Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip.
Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E
2s
yang besarnya
m 2
s 2
44 4
Φ
sfN E
, =
Volt ..........................2.6 dimana :
E
2s
= tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar Volt
f
2
= s.f = frekuensi rotor frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam
keadaan berputar
Bila n
s
= n
r
, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir
pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika n
r
n
s
II.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
II.5.1 Rangkaian Ekivalen Stator
Untuk mempermudah analisis motor induksi, digunakan metoda rangkaian ekivalen per – fasa. Motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan
rangkaian sekunder berputar. Rangkaian ekivalen statornya dapat digambarkan sebagai berikut :
1
V
1
R
1
X
1
I
c
R
m
X I
c
I
m
I
2
I
1
E
Gambar 2.9. Rangkaian ekivalen stator motor induksi
Universitas Sumatera Utara
dimana : V
1
= tegangan terminal stator Volt E
1
= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan Volt I
1
= arus stator Ampere R
1
= tahanan efektif stator Ohm X
1
= reaktansi bocor stator Ohm Arah positif dapat dilihat pada rangkaian Gambar 2.9.
Arus stator terbagi atas 2 komponen, yaitu komponen arus beban dan komponen arus penguat I
. Komponen arus penguat I merupakan arus stator tambahan yang
diperlukan untuk menghasilkan fluksi celah udara resultan, dan merupakan fungsi ggm E
1
. Komponen arus penguat I
terbagi atas komponen rugi – rugi inti I
C
yang sefasa dengan E
1
dan komponen magnetisasi I
M
yang tertinggal 90 dari E
1
. Hubungan antara tegangan yang diinduksikan pada rotor sebenarnya
E
rotor
dan tegangan yang diinduksikan pada rotor ekivalen E
2S
adalah :
rotor S
E E
2
=
2 1
N N
= a atau
E
2S
= a E
rotor
……………………………... 2.7 dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator yang banyaknya
a kali jumlah lilitan rotor. Bila rotor – rotor diganti secara magnetik, lilitan – ampere masing –
masing harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya I
rotor
dan arus I
2S
pada rotor ekivalen adalah :
Universitas Sumatera Utara
I
2S
= a
I
rotor
………………………………. 2.8 sehingga hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z
2S
dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Z
rotor
dari rotor sebenarnya adalah : Z
2S
= =
S S
I E
2 2
=
rotor rotor
I E
a
2 rotor
Z a
2
………… 2.9 Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang
referensinya ke stator. Selanjutnya persamaan 2.9 dapat dituliskan :
=
S S
I E
2 2
S
Z
2
=
2
R +
2
jsX ………………... 2.10 dimana :
Z
2S
= impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke stator Ohm .
R
2
= tahanan efektif referensi Ohm sX
2
= reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X
2
didefinisikan sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi
stator Ohm .
II.5.2 Rangkaian Ekivalen Rotor