Sifat-Sifat Umum Mogas atau Bensin

heksana ON 34,0 menjadi isoheksana 2,3 dimetil butana ON 103,5. Atau mengubah butana menjadi isobutana. Kemudian dilanjutkan dengan proses : 1. Pemurnian treeting 2. Pencampuran Blending 3. Penambahan bahan kimia aditif Fessenden,1997

2.4. Sifat-Sifat Umum Mogas atau Bensin

Sifat umum yang diinginkan dari bensin adalah pembakaran yang tepat dimana pembakaran dimulai dari busi merambat lancar ke seluruh ruang pembakaran. Bahan bakar ini terdiri dari bahan yang tidak mudah menimbulkan ketukan di dalam mesin. Sifat-sifat lain yang diperlukan adalah tidak berbau, tidak bersifat korosif terhadap logam yang dipakai bahan untuk membuat mesin dan perlengkapannya, tidak mudah menguap dan tidak terlalu sukar menguap. Semua sifat-sifat ini harus memnuhi persyaratan spesifikasi :

2.4.1 Sifat pengetukan knocking

Pengetukan pada mesin timbul karena terjadi pembakaran abnormal, dimana bahan bakar terbakar sendiri sebelum waktunya di dalam ruang pembakaran. Pengetesan itu sendiri adalah suatu yang timbul dari logam yang mengakibatkan kerugian tenaga dan getaran mesin yang akibatnya lebih lanjut seperti melubangi piston. Campuran isooktana dan n-heptana dalam volum dipakai sebagai campuran pembanding terhadap sifat pengetukan. Isooktana murni 100 dinyatakan mempunyai angka oktan 100 dan 100 n-heptana bernilai oktan 0 Universitas Sumatera Utara nol. Sifat pengetukan ini diuji pada mesin CFR F-1 makin tinggi kualitas anti ketukan bensin maka semakin tinggi kemampuan bensin untuk menahan terjadinya ketukan dan semakin tinggi pada daya maksimum yang dihasilkan. Penambahan TEL Tetra Ethyl Lead adalah bahan anti ketuk yang umum dipakai, tetapi akan mengakibatkan umur pemakaian besi yang lebih pendek dan menghasilkan deposit yang merugikan. Disamping itu menimbulkan gas buang yang sangat berbahaya karena merupakan racun bagi manusia. Penyebab terjadinya knocking adalah: a. Pembanding komposisi yang terlalu tinggi sehingga suhu dan tekanan dan campuran udara bakar cukup tinggi untuk menyala dengan sendiri. b. Kualitas bahan bakar, angka oktan yang rendah cenderung akan meningkatkan terjadinya knocking. Untuk auto mobil digunakan bahan bakar bensin dengan angka oktan 89 – 93. c. Pembakaran tidak sempurna dan bentuk ruang bakar. Ruang bakar yang kompak lebih disukai, ruang bakar yang datar dan lebar pada motor pembakaran dan katup sisa penyulingan spontan cenderung meningkatkan terjadinya knocking karena penyebaran api memerlukan waktu. d. Pada motor dengan motor pengingin udara cenderung terjadi knocking dibandingkan motor pendingin air, karena pendiginan udara kurang baik. e. Pada kecepatan rendah dan beban berat knocking cenderung akan terjadi karena suhu menjadi tinggi dan gas tidak cukup berputar dan bergerak.Harjono,2001 Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Sifat Penguapan

Sifat penguapan dari mogas atau bensin motor mempengaruhi proses kerja dari mesin. Sifat penguapan diukur dari pemeriksaan destilasi dan pemeriksaan tekanan uap reid Reid Vapour Presure Test sifat penguapan ini mengontrol sifat bensin dalam permukaan: a. mudah dijalankan pada waktu dingin b. mudah mencapai panas operasi c. penghalang uap d. pengendapan es dalam karburator e. distribusi campuran di dalam silinder Bahan bakar harus mudah menguap agar mudah dimulai, cepat memanas, sebaliknya jangan terlalu cepat menguap untuk menghindari kehilangan karena penguapan, vapour lock terjadinya es di karburator. Pengenceran minyak pelumas biasanya diakibatkan oleh bagian yang sukar menguap. Bagian ini akan mencuci pelumas dari ruang bakar yang akibatnya lebih lanjut adalah proses pengausan menjadi lebih cepat.

2.4.3 Sifat Kestabilan

Gum atau Resin yang terkandung dalam mogas atau bensin akan menghasilkan deposit pada karburator dan pipa bahan bakar yang akan mengakibatkan tersembunyinya aliran bahan bakar. Pembentukan gum disebabkan oleh mogas yang mengandung olefin-olefin yang dihasilkan dari katalitik, proses membentuk polimer yang panjang. Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Sifat Korosi

Senyawa sulfur adalah senyawa yang tidak diinginkan yang terkandung dalam mogas. Sulfur bebas dan senyawa sulfur bila terbakar membentuk sulfur dioksida yang bereaksi dengan air yang dihasilkan dari pembakaran membentuk asam sulfit yang sedikit dengan sedikit oksida membentuk asam sulfat. Kedua asam tersebut bersifat korosi terhadap logam. Total sulfur ditentukan dengan cara lampu ASTM D-1266 yaitu dengan membakar sejumlah tertentu mogas di dalam lampu khusus, oksida sulfur diubah menjadi asam sulfat, kemudian jumlah asam sulfat ditentukan dengan cara titrasi atau grafimetri. Sifat korosi dari bahan korosif yang terkandung di dalam mogas dapat diuji dengan corrosion copper strip dimana sebuah lempeng tembaga yang sudah dibersihkan direndam di dalam mogas pada suhu dan waktu tertentu. Perubahan warna tembaga memberikan indikasi sifat korosi. Mudjirahardjo,1997

2.5. Pencampuran Mogas Blending Mogas