Rangkaian Ekivalen Rotor Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

I 2S = a I rotor ………………………………. 2.8 sehingga hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z 2S dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip Z rotor dari rotor sebenarnya adalah : Z 2S = = S S I E 2 2 = rotor rotor I E a 2 rotor Z a 2 ………… 2.9 Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang referensinya ke stator. Selanjutnya persamaan 2.9 dapat dituliskan : = S S I E 2 2 S Z 2 = 2 R + 2 jsX ………………... 2.10 dimana : Z 2S = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke stator Ohm . R 2 = tahanan efektif referensi Ohm sX 2 = reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X 2 didefinisikan sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi stator Ohm .

II.5.2 Rangkaian Ekivalen Rotor

Reaktansi yang didapat pada persamaan 2.10 dinyatakan dalam cara yang demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi 2 X didefinisikan sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada frekuensi stator. Universitas Sumatera Utara Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron. Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip sebesar s E 2 dan ggl lawan stator 1 E . Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator dan rotor adalah: s E 2 = 1 sE …………………………...…….2.11 Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang dihasilkan komponen beban 2 I dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif s I 2 = 2 I .......................................................2.12 Dengan membagi persamaan 2.11 dengan persamaan 2.12 didapatkan: = S S I E 2 2 2 1 I sE ………………………………..2.13 Didapat hubungan antara persamaan 2.12 dengan persamaan 2.13, yaitu = S S I E 2 2 2 1 I sE = 2 R + 2 jsX ……..........……....2.14 Dengan membagi persamaan 2.14 dengan s, maka didapat 2 1 I E = s R 2 + 2 jX …………….………...……2.15 Dari persamaan 2.15 dapat dibuat rangkaian ekivalen untuk rotor. Universitas Sumatera Utara Dari persamaan 2.10 , 2.11 dan 2.15 maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor sebagai berikut : s E 2 1 E 2 R 2 sX 2 X s R 2 2 R 1 1 2 − s R 2 I 2 I 2 X 2 I 1 E Gambar 2.10. Rangkaian ekivalen pada rotor motor induksi. s R 2 = s R 2 + 2 R - 2 R s R 2 = 2 R + 1 1 2 − s R ………………...........2.16 Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa pada masing – masing fasanya. Perhatikan gambar di bawah ini. 1 V 1 R 1 X 1 I c R m X Φ I c I m I 2 I 1 E 2 sX 2 I 2 R 2 sE Gambar 2.11. Rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa Universitas Sumatera Utara Untuk mempernudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada gambar 2.11 diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan dapat digambarkan sebagai berikut. 1 V 1 R 1 X c R m X 2 X 1 E 1 I I c I m I 2 I s R 2 Gambar 2.12. Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi Atau seperti gambar berikut : 1 V 1 R 1 X c R m X 2 R 2 X 1 1 2 − s R 1 E 1 I I c I m I 2 I Gambar 2.13. Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi Dimana: 2 X = 2 2 X a 2 R = 2 2 R a Universitas Sumatera Utara Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus peneralan yang sangat besar 30 sampai 40 dari arus beban penuh dan karena reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen c R dapat dihilangkan diabaikan. Rangkaian ekivalen menjadi gambar berikut. 1 V 1 R 1 X m X 2 R 2 X 1 1 2 − s R 1 E 1 I I 2 I Gambar 2.14. Rangkaian ekivalen lain dari motor induksi

II.6 Aliran Daya Motor Induksi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pembebanan Terhadap Frekuensi Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kompensasi Tegangan Menggunakan Kapasitor ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 48 67

Analisis Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Tanpa Menggunakan Kapasitor Kompensasi Dan Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

5 42 79

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

1 11 76

PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN GENERATOR INDUKSI PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN GENERATOR INDUKSI.

0 2 19

PENDAHULUAN PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN GENERATOR INDUKSI.

0 2 9

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 11

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 1

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 4

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 23

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 1