35
2.9.2.2 Kerangka Geologi Cekungan Sumatera Tengah
Kerangka geologi Cekungan Sumatera Tengah dimulai dengan fase rifting yang memungkinkan untuk pengendapan formasi Kelesa, sedimentasi pada kala itu
diawali dengan fluviatil didalam sistim half grabben dari depresi bengkalis bengkalis trough Karena subsiden secara cepat terjadi sebagai akibat patahan
aktif memungkinkan terbentuknya patahan yang aktif berkembang menjadi grabben pengendapan sedimen batu lempung didalam grabben tersebut secara
prinsipil sebagai batuan induk lapangan- lapangan yang terdapat didaerah ini. Pada akhir oligosein terjadi ketidak selarasan memisahkan formasi kelesa dengan
formasi formasi yang berada diatasnya, ketidak selarasan ini menandai mulainya fase pengisian pengendapan Pengendapan formasi Lakat terjadi pada lingkungan
fluviatil berangsur kearah lingkungan laut dangkal dengan diendapkan formasi Tualang, kedua formasi ini Lakat Tualang merupakan reservoir penghasil
minyak utama untuk cekungan untuk Sumatera Tengah ini. Sedimentasi berlanjut sampai Miosen tengah pada lingkugan laut dalam dengan diendapkan shale dari
formasi Telisa sampai formasi Binio. Pada miosen akhir terendapkan batuan formasi Korinci yang menempati bagian dangkal dari cekungan ini. Pada Plio –
plestosin adanya aktifitas tektonik meyebabkan kenampaan sekarang ini, selama waktu tersebut pembalikan struktur terjadi beberapa tempat dari cekungan dan
bersamaan dengan itu diendapkan batuan formasi Nilo pada daerah yang rendah.
2.9.2.3 Struktur Daerah Penelitian
Struktur daerah penelitian merupakan salah satu bagian dari rangkaian antiklonorium Lirik Trend yang mempunyai arah barat laut – tenggara. Struktur ini
36 merupakan antiklin asimetris dengan kemiringan lereng bagian timur laut lebih
curam. Struktur ini terbagi menjadi tujuh blok perlu dikaji ulang dan dibatasi oleh sesar sesar normal berarah timur laut-barat daya. Terdapatnya sesar naik dengan
arah Barat Laut Tenggara merupakan batas perangkap a
ntiklin dari struktur ini.
2.9.2.4 Stratigrafi Daerah Penelitian