Adanya pembakaran bahan bakar yang tepat, yaitu pembakaran dari busi akan merambat secara cepat keseluruh ruang pembakaran, bahan bakar
tersebut tidak mudah menimbulkan ketukan dalam mesin. Ketukan dalam mesin timbul karena terjadi pembakaran abnormal. Secara umum mutu bahan
bakar ini ditentukan oleh kebutuhan angka oktan. Angka oktan riset bahan bakar bensin menunjukan mutu anti ketuk yang dimiliki oleh bahan bakar
tersebut. Terjadinya ketukan pada motor bensin tergantung pada angka oktan dari bahan bakar yang digunakan. Bila bahan bakar yang digunakan memenuhi
kebutuhan angka oktan dari motor bensin, maka tidak akan terjadi ketukan. Untuk membuat produk premium dari SR Naphta dan RCC Naphta
masing-masing oktan number nya harus diketahui dahulu. Setelah diketahui baru kita dapat menentukan komposisi volume SR Naphta dan RCC Naphta
tersebut.Berdasarkan hasil analisis menggunakan ASTM D2699 didapat angka oktan untuk SR Naphta sebesar 56.0 dan untuk RCC Naphta angka oktan
sebesar 93.0 berdasarkan data ini, menurut perhitungan rumus blending didapatkan komposisi 83 volume untuk RCC Naphta dan 17 volume
untuk SR Naphta. Didapatkan premium dengan angka oktan 88.3. padahal menurut perhitungan rumus blending seharusnya oktan yang didapatkan 86.6
hal ini dikarenakan adanya faktor blending yang dapat mempengaruhi hasil oktan blending sehingga hasil yang didapat tidak linier sama seperti
perhitungan tetapi lebih besar sedikit.
2.7 Research Octane Number
Dari bahan bakar fuel mesin lecutan api busi spark ignition engine
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan dengan mempergunakan test mesin dan kondisi operasi standard untuk diperbandingkan tendensi ketukannya knock characteristic dengan
campuran ‘primary reference fuel’ bahan bakar reference primer yang diketahui octane number-nya. Rasio kompresi dan rasio udarabahan bakar
diatur untuk memperoleh ‘standard knock intensity’ terhadap sample fuel yang diukur dengan mempergunakan system instrument detonationmeter electronic.
Tabel standard menunjukkan ‘knock intensity’ berhubungan dengan level ‘compression ratio’ mesin ke octane number untuk metode yang spesifik ini.
Rasio udara bahan bakar dan untuk sample fuel dan setiap campuran ‘primary reference fuel’ diatur untuk memaksimumkan ‘knock intensity’ setiap fuel
Rasio udara bahan bakar untuk maksimum ‘knock intensity’ bisa diperoleh dengan membuat penambahan langkah perubahan didalam kekuatan
campuran, memperoleh kesetimbangan harga ‘knock intensity’ untuk setiap langkah dan dengan memilih ‘knock intensity’ maksimum sebagai kekuatan
campuran adalah perubahan dari kaya-ke-miskin atau miskin-ke-kaya pada suatu kecepatan rate yang konstant
2.8 Bracketing Procedures prosedur apit
mesin dikalibrasi ke standard operasi ‘knock intensity’ sesuai dengan petunjuk tabel. Rasio udara bahan bakar dan sampel bahan bakar diatur untuk
memaksimumkan ‘knock intensity’ dan kemudian ketinggian silinder diatur sehingga diperoleh ‘knockintensity’ standard. tanpa merubah ketinggian
silinder, dua campuran ‘primary reference fuel’ dipilih sehingga dalam hal ini rasio udara bahan bakar tercapai untuk ‘knock intensity’ maksimum satu
‘knock’ lebih keras ‘knock intensity’ yang lebih tinggi dan yang lainnya lebih
Universitas Sumatera Utara
lunak ‘knock intensit’ lebih rendah dibanding sample fuel. Pengukuran kedua dari ‘knock intensity’ sampel fuel diperlukan ‘primary reference fuel’ dan
octane number sample dihitung dengan interpolasi dengan perbandingan terhadap perbendaan pembacaan rata rata ‘knock intensity’. Kondisi akhir yang
diperlukan, ketinggian silinder yang dipergunakan harus berada pada batas yang diterangkan disekeliling harga table petunjuk untuk perhitungan Octane
Number. Bracketing prsoedur rating bisa ditentukan mempergunakan kesetimbangan level fuel leinnya atau level rasio dinamika udara bahan bakar
yang bisa diterima
2.9 Compression Ratio Procedure prosedur perbandingan kompresi