BAB II KAJIAN TEORI
A. Partai Politik
Dalam kekuasaan suatu negara baik yang konservatif maupun yang revolusioner dan yang didukung oleh elit politik atau oleh massa, baik
pemerintahan yang menganut sistem demokrasi pluralis maupun yang mengikuti sistem demokrasi diktatoris. Pada umumnya partai politik dianggap sebagai alat
atau kendaraan dari suatu sistem yang sudah berkembang, sehingga di negara- negara yang sedang berkembang pesat partai politik sudah menjadi lembaga serta
arah tersendiri. Peletakan batu pertama awal munculnya partai politik terletak di negara-
negara Eropa Barat, dengan alasan yang cukup jelas bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu di perhitungkan serta dikaitkan pada persoalan politik. Oleh
karena itu partai politik telah muncul secara spontan sebagai bahan atau alat penghubung antara rakyat dan penguasa sehingga diantaranya terjadi chak and
balance yang sama-sama saling menguntungkan, karena di negara yang demokratis, dengan partai politik rakyat bisa menentukan seorang pemimpin.
Dalam perkembangannya seperti di dunia barat partai politik hanya dilakukan atau dijalankan oleh orang-orang parlemen yang mempunyai kekuatan
dalam suatu negara, dalam aktivitasnya menjaga dan mementingkan kaum bangsawan demi kepentingan raja. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya roda
perpolitikan partai politik mulai merambah dan berkembang di luar parlemen
diawali dengan membentuk panitia-panitia pemilihan umum dengan tujuan mengakomodir suara pemilih.
Partai politik yang mampu mengakomodir dan mampu menyalurkan aspirasi masayarakat pada umumnya akan mempermudah perjalanan demokrasi.
Oleh karena itu, partai politik perlu dibentuk dengan berbagai dukungan baik pemerintah, masyarakat, golongan, dan organisasi massa lainnya. Karena tidak
lain partai politik adalah untuk menjalankan fungsinya sebagai institusi yang menjalankan kekuasaan, dan fungsi ini dijalankan baik ketika membentuk
pemerintahan maupun berposisi sebagai oposisi.
9
I. Pengertian Partai Politik
Terdapat banyak sekali tentang definisi atau pengertian partai politik dengan bermacam-macam pemikiran baik menurut Barat maupun menurut Islam.
Namun disini penulis akan mencoba menjelaskan beberapa definisi yang berkaitan semua dengan partai politik.
Dalam bahasa al- Qur’an partai atau Hizb adalah tanah kasar yang keras,
tetapi juga digunakan untuk menunjukan sebuah kelompok yang mempunyai kekuatan dan keyakinannya. Karena itu, Lexicographer al-Q
ur’an terkenal, al- Ashfahani, mendefinisikan Hizb sebuah kelompok yang didalamnya terdapat
keyakinan yang dijadikan sebuah dasar pemikiran jama’ah fiha ghalazh
.
10
Sedangkan menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya “Partisipasi dan Partai Politik
” mengatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-
9
Ibid ..h.95
10
Ka’bah Rifyal, Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, Jakarta, Khairul Bayan,, 2005, h. 58, Cet. I.
cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut jabatan secara konstitusional dalam rangka melaksanakan tugas dan
kebijakan yang dimiliki.
11
Dalam karang berikutnya terdapat dalam buku yang berjudul ”Dasar-dasar Ilmu Politik” mendefinisikan bahwa partai politik adalah
suatu kumpulan atau kelompok yang terorganisir dengan baik, dan anggota- anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita atau tujuan yang sama
yaitu memperoleh kekuasaan.
12
Menurut Sigmund Neumann dalam karan gannya “Partai Politik Modern,
Perbandingan Politik ” memberikan pengertian tentang partai politik. Neumann
menyatakan bahwa yang dimaksud partai politik adalah organisasi artikulasi dalam masyarakat yang memusatkan pada pengendalian kekuasaan pemerintah
yang bersaing untuk mendapat dukungan rakyat dengan kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
13
Menurut R.H. Soltau dalam bukunya “An Introduction to Politics”
menyatakan bahwa yang dimaksud partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik
dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.
14
11
Miriam Budiardjo: Partisipasi dan Partai Politik; , Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998, h 16, Cet. 4.
12
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2003. h. 159-160
13
Sigmund Neumann, Harry Eckstein dan David E. Apter, Partai Politik Modern, Perbandingan Politik: A Reader, London, Penerbit The Free Press of Glencoe, 1963, h. 352.
14
Roger F. Soltau : An Introduction to Politics, London, Longmans, Green and Co, 1961, h. 199.
Berdasarkan definisi diatas, maka terdapat kesimpulan bahwa partai politik adalah kelompok atau kumpulan orang yang terlatih, terorganisir dan mempunyai
visi dan misi serta tujuan yang sama yaitu untuk mencapai atau mendapatkan kekuasaan. Berbeda denga movement atau gerakan, gerakan hanya mengandalkan
fundamental dan politik yang terbatas serta ideologi yang kuat.
II. Model Partai Politik
Partai politik salah satu lembaga yang memiliki kekuatan dalam rangka menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat Pemilu dalam suatu
pemerintahan, maka ada beberapa model atau tipe partai politik yang dikemukakan oleh para pakar atau pengamat politik antara lain sebagai berikut:
Menurut Haryanto, partai politik dari segi komposisi dan fungsi
keanggotaannya secara umum dapat dibagi mejadi dua kategori, yaitu: 1.
Mass Parties Partai Masa, yaitu partai dimana anggotanya memiliki
prinsip kesetiaan dengan hidup dan darahnya. Partai memperluas keanggotaan dan melakukan pemberdayaan melalui pendidikan politik
bagi pemilih, partai tidak mengharapkan dana dari donator melainkan cukup didanai oleh beberapa orang tertentu yang memiliki kekuatan dana.
2. Cadred Parties Partai Kader, Partai ini mengutamakan kualitas bukan
sekedar kuantitas, masing-masing anggota memiliki kebanggaan bahwa dirinya adalah kekuatan untuk perolehan kemenangan di pemilu bagi
partainya. Mereka membuat Platform pemenangan pemilu sehingga apa yang menjadi tujuan perolehan kekuasaan politik.
15
15
Haryanto: dalam buku Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah; Mengenal Teori-Teori Politik. Depok. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005, h. 567-568 Cet. I.
Sesuai dengan kategori diatas menurut Haryanto Indonesia sudah menjalankan tugas dan fungsinya yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan
partai politik yang dibuktikan setiap mengadakan pemilihan umum atau pesta Demokrasi Indonesia.
Sedangkan tipologi berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan, menurut Ichlasul Amal seorang pengamat politik terdapat lima
jenis partai politik, yakni:
Pertama Partai Proto, adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai
tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol partai ini adalah pembedaan antara kelompok anggota atau “ins” dengan non-anggota
“outs”. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk
berdasarkan pengelompokkan ideologi masyarakat.
Kedua Partai Kader, merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai
proto. Keanggotaan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau
maksimal reformis moderat.
Ketiga Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat
sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak- hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai
massa berorientasi pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi cukup jelas untuk memobilisasi massa
serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.
Keempat Partai Diktatorial, sebenarnya merupakan sub tipe dari parti
massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun
anggota partai. Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa.
Kelima Partai Catch-all, merupakan gabungan dari partai kader dan partai
massa. Istilah Catch-all pertama kali di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi pada kecenderungan perubahan karakteristik. Catch-all dapat
diartikan sebagai “menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya”. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan
pemilihan dengan cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti ideologi yang kaku.
16
Berdasarkan tipe tersebut Amal menegaskan bahwa partai politik baik Proto, Kader, Massa, Diktatorial, maupun Catch-all itu partai yang sudah ada di
Indonesia, dan dari kelima tersebut sudah berperan dalam demokrasi Indonesia baik yang sedang berkuasa maupun yang mengalami oposisi.
Menurut Peter Schroder, tipologi partai politik berdasarkan struktur organisasinya terbagi menjadi tiga macam yaitu;
1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang pada umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan
yang pada kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen mendukung kandidat-kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat.
16
Ichlasul Amal. Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1996.
2. Partai Massa, sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat industrial, maka dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak
anggota dengan tujuan utama mengumpulkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat membuat terobosan dan mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, serta
“mempertanyakan kekuasaan. 3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru mereka dapat
dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena mereka termasuk kaderkelompok orang terlatih yang personilnya terbatas. Mereka berpegangan
pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus melakukan pembaharuan melalui sebuah pembersihan yang berkseninambungan dalam pemerintahan.
17
Dari ketiga tipe diatas menurut Peter bahwa semuanya memiliki ciri khas dan cara yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama ikut dalam serta
membangun kemajuan bangsa. Karena dengan partai politik, bangsa atau negara bisa berjalan sesuai dengan roda perpolitikan.
III. Fungsi Partai Politik
Di pentas panggung politik, partai politik selain sebagai organisasi yang terlatih dan mempunyai dasar kekuatan maka, partai politik mempunyai beberapa
fungsi. Adapun fungsi partai politik seperti yang dijelaskan oleh Sigmund Naeumann, menurut Sigmund Neumann terdapat empat fungsi partai politik
antara lain yaitu:
17
Peter Schroder : dikutip dari buku Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah.,op cit,.halaman 572.
1. Fungsi Agregasi. Partai menggabungkan dan mengarahkan kehendak
umum masyarakat yang kacau. Sering kali masyarakat merasakan dampak negatif suatu kebijakan pemerintah, misalnya kenaikan BBM
di Indonesia 1 Oktober 2005 lalu yang demikian tinggi. Namun ketidakpuasan masyarakat kadang diungkapkan dengan berbagai
ekspresi yang tidak jelas dan bersifat sporadis. Maka partai mengagregasikan berbagai reaksi dan pendapat masyarakat itu
menjadi suatu kehendak umum yang terfokus dan terumuskan dengan baik.
2. Fungsi Edukasi. Partai mendidik masyarakat agar memahami politik
dan mempunyai kesadaran politik berdasarkan ideologi partai. Tujuannya adalah mengikutsertakan masyarakat dalam politik
sedemikian sehingga partai mendapat dukungan masyarakat. Cara yang ditempuh misalnya dengan memberi penerangan atau agitasi
menyangkut kebijakan negara serta menjelaskan arah mana yang diinginkan partai agar masyarakat turut terlibat perjuangan politik
partai. 3.
Fungsi Artikulasi. Partai merumuskan dan menyuarakan mengartikulasikan berbagai kepentingan masyarakat menjadi suatu
usulan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan suatu kebijakan umum public policy. Fungsi ini sangat dipengaruhi
oleh jumlah kader suatu partai, karena fungsi ini mengharuskan partai terjun ke masyarakat dalam segala tingkatan dan lapisan. Bila fungsi
ini dilakukan ditambah dengan fungsi edukasi, ia akan menjadi
komunikasi dan sosialisasi politik yang sangat efektif dari partai yang selanjutnya akan menjadi lem perekat antara partai dan massa.
4. Fungsi Rekrutmen. Ini berarti partai melakukan upaya rekrutmen,
baik rekrutmen politik dalam arti mendudukan kader partai ke dalam parlemen yang menjalankan peran legislasi dan koreksi maupun ke
dalam lembaga-lembaga pemerintahan, maupun rekrutmen partai dalam arti menarik individu masyarakat untuk menjadi kader baru ke
dalam partai. Rekrutmen politik dilakukan dengan jalan mengikuti pemilihan
umum dalam
segala tahapannya
hingga proses
pembentukan kekuasaan. Karenanya, fungsi ini sering disebut juga fungsi representasi.
Sedangkan menurut Roy Macridis, menyatakan bahwa ada beberapa fungsi partai yang mempengaruhi atau yang mengontrol pada perjalanan
pemerintahan, dan fungsi-fungsi partai sebagai berikut: a.
Representatif perwakilan. b.
Konvensi dan Agregasi. c.
Integrasi partisipasi, sosialisasi, mobilisasi. d.
Persuasi, Represi. e.
Rekrutmen, dan Pemilihan pemimpin. f.
Pertimbangan-pertimbangan. g.
Perumusan kebijakan, serta Kontrol terhadap pemerintah.
18
18
Ichlasul Amal, Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta, Tiara Wacana, 1988, h. 13.
Menurut Roy beberapa fungsi tersebut telah melekat pada masing-masing partai, namun semuanya belum terealisasikan semuanya karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keadaan suatu partai politik. Sistem demokrasi ini yang mempermudah perjalanan pemerintah khususnya negara-negara berkembang
yang menganut sistem tersebut. Dan terdapat beberapa fungsi partai politik yang lainnya namun tetap sama
antara lain yaitu: a.
Agregasi Kepentingan, yaitu berfungsi sebagai pemadu atau pembanding aspirasi masyarakat, serta dirumuskan sebagai bahan
untuk program kepentingan politik. b.
Sosialisasi Politik, yaitu berfungsi sebagai cara melalui nama seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap perkembangan
politik yang terjadi di masyarakat dimanapun tempatnya. c.
Partisipasi Politik, yaitu berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat ikut aktif dalam kegiatan politik dengan cara menggunakan ideologi,
platform serta visi dan misi partai. d.
Komunikasi Politik, yaitu berfungsi sebagai penyalur pendapat serta aspirasi masyarakat.
e. Pembuat Kebijakan, yaitu berfungsi sebagai pengontrol dan pembuat
kebijakan partai yang sedang berkuasa.
19
Dari beberapa fungsi tersebut Sigmund menjelaskan bahwa partai politik itu sangat berfungsi pada suatu pemerintahan, dan bisa dikatakan sebagai tangan
19
A. Rahman H.I. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. h. 104.
kanan pemerintah, karena semua bentuk kegiatannya bersifat membangun bangsa dan negara.
IV. Tujuan Partai Politik
Selain mempunyai fungsi, partai politik juga memiliki tujuan tertentu dan tujuan ini dibagi atas dua bagian yakni secara umum dan secara khusus.
1. Secara Umum:
Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, dan
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Secara Khusus
: Memperjuangan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta mewujudkannya secara konstitusional, dan mencapai kekuasaan yang sah secara mutlak.
20
Tujuan partai politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah dan benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai
politik sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis maupun realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam
menentukan penguasa yang pantas memipin suatu negara.
21
Dan bisa artikan juga bahwa tujuan utama dari partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil
20
Kutipan httpwww.parpol.co.id tanggal 71010, bahwa partai memiliki fungsi dan tujuan yang baik dalam rangka mencapai atau merebut kekuasaan
21
Dikutip dari majalah GATRA 21 Mei 2005, h. 30 edisi 27.
bagian dalam kekuasaan; mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan umum, mengangkat wakil dan menteri, dan mengontrol pemerintah.
22
Dalam hal ini mengenai tujuan partai politik mungkin penulis tidak menjelaskan dengan apa yang sudah dipaparkan, karena tujuan partai politik
sudah jelas meraih gelar pemimpin atau merebut kekuasaan.
B. Konflik