko. Bagian patahan yang kecil sebelah barat daya bergerak ke arah barat laut, sedangkan bagian yang besar sebelah timur laut bergerak ke tenggara. Pada daerah patahan, desakan dilawan oleh Lempeng Eurasia dengan gerakan ke arah barat daya. Bagian utara bergerak dengan kecepatan 2,7 cmtahun, sedangkan bagian selatan bergerak dengan kecepatan 1 cmtahun. Akibat gerakan – gerakan ini, wilayah Pulau Sumatera menjadi daerah yang memiliki seismisitas cukup tinggi. Pada beberapa tahun terakhir ini bencana alam berupa gempa bumi makin sering terjadi di Pulau Sumatera khususnya bagian utara, rangkaian gempa ini bermula sejak Gempa Simeulu pada tahun 2002 dengan magnetude 7.4 SR. Sejak terjadinya gempa tersebut, Pulau Sumatera semakin sering mengalami gempa baik gempa berskala besar maupun kecil, sehingga puncaknya adalah Gempa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 dengan magnetude 9.0 SR yang juga memicu terjadinya tsunami serta menewaskan ribuan jiwa. Setelah itu terjadi lagi Gempa Nias pada tangga 25 maret 2005 dengan magnetude 8.6 SR. Ada fenomena kerusakan yang luar biasa terjadi pada saat terjadi bencana di atas. Dari pemantauan yang dilakukan, terdapat beberapa kasus Muhammad Mabrur : Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru, 2009. likuifaksi terjadi di beberapa daerah di Aceh dan Nias. Hal ini mengindikasikan beberapa dataran di Pulau Sumatera tidak aman terhadap bahaya likuifaksi apabila terjadinya gempa besar.

2.2. Definisi Tanah