Konflik internal partai kabangkitan bangsa di Kabupaten Karawang: sumber dan dampak konflik pada pemilu 2009

(1)

SKRIPSI

KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK

KONFLIK PADA PEMILU 2009

Oleh:

Bambang

106033201164

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul " Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang: Sumber dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009" diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian M unaqasyah pada tanggal 10 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Sos) dalam bidang Ilmu Politik.

Jakarta, 10 Desember 2010

Tim Penguji

Ketua M erangkap Anggota Sekretaris M erangkap Anggota

Dr. Hj. W iwi Siti Saiaroh. M A M . Zaki M ubarak. M .Si

NIP: 196902101994032004 NIP. 197309272005011008

Penguji:

Penguji 1 Penguji 2

Ahmad Bakir Ihsan. M .Si Suryani, M .Si

NIP: 197204122003121002 NIP : 150411224

Pembimbing

Dr. Siroiudin Ali, M A NIP. 195406052001121001


(3)

KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK KONFLIK

PADA PEMILU 2009

(Studi Konflik DPC Karawang 2004-2009)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk memenuhi syarat

meraih gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)

Oleh Bambang NIM: 106033201164

Di bawah bimbingan

Dr. Sirojudin Ali, MA NIP. 195406052001121001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

ABSTRAK

Bambang

Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa Di Kabupaten Karawang: Sumber Dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009

Partai Kebangkitan Bangsa adalah salah satu partai politik Islam di Indonesia, yang dideklarasikan di komplek Pondok Pesantren Wahid Hasyim Ciganjur Jakarta Selatan pada tanggal 23 Mi 1998 Pada jam 15.00 WIB diikuti oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH. Ilyas Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. Muhith Muzadi. Sebagai partai baru PKB ikut serta dalam ajang pemilu 1999 yang mendapatkan peringkat ketiga setelah PDIP dan Golkar.

Peletakan batu pertama perjalanan PKB masih tetap bangkit dalam perpolitikan Indonesia. Namun tidak demikian, PKB sebagai salah satu partai politik Islam mengalami berbagai cobaan dan rintangan yang diawali dengan konflik yang dipelopori oleh Gus Dur dan Matori, dalam kasusnya kehadiran Matori pada sidang MPR dalam rangka penurunan Gus Dur dari kursi Presiden. Maka waktu itu juga Gus Dur memecat Matori yang dianggap telah menyalahi aturan partai ikut dalam sidang MPR, konflik semakin meluas sehingga sampai ke meja hijau.

Dalam kasus tersebut yang menjadikan PKB menjadi dua kubu yaitu kubu Batu tulis pimpinan Matori dan PKB Kuningan pimpinan Gus Dur. Akan tetapi, dalam keputusan sidang kubu Gus Dur yang memenangkan perkara tersebut. Sampai mengikuti ajang pemilu 2004 dengan tuntas tidak mengalami permasalahan.

Selanjutnya dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dibawah pimpinan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla memilih Alwi dan Saefullah Yusuf sebagai menteri, dan ini yang mengakibatkan keduanya dipecat dari kepengurusan partai karena dianggap telah menyalahi aturan partai. Sehingga kasus ini juga sampai kepengadilan karena Alwi dan Saefullah tidak terima atas keputusan Gus Dur.

Konflik yang terjadi dilakukan oleh beberapa aktor yaitu Gus Dur, Matori dan Alwi, dari beberapa konflik baik yang pertaama, kedua, dan ketiga itu tidak berpengaruh terhadap DPC PKB Karawang. Namun, konflik terjadi kembali antara Gus Dur dan Muhaimin, dan ini berdampak kepada DPC PKB Karawang yang mengakibatkan terbentuknya dua kepengurusan antara kubu Muhaimin dan kubu Gus Dur.

Oleh karena itu, disini penulis akan menjelaskan dan menggambarkan konflik yang terjadi ditingkat Kabupaten atau kota yaitu di Kab. Karawang. Karena, dalam kenyataanya konflik yang terjadi di tingkat pusat berdampak ke tingkat cabang atau kota. Sejauh mana dampak dan pengaruh konflik terhadap masyarakat (Nahdliyin) dan pemilu. Karena, pada kenyataanya konflik sangat mempengaruhi baik tingkat pusat maupun cabang.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Desember 2010


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil a’alamin, dengan mengucapkan puji, puja serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih gelar strata satu (SI). Shalawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa dan membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang penderang, dan selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat Aaamiin Yaa Robbal a’lamin.

Atas terselesainya skripsi ini, dengan judul: Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa Karawang: Dampak dan Sumber Konflik pada Pemilu 2009. Banyak halangan, rintangan serta tantangan yang penulis hadapi dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara materi maupun secara moral selama menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, nikmat sehat

jasmani rohani, dan memberikan ilmu yang tiada tara, memberikan jalan

penerang disaat penulis menemukan masalah serta halangan dan rintangan

ketika menulis atau menyusun skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Hendro Prasetyo, MA. Selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu


(7)

5. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag., selaku ketua Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak M. Zaki Mubarak, MSi selaku sekertaris Jurusan Ilmu Politik yang

telah memberikan motivasi serta dorongan yang tak henti-henti demi

terselesainya skripsi ini.

7. Bapak Dr. Sirojudin Ali, MA. Selaku Dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu diantara kesibukan dalam aktivitasnya dalam rangka

memberikan bimbingan serta motivasi dan dorongan demi terselesainya

penulisan karya ilmiah atau skripsi ini.

8. Seluruh Dosen beserta staf dan jajaran akademik Program Studi Ilmu

Politik, penulis menucapkan beribu-ribu terima kasih sampai

terselesaikannya skripsi atau karya ilmiah ini.

9. Orang tua baik Bapak Calam dan Ibu Umsinah yang tercinta, tiada

henti-hentinya mendidik dan membina saya dari kecil sampai besar, sehingga

saya bisa menunaikan studi di jenjang yang lebih tinggi, itu tidak lain

karena dorongan serta do’a orang tua saya yang selalu mengalir dan menghiasi dalam kehidupan saya.

10. Untuk kaka-kakaku serta adiku, Yanah, Spd, Drs. Wahyudin Sag, Sarnih

dan Lia Anggraeni yang telah memberikan dukungan serta motivasi yang

tinggi, dan selalu menjaga serta membimbing saya saat melakukan studi,

tidak akan pernah terlupakan jasa-jasa mereka sampai kapanpun.

11. Kepada Adinda Handayanti yang tercinta, yang selalu memberikan


(8)

pengorbanan yang Adinda berikan, dan kepada Bapak H. Misan Turin

beserta Ibu yang telah memberikan sarana prasarana, dorongan atau

dukungan yang banyak kepada penulis.

12. Kepada teman-teman dan IRMA Al-Husna, Dedi Candra, Ahmad Sofiyan

S.Sos, Helmi, Abdul Muis, Soleh, Alek, Kamin, Idris Ridwan Munandar

SPd, Hasan Ismail, yang telah memberikan motivasi serta dorongan

sampai terselesaikannya skripsi ini.

13. Kepada seluruh pihak dan segenap jajaran pengurus DPC PKB Karawang,

penulis ucapkan terima kasih banyak atas bantuan serta bahan rujukan

yang telah diberikan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

14. Kepada kawan-kawan Program Studi Ilmu Politik yang tidak saya

sebutkan satu-persatu khususnya angkatan tahun 2006, terima kasih atas

dukungan dan bantuannya baik materi maupun pemikiran selama

berlangsungnya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh bahkan belum sempurna oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis bisa intropeksi,.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.

Demikianlah semoga Allah menerima usaha ini sebagai ‘amal ibadah serta mengampuni kesalahan dalam karya atau skripsi ini, oleh karena itu penulis

sendiri yang bertanggung jawab.

Ciputat, 7 Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...7

C. Metodelogi Penelitian...8

D. Sistematika Penulisan...8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

BAB II KAJIAN TEORI...11

A. Partai Politik...11

1. Pengertian Partai Politik...13

2. Model Partai Politik...15

3. Fungsi Partai Politik...16

4. Tujuan Partai Politik...19

B. Konflik...22

1. Pengertian Konflik...22

2. Bentuk Konflik...25

BAB III DESKRIPSI DPC PKB KAB. KARAWANG...29

1. Latar Belakang Berdirinya Partai...29

2. Struktur Kepengurusan Partai...34

3. Program Kerja Partai...38

4. Perkembangan Partai dari tahun 2004– 2009...41


(10)

BAB IV DINAMIKA KONFLIK PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DI

KARAWANG...51

A. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa Tingkat Nasional...51

1. Latar Belakang Konflik...52

2. Pelaku yang terlibat dalam konflik...53

B. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang...54

1. Sumber Konflik...55

2. Pelaku yang terlibat dalam konflik...58

3. Pengaruh Konflik Terhadap Masyarakat...60

C.Dampak Konflik PKB pada Pemilu 2009...63

BAB V PENUTUP...71

A. Kesimpulan...71

B. Saran– saran...73


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia sesuai dengan ukuran dan kemampuan

manusia, dan manusia bergerak demi mencapai atau menjalankan tugasnya,

walaupun telah diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang lemah tidak ada

kekuatan tanpa ada yang memberikan kekuatan itu. Namun manusia bertugas atau

beraktivitas sesuai dengan koridor, ketentuan dan hukum yang berlaku

sebagaimana manusia makhluk sosial yang sama-sama saling membutuhkan satu

sama lain, dengan adanya interaksi sosial maka akan tumbuh pemikiran dan

gagasan yang luas dalam membangun agama, masyarakat dan negara.

UU RI No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik menyatakan bahwa, partai

politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan, kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui

pemilihan umum.1

Politik adalah cara untuk mencapai sebuah kekuasaan, dan

untuk mencapai kekuasaan bisa dengan beberapa cara salah satunya yaitu melalui

partai politik, namun partai politik berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, ia

merupakan a special Kind of political organization. Di negara yang demokratis

1

Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, (UU.RI.Nomor 12 tahun 2003), (Jakarta,CV.Eko Jaya, 2003), h. 4.


(12)

atau yang otoritarian partai politik berbeda dengan asosiasi-asosiasi politik lainnya

yang ada, seperti kelompok penekan (Pressure group), karena partai politik adalah

organisasi yang berhubungan dengan kekuasaan melalui cara pemilihan yang

demokratis.2

Dalam politik Islam munculnya partai diawali dengan konflik kekuasaan

pada periode Ali dan Muawiyah, pada periode ini terdapat dua teori yang

berkembang. Ibnu Khaldun menjelaskan teori tersebut dengan ungkapanya, dan

puncak perselisihan yang terjadi antara sahabat dan tabi’in merupakan perbedaan ijtihad dalam masalah agama yang zhanni, demikian pula hukumnya. Sehingga

pada situasi tersebut terbentuk dua kelompok, yang pertama kelompok Ali dan

yang kedua kelompok Muawiyah. Adapun inti dari permasalahan tersebut adalah

pembaiatan khalifah.3

Dalam sejarah Indonesia konflik yang dilakukan oleh kaum komunis pada

tahun 1948 dan 1965, kaum komunis telah dua kali mencoba melakukan kudeta.

Daerah Jawa Barat dan Divis Siliwangi telah di rongrong oleh Darul Islam

sepanjang 1950-an, dan di sejumlah daerah lain telah terjadi bemacam-macam

pemberontakan. Sehingga menurut Dharsono akar permasalahan terjadinya

konflik itu disebabkan oleh organisasi-organisasi islam yang selalu berjuang ingin

menegakan syariat islam yang selalu bertentangan dengan kaum nasionalis.4

2

Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007,) h. 94.

3

Dhiauddin Rais,Teori Politik Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001,) h. 32, Cet. I.

4

R. William Lidlle, Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru, (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1992, ) h. 113-114.


(13)

Konflik di PKB memang tidak jauh berbeda dengan konflik yang terjadi

pada NU dulu yang mana sejak berdirinya NU Pada tanggal 31 Januari 1926

Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya, di bawah pimpinan Syaikh Hasyim

Asy’ari, sebagai reaksi terhadap gerakan pembaharuan yang dibawa terutama oleh Muhammadiyah dan lain-lain, usahanya antara lain memperkembangkan dan

mengikuti salah satu dari keempat mazhab fiqh. Tahun 1952 memisahkan diri dari

Masyumi dan sejak itu resmi menjadi Partai Politik Islam. Kegiatan politik praktis

NU mulai surut ketika memfusikan diri ke dalam PPP (Partai Persatuan

Pembangunan) 1973, lalu ditegaskan bahwa NU bukan wadah bagi kegiatan

politik praktis dalam Musyawarah Nasionalnya di Situbondo Jawa Timur 1983,

dan diperkuat oleh Muktamar NU 1984 yang secara eksplisit menyebut NU

meninggalkan kegiatan politik praktisnya.5

Ketika lengsernya Orde Baru 1998 menjadi Era Reformasi itulah awal

berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa pada tanggal 23 Juli 1998 yang di

deklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah Munasir Ali,

Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi.

Namun perjalanan partai ini sangat begitu rumit, artinya proses kepengurusan ini

mengalami banyak rintangan.

Contoh kasus atau konflik antara Gus Dur dan Matori Abdul Djalil ketika

Muktamar pertama PKB di Surabaya pada tahun 2001 yaitu masalah sidang

istimewa MPR RI, kelompok Gusdur tidak mau mengikuti sidang istimewa yang

tidak

5


(14)

konstitusional tapi Matori tetap mengkutinya untuk menjatuhkan Gus Dur

karena Matori ingin memperjuangkan pribadinya menjadi ketua DPP PKB.

Matori menyerukan kepada segenap pengurus DPP PKB yang terlibat

secara langsung mendorong KH. Abdurrahman Wahid bersikap konfrontatif

terhadap banyak pihak yang berpuncak pada keluarnya dekrit presiden agar

mengundurkan diri dari pengurus partai, akibat dari perbuatanya akhirnya Matori

diberhentikan oleh Ketua Dewan Syuro KH. Abdurrahman Wahid sebagai ketua

DPP PKB, dengan alasan yang bersangkutan tidak tunduk pada kebijakan partai

karena mendukung pelaksanaan sidang istimewa MPR RI dan kedudukannya

diganti oleh Alwi Shihab. Konflik internal ini tidak mempengaruhi pemilu 2004,

hengkangya Matori dari PKB tidak akan mengganggu keutuhan partai ini secara

keseluruhan terbukti dari DPW sampai DPC tetap mendukung PKB di bawah

kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid.6

Bukan hanya kasus ini saja yang dialami Partai Kebangkitan Bangsa,

masih banyak kasus-kasus yang dialami. Ketika Gus Dur menjadi Presiden

banyak sekali lawan politik Gus Dur yang ingin menjatuhkan kekuasaanya, karena

kebetulan pada kepemimpinan beliau mengalami beberapa perubahan seperti

pemisahan antara POLRI dan ABRI, pembubaran Depsos, pembubaran Depham

dan yang lainnya.

Karawang kota pangkal perjuangan yang dikenal sebagai lumbung padi,

dan kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi juga karawang bisa dikatakan

kota santri karena banyak berdirinya pondok-pondok salafi, sehingga mayoritas

70% karawang

6

Muhaimin Iskandar,Gus Dur yang Saya Kenal Catatan Transisi Demokrasi Kita, (Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2004,) h. 203-205.


(15)

warga Nahdliyin, namun saat sekarang ini perpolitikan di Karawang mengalami

masalah, khususnya yang terjadi dan di alami oleh Nahdlyin Karawang, keluh

kesah mereka baik dari elit agama maupun masyarakat biasa selalu muncul yang

bertanya kenapa PKB Karawang selalu ada masalah yang tidak diinginkan oleh

warga Nahdliyin.

Pada pemilu 1999 perolehan suara 61.000 mendapat 2 kursi, pemilu 2004

memperoleh suara 53.000 mendapat 3 kursi, dan pada pemilu 2009 yang lalu

memperoleh suara 48.300 mendapat 4 kursi.7 Menurut Rahmat Toleng salah satu

pengurus PKB Karawang menyatakan bahwa setiap tahun dalam pemilu PKB

Karawang mengalami penurunan, tapi dalam kursi selalu meningkat. Ini tidak lain

karena sistem pemilu yang mendukung Keadaan PKB Karawang yaitu sistem

pemilu Proporsional, sistem Proporsional adalah sistem pemilu yang lebih menitik

beratkan kepada partai bukan orang atau nomor calon, berbeda dengan sistem

distrik.8

Sistem proporsional penyesuaian jumlah kursi parlemen yang diperoleh

oleh suatu partai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat. Kelebihan

sistem ini adalah; dianggap demokratis dan representatif, karena semua

perwakilan dari masyarakat terwakili dalam parlemen, sedangkan jumlah wakil

dalam badan lembaga sesuai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat,

7

Radar Karawang,, pesta pemilu raya Karawang , tanggal 27 juli 2009 h. 4

8

Hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010 di kantor sekretariat PKB Karawang , di dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa PKB merupakan partai yang berideologi Islam tradisional atau partai kaum Nahdliyin yang mengakomodir kaum santri, petani dan para simpatisan luar Nahdliyin. Dalam jumlah suara setiap tahun PKB Karawang terjadi penyusutan baik ketika konflik maupun sedang tidak terjadi konflik, ini karena keberuntungan Partai PKB karena sistem pemilu menggunakan sistem pemilu Proporsional, konflik internal di tubuh PKB yang menjadikan simpatisan PKB pecah itu berdampak pada pemilu 2009 yang lalu.


(16)

dan dianggap adil karena golongan kecilpun mempunyai kesempatan untuk

menduduki wakil dalam departemen. Kekurangannya ialah banyaknya partai yang

bersaing menyulitkan suatu partai untuk meraih mayoritas, wakil yang terpilih

merasa tidak terikat kepada partai daripada daerah yang diwakilinya.

Lawan dari sistem proporsional adalah sistem pemilu distrik, sistem

pemilu distrik didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis

mempunyai satu wakil dalam parlemen. Demi keperluan pemilihan, negara dibagi

dalam jumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan

oleh jumlah distrik. Sistem distrik juga mempunyai kelebihan dan kekurangan,

dan kelebihan sistem distrik adalah; wakil lebih dikenal oleh pemilih, lebih

mendorong integrasi parpol karena hannya memperebutkan satu kursi dalam

setiap distrik, sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Untuk kekurangan sistem

distrik ialah; kurang menguntungkan bagi partai kecil dan golongan minoritas,

kurang representatifes, calon yang kalah dalam satu distrik bisa kehilangan semua

suara, bisa terjadi kesenjangan jumlah suara dan kursi yang didapatkan di

Parlemen.9

Proporsional juga ialah sistem yang memberikan kursi legislatif kepada

parpol berdasarkan proposi suara tiap parpol dalam sebuah daerah pemilihan, agar

kursi-kursi dapat didistribusikan kepada parpol secara proporsional, maka caranya

menggunakan DP Wakil Jamak, namun idealnya secara empirik antara 6-9 kursi

per DP. Oleh karena itu, kalaulah sistem ini berubah menjadi distrik kemungkinan

PKB Karawang mengalami kekalahan.

9

Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 64-67.


(17)

DP. Oleh karena itu, kalaulah sistem ini berubah menjadi sistem distrik

kemungkinan PKB Karawang mengalami kekalahan.

Konflik internal PKB Karawang terjadi karena pengaruh konflik internal

ditingkat pusat atau bisa dikatakan efek domino yang mana sudah ketahui bersama

baik dari media elektronik atau media cetak, bahwa konflik di DPP PKB sangat

ironis dan akan berimbas pada DPW,DPC sampai ke PAC sehingga mengalami

berbagai benturan antara dua kubu antara lain kubu Gusdur dan kubu Muhaimin,

atau antara kubu Parung dengan kubu Ancol. Dan Toleng juga mengatakan kubu

Gusdur kelompok tua yaitu H. Uba Ruba’i dan Enjang Ya’kub, dan kubu Muhaimin kelompok muda yang dipelopori oleh Ahmad Zamakhsyari ketua

sekarang, dan segenap pengurus lainnya. Pertikaian dan perbedaan pendapat

selalu ada dalam suatu intansi atau suatu organisasi. Oleh karena itu untuk lebih

jelas kronologisnya tentang konflik PKB Karawang pembahasan akan dilanjutkan

pada BAB berikutnya.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, jelaslah bahwa Konflik bukan

terjadi hanya pada suatu etnis atau suatu golongan saja, akan tetapi partai politik

pun bisa terjadi konflik karena disebabkan oleh faktor – faktor tertentu, apalagi kaitannya dengan politik dan umat, maka pembahasan skripsi ini akan dirumuskan

pada persoalan sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya perpecahan dan konflik di tubuh Partai

Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang?

2. Seperti apa Faksionalisme politik yang terbentuk akibat konflik tersebut?


(18)

Kemudian, agar penelitian ini bisa lebih fokus , maka penulis membatasi

permasalahan-permasalahan diatas pada permasalahan Konflik Internal Partai

Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang, sumber serta dampak pada pemilu

2009.

C. Metodelogi Penelitian

Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris. Dilihat dari

sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dan kuantitatif. Sementara metode penulisan yang digunakan adalah

deskriptif analisis yakni dengan cara penulisan yang menggambarkan

permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut

untuk kemudian diambil kesimpulan. sumber lainya yang relevan dengan

penelitian ini, seperti jurnal yang terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah

dan sumber tertulis lainya.

Adapun sistematika atau teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada

buku Pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh Tim Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.10

D. Tujuan dan Manfaat

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui apa yang melatar belakangi terjadinya konflik Partai

Kebangkitan Bangsa di Karawang.

10

Hamid Nasuhi, Tim. Dkk, Pedoman Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:CeQDA. 2007.


(19)

2. Ingin mengetahui sejauh mana Partai Kebangkitan Bangsa Karawang

dalam menghadapi konflik tersebut.

3. Ingin mengetahui apa dampak dan pengaruhnya terhadap pemilu dan

masyarakat sekitar.

4. Ingin mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

melaksanakan tugas dan perannya.

2. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan kontribusi berupa gagasan dan buah fikiran sebagai

hasil penelitian berdasarkan prosedur, ilmiah serta melatih kepekaan

penulis terhadap masalah-masalah yang ada dilingkungan.

2. Penelitian ini diharapkan menambah referensi tentang masalah-masalah

politik yang ada dilingkungan.

3. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa

pemikiran atau pemasukan tentang konflik pada partai politik PKB dan

mampu memberikan solusi atau jalan keluar bagi pengurus partai PKB dan

para simpatisan dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan akan

peranannya menanggulangi perselisihan kepengurusan partai politik serta

dapat menjadi motivasi bagi peneliti-peneliti lain untuk mengetahui

fenomena atau suatu konflik yang terjadi di setiap partai politik, baik

partai politik nasionalis maupun islamis yang terjadi di tingkat nasional

maupun daerah.

E. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini pembahasannya akan terbagi menjadi lima bab dan


(20)

Bab I : Memuat tentang pendahuluan yang mengutarakan latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian teori, metode

penelitian, sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penelitian.

Bab II: Memuat tentang tinjauan teoritis menjelaskan tentang Pengertian

partai politik, Model partai politik, dan Fungsi partai Politik, serta

Pengertian Konflik, dan bentuk Konflik.

Bab III: Memuat tentang Deskripsi Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang

yang mengutarakan Latar belakang berdirinya partai, Struktur

kepengurusan partai, Program kerja partai, perbandingan hasil

pemilu, dan Perkembangan partai dari setiap tahun.

Bab IV: Memuat tentang Dinamika konflik Partai Kebangkitan Bangsa di

Karawang yang menjelaskan konflik PKB tingkat Nasional antara

lain: latar belakang konplik, pelaku yang terlibat dalam konflik,

dampak dan pengaruh pada pemilu 2009. Dan konflik PKB di tingkat

daerah Karawang antara lain yaitu: sumber dasar konflik, pelaku

yang terlibat dalam konflik, dampak pada pemilu 2009, dan

pengaruh konflik terhadap masyarakat.


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Partai Politik

Dalam kekuasaan suatu negara baik yang konservatif maupun yang

revolusioner dan yang didukung oleh elit politik atau oleh massa, baik

pemerintahan yang menganut sistem demokrasi pluralis maupun yang mengikuti

sistem demokrasi diktatoris. Pada umumnya partai politik dianggap sebagai alat

atau kendaraan dari suatu sistem yang sudah berkembang, sehingga di

negara-negara yang sedang berkembang pesat partai politik sudah menjadi lembaga serta

arah tersendiri.

Peletakan batu pertama awal munculnya partai politik terletak di

negara-negara Eropa Barat, dengan alasan yang cukup jelas bahwa rakyat merupakan

faktor yang perlu di perhitungkan serta dikaitkan pada persoalan politik. Dan

partai politik menjadi ciri penting dalam dunia politik modern, bahkan sudah

masuk kedalam sistem politik baik yang demokratis maupun otoriter.11

Oleh karena itu partai politik telah muncul secara spontan sebagai bahan

atau alat penghubung antara rakyat dan penguasa sehingga diantaranya terjadi

chak and balance yang sama-sama saling menguntungkan, karena di negara yang

demokratis, dengan partai politik rakyat bisa menentukan seorang pemimpin.

Dalam perkembangannya seperti di dunia barat partai politik hanya

dilakukan atau dijalankan oleh orang-orang parlemen yang mempunyai kekuatan

11

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Jakarta, Media Pressindo, 2007), h. 97.


(22)

dalam suatu negara, dalam aktivitasnya menjaga dan mementingkan kaum

bangsawan demi kepentingan raja. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya roda

perpolitikan partai politik mulai merambah dan berkembang di luar parlemen

diawali dengan membentuk panitia-panitia pemilihan umum dengan tujuan

mengakomodir suara pemilih.

Bahkan menurut Huntington, stabilitas kekokohan partai, dan sistem

kepartaian sangat tergantung pada kelembagaan dan partisipasinya, artinya

partisipasi yang kuat dan derajat yang lemah akan menghasilkan politik anomik

serta kekerasan.12

Partai politik yang mampu mengakomodir dan mampu menyalurkan

aspirasi masayarakat pada umumnya akan mempermudah perjalanan demokrasi.

Oleh karena itu, partai politik perlu dibentuk dengan berbagai dukungan baik

pemerintah, masyarakat, golongan, dan organisasi massa lainnya. Karena tidak

lain partai politik adalah untuk menjalankan fungsinya sebagai institusi yang

menjalankan kekuasaan, dan fungsi ini dijalankan baik ketika membentuk

pemerintahan maupun berposisi sebagai oposisi.13

Ada beberapa pengertian tentang partai politik yang sesuai dengan teori

politik, pengertian tersebut sudah terealisasikan di berbagai negara khususnya

negara yang menggunakan sistem demokrasi, karena partai politik akan tumbuh

berkembang hanya di negara yang demokratis. Partai politiklah sebuah alat atau

cara untuk menentukan seorang pemimpin dalam pemerintahan yang demokratis.

12

Ibid. h. 98

13

Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007,) h. 95.


(23)

I. Pengertian Partai Politik

Terdapat banyak sekali tentang definisi atau pengertian partai politik

dengan bermacam-macam pemikiran yang kontribusinya sangat berpengaruh

sekali terhadap para ilmuwan lainnya. Namun, disini penulis akan mencoba

menjelaskan beberapa definisi yang berkaitan semua dengan partai politik, agar

semuanya dapat memahami apa itu partai politik dan apa fungsi dan tujuannya.

Dalam bahasa al-Qur’an partai atau Hizb adalah tanah kasar yang keras, tetapi juga digunakan untuk menunjukan sebuah kelompok yang mempunyai

kekuatan dan keyakinannya. Karena itu, Lexicographer al-Qur’an terkenal, al -Ashfahani, mendefinisikan Hizb sebuah kelompok yang didalamnya terdapat

keyakinan yang dijadikan sebuah dasar pemikiran (jama’ah fiha ghalazh).Karena, dengan keyakinan atau dengan ideologi akan menjadi sumber kekuatan partai

secara praktis.14

Definisi atau pengertian partai politik adalah suatu alat yang paling ampuh

untuk digunakan bagi manusia atau demi mencapai tujuan politik masing

-masing. Dari urgensi partai politiklah muncul pemeo atau bahasa istilah dalam

masyarakat yaitu politisi tanpa partai politik bagaikan ikan yang hidup tanpa air.

Artinya, partai politik berfungsi sekali dalam mengontrol pemerintahan,

menentukan seorang penguasa, dan juga sarana pengatur atau pengontrol

terjadinya konflik, sehingga partai politik ini benar-benar berfungsi sebagai alat

politik.15

14

RifyalKa’bah,Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, (Jakarta, Khairul Bayan,, 2005,) h. 58, Cet. I.

15

Muhammad Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang Surut, (Jakarta, CV. Rajawali, 1983), h. 1, Cet. I.


(24)

Partai politik adalah organisasi yang tetap berpegang teguh terhadap ideologi,

visi-misi dan tujuan dengan cara tampil dalam pemilihan. Kelompok tersebut

mencari dan menentukan kedudukan kekuasaan dengan negara.16 Partai politik

juga bisa diartikan sekelompok orang yang terorganisir, bertujuan untuk mendapat

kedudukan melalui cara pemilihan umum serta bisa juga dengan menggunakan

cara yang lain, partai politik juga bisa menyusahkan kelompok tertentu yang

menjadi perbedaan antara partai politik dan kelompok-kelompok yang

mempunyai kepentingan.

Oleh karena itu, terdapat ada beberapa karakteristik yang membedakan antara

partai politik dengan kelompok lain diantaranya:17

a. Partai politik bertujuan memperoleh kekuasaan atau jabatan politik dalam

pemerintahan dengan cara melalui pemilihan umum.

b. Partai politik terorganisasi atau terkoordinir secara resmi dan formal,

dalam pemilihan menggunakan kartu pemilih, dan kelompok tertentu

menggunakan berbagai macam cara.

c. Partai politik secara formal menggunakan fokus permasalahan yang lebih

luas, yang ditempatkan di kawasan politik pemerintahan, partai kecil

bagaimanapun lebih fokus terhadap permasalahan kecil atau sedikit.

d. Bermacam-macam kekuasaan partai politik tergabung dalam pembagian

politik, secara fakta partai politik menggunakan identitas ideologi. Karena

dengan ideologi tersebut bisa menarik perhatian masyarakat.

16

Rod Hague, Comparative Government and Politics An Introduction, (United State, Macmillan Press LTD, 1982), h. 131.

17


(25)

Berdasarkan definisi diatas, maka terdapat kesimpulan bahwa partai politik

adalah kelompok atau kumpulan orang yang terlatih, terorganisir dan mempunyai

visi dan misi serta tujuan yang sama yaitu untuk mencapai atau mendapatkan

kekuasaan dengan cara bersaing dengan lawan kelompok atau organisasi yang

berbeda, sehingga dengan adanya lawan politik atau lawan main pertarungan

politik ini akan semakin rasional dan bersifat mutlak.

Berbeda dengan movement atau gerakan, gerakan hanya mengandalkan

fundamental dan politik yang terbatas serta ideologi yang kuat, walaupun pada inti

tujuannya baik menurut mereka masing-masing.

2. Model Partai Politik

Partai politik salah satu lembaga yang memiliki kekuatan politik dalam

rangka menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat baik ketika diadakan

pemilu maupun kegiatan diluar pemilu, dan partai politik yang bisa menentukan

seorang menjadi pemimpin atau penguasa dalam suatu pemerintahan, selain

mempunyai tujuan, visi dan misi yang sesuai dengan ideologi dari masing-masing

partai, partai politik juga terdapat beberapa model atau tipe partai politik yang

tertera dalam teori politik diantaranya:18

a. Partai masa dan partai kader, partai masa yang menitik beratkan kepada

individu, setiap individu dalam suatu partai mempunyai jiwa perjuangan

yang kuat mengorbankan seluruh kemampuan yang dimilikinya,

kemudian melakukan pengkaderan serta pendidikan politik tertentu.

Sedangkan partai kader lebih memfokuskan kualitas individu atau

anggota partai, karena dalam model partai ini setiap individu berlomba

18


(26)

dan bersaing dalam mendapatkan kebanggaan dan kepuasan tersendiri.

Karena, dengan anggota yang berkualitas partai kan semakin

berkembang dengan baik.

b. Partai perwakilan dan partai gabungan, partai perwakilan yaitu partai

yang memiliki aspirasi masyarakat dan tampil karena adanya dukungan

dari masyarakat karena dianggap mampu. Sedangkan partai gabungan

yaitu partai-partai yang sudah tidak mampu atau menjadi oposisi untuk

ikut dalam tujuan tertentu, sehingga partai-partai tersebut berkoalisi

dengan partai yang dilihat bagus dan mampu menarik simpati

masyarakat.

c. Partai lembaga hukum dan partai pembaharuan, partai yang didasari atas

lembaga hukum, segala bentuk kegiatannya sesuai dengan lembaga

hukum yang berlaku. Sedangkan partai pembaharuan partai yang

terbentuk karena adanya kejenuhan atau kekecewaan kelompok,

sehingga kelompok tersebut menganggap adanya perubahan.

d. Partai sayap kanan dan partai sayap kiri, partai ini ialah partai yang

tergantung kepada keadaan, bisa dikatakan sayap kanan kalau partai itu

mendukung partai yang sedang memimpin, dan bisa dikatakan partai

sayap kiri kalau partai itu melawan partai lain yang sedang berkuasa.

Mengenai model partai politik sudah jelas bahwa apa yang dimaksud

dengan model partai politik, baik partai kader, partai masa, partai sesuai dengan

lembaga hukum, partai pembaharuan, partai perwakilan, partai gabungan, partai

sayap kanan dan partai sayap kiri semuanya mempunyai alasan dan tujuan


(27)

tersebut sudah berkembang diberbagai negara kecuali, negara yang menganut

sistem kerajaan.

3. Fungsi Partai Politik

Di pentas panggung politik, partai politik selain sebagai organisasi yang

terlatih dan mempunyai dasar kekuatan dan tujuan yang sama yaitu mencapai atau

merebut kekuasaan maka, partai politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai sarana komunikasi politik, yang mana fungsi ini sangat

dibutuhkan oleh setiap kelompok organisasi partai politik, khususnya

ketika menghadapi pemilu.

b. Sebagai sarana sosialisasi politik, seorang calon akan mendapatkan

pengakuan yang baik dari masyarakat kalau mampu bersosialisasi dengan

baik, begitupun dengan kelompok atau anggota partai yang lain, dan ini

salah satu cara menuju kekuasaan.

c. Sebagai sarana pengangkatan anggota politik, yaitu membentuk

kader-kader politik yang militant.

d. Sebagai sarana pengatur konflik, yaitu menyelesaikan segala bentuk

konflik yang terjadi di sebuah negara atau daerah.19

Fungsi partai sebagai rekrutmen elit politik, sebagai penarik simpati

kelompok masyarakat, sebagai pengontrol pemerintahan.20

19

Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 29.

20


(28)

Fungsi partai politik juga dikatakan sebagai peran atau aktor yang paling

utama dalam menghubungkan antara kewarga negaraan dengan proses

pemerintahan. Dengan adanya partai politik, suatu pemerintahan akan lebih

mudah dalam menentukan seorang pemimpin melalui cara pemilihan umum.21

Bahkan ada beberapa fungsi tentang partai politik yang sering diamati dan

selalu dikaji oleh para pemikir diantaranya:22

1. Sosialisasi politik, dalam hal ini partai partai berfungsi sebagai

pembentuk sikap dan orientasi politik para anggota atau kelompok

masyarakat, dan kegiatan ini juga bisa dilakukan dengan cara

mendidik masyarakat agar memahami politik baik dengan pendidikan

formal maupun non formal, agar masyarakat mempunyai kesadaran

politik berdasarkan ideologi partai yang dipilih.

2. Komunikasi politik, mengenai komunikasi politik ini adalah proses

pemberitahuan tentang politik dari pemerintah kepada rakyat dan dari

rakyat kepada pemerintah agar sama-sama saling mengetahui,

sehingga pada konteks ini partai politik yang menjadi komunikator.

3. Rekrutmen politik, fungsi ini berarti partai melakukan upaya

rekrytmen atau merekrut baik dalam rangka mendudukan kader ke

dalam parlemen yang menjalankan peran legislasi dan koreksi maupun

ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan, dan ketika merekrut atau

menarik individu masyarakat untuk menjadi kader partai tersebut.

21

Hans Diester Klingemann, Partai Kebijakan dan Demokrasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000), h. 8.

22

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 1992), h. 117-121.


(29)

4. Partisipasi politik, fungsi ini adalah kegiatan atau keikutsertaan warga

negara dalam proses pembuatan atau penentuan kebijakan serta ikut

serta dalam penentuan pemimpin negara, dan kegiatan tersebut berupa

tuntutan, kritik, menentang serta mendukung pemimpin tersebut.

5. Pemadu kepentingan, partai sebagai pemadu dan penampung dari

kepentingan yang berbeda-beda melalui analisis, dan perbedaan

kepentingan tersebut menjadikan jalan alternatif guna kebijakan

umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pelaksanaan keputusan

politik.

6. Pengendalian konflik, partai sebagai pengendalian sebuah konflik

dengan cara menampung dan memadukan dari kedua belah pihak,

berdialog dengan pihak-pihak yang terlibat konflik, kemudian

menampung dan memadukan serta berdialog dengan pelaku konflik,

lalu masalah tersebut diproses di dalam musyawarah badan

perwakilan rakyat untuk menentukan atau menghasilkan keputusan

politik.

7. Kontrol politik, dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai

pengontrol pemerintah bilamana suatu saat pemerintah melakukan

kesalahan serta penyimpangan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Dan terdapat beberapa fungsi partai politik yang lainnya namun tetap sama

antara lain yaitu:

a. Agregasi Kepentingan, yaitu berfungsi sebagai pemadu atau

pembanding aspirasi masyarakat, serta dirumuskan sebagai bahan


(30)

b. Sosialisasi Politik, yaitu berfungsi sebagai cara melalui nama

seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap perkembangan

politik yang terjadi di masyarakat dimanapun tempatnya.

c. Partisipasi Politik, yaitu berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat

ikut aktif dalam kegiatan politik dengan cara menggunakan ideologi,

platform serta visi dan misi partai.

d. Komunikasi Politik, yaitu berfungsi sebagai penyalur pendapat serta

aspirasi masyarakat.

e. Pembuat Kebijakan, yaitu berfungsi sebagai pengontrol dan pembuat

kebijakan partai yang sedang berkuasa.23

Dari beberapa fungsi tersebut telah diambil kesimpulan bahwa partai

politik itu sangat berfungsi pada suatu pemerintahan, dan bisa dikatakan sebagai

tangan kanan pemerintah, karena semua bentuk kegiatannya bersifat membangun

bangsa dan negara, dan partai politik mempunyai beberapa fungsi yang

bermacam-macam yang semuanya itu tidak lain adalah membangun bangsa dan

negara walaupun fungsi itu terkadang kurang berjalan dengan baik karena adanya

faktor-faktor tertentu

4. Tujuan Partai Politik

Selain mempunyai fungsi, partai politik juga memiliki tujuan tertentu dan

tujuan ini dibagi atas dua bagian yakni secara umum dan secara khusus

sebagaimana yang tertera dalam buku undang-undang tentang partai politik yang

terdapat pada bab IV Pasal 6.

1. Secara Umum:

23


(31)

Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Secara Khusus:

Memperjuangan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara serta mewujudkannya secara konstitusional, dan

mencapai kekuasaan yang sah secara mutlak.24

Tujuan partai politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah

dan benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai

politik sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis

maupun realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam

menentukan penguasa yang pantas memipin suatu negara.25Dan bisa artikan juga

bahwa tujuan utama dari partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil

bagian dalam kekuasaan; mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan

umum, mengangkat wakil dan menteri, dan mengontrol pemerintah.26

Dalam hal ini mengenai tujuan partai politik mungkin penulis tidak

menjelaskan dengan apa yang sudah dipaparkan, karena tujuan partai politik

sudah jelas meraih gelar pemimpin atau merebut kekuasaan, dengan menjalankan

roda perpolitikan yang sesuai dengan aturan partai politik yang berlaku.

24

Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan Umum, (Jakarta, 2003), h. 7.

25

Dikutip dari majalah GATRA 21 Mei 2005, h. 30 edisi 27.

26


(32)

B. Konflik

Kalimat konflik sering muncul di setiap penjuru baik internal maupun

eksternal, dan nasional maupun internasional. Namun konflik ini juga bisa

mengakibatkan kerusuhan dan kehancuran, dan bisa juga menjadi bahan renungan

untuk masa depan. Sehingga konflik bisa menjadi boomerang bagi kehidupan, dan

konflik bisa terjadi karena ada faktor dan sebab pertentangan atau permasalahan

dua kelompok atau orang.

I. Pengertian Konflik

Konflik dalam kamus bahasa Indonesia adalah pertentangan, perselisihan

antara dua anggota. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau

lebih.27

Menurut Nader seorang ilmuwan barat di International Encyclopaedia of

The Social Sciences menjelaskan tentang pengertian konflik dari aspek

antropologi. Yakni, konflik ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara dua

pihak dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok

kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung

ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk

agama tertentu.28

27

Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta, Media Centre, 2002), h. 323.

28

Nader,Arti Konflik Dilihat dari Segi Antropologi, diakses dari Wikipedia tanggal 8 Oktober 2010.


(33)

Dengan demikian pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputi banyak

macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat pula dipahami bahwa pengertian

konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara

bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang

semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam

kehidupan kolektif manusia.

Kehidupan sosial kalau dicermati komponen utamanya adalah interkasi

antara para anggota. Sehubungan dengan interaksi antaranggota itu ditemukan

berbagai tipe. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative

(kerjasama), competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan

sosial sehari-hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga

diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan

sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa kooperatif.

Konflik sosial antar anggota masyarakat, artinya konflik politik itu konflik

yang terjadi antar politikus atau penguasa. Menurut George Simmel dan Lewis

Coser konflik adalah unsur terpenting dalam kehidupan manusia, karena konflik

memiliki fungsi positif. Menurut Karl Marx dan Ibnu Khaldun konflik menjadi

dinamika sejarah manusia, dan menurut Maslow, Max Neef, dan John Burton

konflik adalah bagian dari proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.29

Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik adalah situasi saat para

aktor atau pelaku menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain dengan

29

Susan Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009,) h. 4. Cet I.


(34)

tujuan yang berlawanan atau mengekspresikan naluri permusuhan.30 Maswadi

Rauf, mengatakan konflik adalah pertentangan atau perbedaan pendapat antara

dua orang atau kelompok. Konflik ini disebut konflik nonfisik atau lisan.

Pada umumnya konsep konflik didefinisikan sebagai suatu bentuk

perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham dan kepentingan diantara dua

pihak atau lebih sehingga semuanya sama-sama saling memperjuangkan

argumenya sampai meyakini bahwa dia atau kelompok tersebut adalah yang

benar. Dan bahkan pertentangan yang tadinya nonfisik bisa menjadi bentuk fisik

sehingga timbul yang dinamakan kekerasan.31

Taquiri berpendapat bahwa konflik merupakan warisan kehidupan sosial

yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya

keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau

lebih pihak secara berterusan. Menurut Gibson hubungan selain dapat

menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan

konflik. Hal ini terjadi jika masing -masing komponen organisasi memiliki

kepentingan atau tujuan sendiri - sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.32

Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa pada umumnya konflik terjadi

akibat adanya perbedaan diantara dua kelompok atau perorangan, dan konflik juga

mengakibatkan dampak yang bisa merugikan keduanya baik menurut Maswadi,

Gibson, Taquiri. Akan tetapi, konflik juga bisa dianggap positif bila bisa

mengatasinya dengan baik, karena konflik bisa dijadikan sebuah pengalaman dan

pelajaran bagi masyarakat pada umumnya.

30

Ibid, h. 57.

31

Kang Young Soon, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdlatul Ulama, (Jakarta, UI-Press, 2007,) h. 51.

32


(35)

II. Bentuk Konflik

Dalam teori tentang konflik terdapat beberapa bentuk konflik, dan

semuanya tertuju pada permasalahan konflik, seperti yang dikemukakan oleh para

Ilmuwan barat, masalah konflik tidak mengenal demokratisasi maupun

diktatorisasi dan bersifat universal.

Menurut Duverger ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan

kekuasaan atau politik antara lain yaitu:

a. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai dasar yang prinsipiil,

bentuk konflik ini berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan

dengan masalah ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun

golongan atau kelompok.

b. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada perbedaan pandangan baik

individual maupun kelompok yang menyangkut dengan masalah partai

politik atau yang berhubungan dengan kepentingan partai politik,


(36)

c. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada permasalahan perbedaan

ideologi, masing-masing memeperjuangkan ideologi partainya yang

semuanya merasa benar.33

Menurut Coser ada dua bentuk dasar konflik, yaitu konflik realistis dan

konflik non realistis. Konflik realistis adalah konflik yang mempunyai sumber

konkrit atau bersifat material, seperti perebutan wilayah atau kekuasaan, dan

konflik ini bisa teratasi kalau diperoleh dengan merebut tanpa perkelahian atau

pertikaian.34

Konflik non realistis adalah konflik yang didorong oleh keinginan yang

tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar agama dan

organisasi-organisasi masyarakat, dan konflik nonrealistis salah satu cara

mempertegas atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.35 Dalam sejarah

Indonesia baik pada masa kolonial maupun pada masa pasca kemerdekaan bentuk

konflik dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain yaitu: konflik vertikal dan

konflik horizontal.

1. Konflik Vertikal adalah konflik yang terjadi antar negara atau aparat

Negara dengan warga negara baik secara individual maupun secara

kelompok, seperti pemberontakan bersenjata yang bertujuan

memisahkan diri dari RI.

2. Konflik Horizontal adalah konflik yang terjadi antar

kelompok-kelompok masyarakat di berbagai lokasi, biasanya konflik di landasi

33

Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 1982,) h. 47.

34

Lewis Coser,Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 54.

35


(37)

oleh suatu sentimen subyektif yang sangat mendalam yang diyakini

warganya seperti sentimen kesukuan atau sentimen organisasi.36

Bentuk konflik kalau dipandang dari segi pendekatan konflik komunal

dalam konteks Indonesia pada masa Orde Baru terdapat tiga bentuk konflik antara

lain yaitu:

a. Pendekatan Primordial, adalah yang menganggap konflik sebagai akibat

dari pergeseran kepentingan kelompok identitas, seperti identitas

berbasis etnis dan keagamaan, dan juga teori ini menganggap konflik

sebagai sebab bertemunya antara budaya, ras, dan geografis yang

melahirkan suatu identitas. Menurut Isaacs bentuk pendekatan konflik

primordial melihat identitas etnis, ras, budaya, agama, bahasa adalah

kuat atau stabil dan sesuai.

b. Bentuk Pendekatan Instrumental, adalah pendekatan yang mempunyai

gagasan tentang adanya dorongan yang kuat oleh kepentingan politik,

dan kemunculan provokator baik dalam masyarakat maupun dalam

kelompok-kelompok tertentu yang memiliki tujuan dalam suatu

keadaan masyarakat atau kelompok yang sedang bermasalah.

c. Bentuk Pendekatan Konstruksi Sosial, bentuk pendekatan ini

memandang konflik sebagai dialektika kenyataan dalam masyarakat,

individu dan kelompok-kelompok sosial menyadari bahwa konflik itu

eksis dalam kehidupan sehari-hari.37

36

Moh. Soleh Isre,Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Depag RI, 2003), h. 52.

37


(38)

Dari beberapa definisi tentang bentuk konflik di atas tadi sudah jelas

bahwa, bentuk konflik merupakan sebuah bagian dari teori konflik, dan dari

tiap-tiap bentuk mempunyai arti dan peranan masing-masing, baik menurut Coser

maupun Duverger, dan dalam sejarah Indonesia sendiri sudah terbukti dengan


(39)

BAB III

DESKRIPSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KARAWANG

A. Latar Belakang Berdirinya Partai

Indonesia adalah negara yang sering disebut sebagai negara paling

majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah penduduk kurang lebih dari 238 juta

jiwa ini, berdiam tidak kurang dari 300 etnis dengan identitas kulturalnya

masing-masing yang berbeda, namun negara Indonesia ini belum bisa mencapai kejayaan

yang sesungguhnya, sudah terbukti dimana ketika rezim otoriter Soeharto telah

membabibutakan negara membuat bangsa Indonesia semakin tidak jelas dan

keadaannya semakin terpuruk.

Orde Baru menandakan perlawanan terhadap gelombang reformasi,

terbukti dengan banyaknya kerusuhan diberbagai daerah, benturan para elit politik

kian memanas, krisis moneter yang selalu menghantui, teror terhadap masyarakat

sipil sering terjadi. Dengan kondisi yang demikian masyarakat atau warga

Indonesia tidak tenang dan tidak nyaman, maka dari berbagai kalangan, baik

organisasi-organisasi masyarakat, gerakan mahasiswa, dan para simpatisan

masyarakat melakukan sebuah gebrakan atau gerakan melalui demonstrasi

besar-besaran menginginkan agar Soeharto segera turun dari kursi panasnya, dan

gerakan tersebut bisadinamakan “GERAKAN 98”.

Negara tidak bisa untuk melawan massa atau masyarakat dengan jumlah


(40)

terkendali, akhirnya dengan berjalannya waktu aliran darah rezim Soeharto sudah

putus, kediktatoran sudah musnah dan pertarungan politik semakin memanas,

maka sempat muncul pertanyaan apa yang akan terjadi pada Indonesia ini yang

menandakan bahwa akan muncul suasana baru atau era baru yang juga bisa kita

kenal dengan era milenium atau era reformasi. Secara harfiah reformasi berasal

dari bahasa latin “re” yang artinya kembali, dan “formare” artinya membentuk, jadi reformasi adalah usaha untuk membentuk kembali.38

Sehingga pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto yang sudah

menguasai bumi Indonesia kurang lebih 32 tahun lengser atau turun dari kursi

panasnya sebagai akibat desakan gelombang reformasi yang sangat dahsyat, mulai

yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai

istighosah para kiyai-kiyai, dan beberapa ormas atau simpatisan partai mulai

membuat agenda dan rumusan dalam rangka membangun pondasi era reformasi.

Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut era

reformasi.

Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

(PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air.

Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar

PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol, ada yang

mengusulkan lambang parpol yaitu gambar bumi, ada yang mengusulkan bentuk

hubungan politik antara warga Nahdliyin dengan NU, dan ada yang mengusulkan

visi-misi serta AD/ART parpol. Akan tetapi diantara banyak usulan, usulan yang

38

Budi Winarno,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,(Yogyakarta, Media Pressindo, 2007), h. 44.


(41)

paling lengkap adalah Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai oleh KH. M Cholil

Bisri dan PWNU Jawa Barat.

Maka hasilnya tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama

terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan

Kebangkitan Bangsa. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat

Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati– hati betul, hal ini didasarkan pada adanya pernyataan bahwa hasil muktamar NU ke-27 di Situbondo yang

menetapkan secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun

dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Namun demikian, sikap yang diberikan PBNU belum memuaskan

keinginan warga NU namun demikian, dengan tidak sabar dibeberapa daerah

sudah mengusulkan nama – nama partai politik antara lain yaitu: di Purwokerto (Partai Bintang Sembilan), di Cirebon Partai Kebangkitan Umat (Pekanu).

Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebuah partai politik di Indonesia,

detik-detik deklarasi adalah angan-angan yang dinantikan oleh warga Nahdliyin

karena selama rezim Orde Baru NU termarginalkan oleh rezim diktator. Pada jam

15.00 WIB di komplek Pondok Pesantren Wahid Hasyim Ciganjur Jakarta Selatan

pada tanggal 23 Juli 1998 dideklarasikanlah Partai Kebangkitan Bangsa oleh para

kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH. Ilyas

Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. Muhith

Muzadi.39

Karawang Pangkal Perjuang derah yang terkenal dengan lumbung padi yang

memiliki basis atau masa Nahdlatul Ulama cukup banyak sekitar 70% NU,

39

Lukmanul Khakim Chozin dan el-kamaludin el-mauludy. Ed. 13 Alasan Memilih PKB. (Jawa Barat: tim DPW Jawa barat, 2008), h. 31.


(42)

Karawang Pangkal Perjuang derah yang terkenal dengan lumbung padi yang

memiliki basis atau masa Nahdlatul Ulama cukup banyak sekitar 70% NU,dan

latar belakang berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang

karena situasi dan tuntutan zaman, seiring dengan berjalannya waktu dan

berputarnya roda perpolitikan di Karawang hingga situasi yang merubah keadaan

suatu daerah, berawal dari keluh kesah warga, unjuk keprihatinan sampai

diadakannya kumpulan Ulama se Kabupaten Karawang mengadakan rapat atau

musyawarah di Aula Husni untuk membahas tentang pembentukan partai

Nahdliyin Karawang yang selama ini mereka kurang tersalurkan aspirasinya

terhadap kepemimpinan Dadang S Muchtar dari partai Golkar. Maka pada tanggal

25 Juli setelah deklarasi PKB pusat di Ciganjur PKB Karawang mendeklarasikan

DPC PKB Kabupaten Karawang, KH. Hasan Bisri sebagai ketua atau Dewan

Syura, setelah diresmikannya partai, warga Nahdliyin Karawang merasa senang

dan gembira karena sudah mempunyai partai yang berbasis NU. Maka artinya

peristiwa ini yang mengawali era Reformasi yang menginginkan adanya

perubahan di daerah Karawang.40

Awal perjalanan politik dan menghadapi pemilu 1999 warga NU

Karawang berbondong-bondong dan berpartisipasi dalam kampanye politik, di

tiap pelosok desa banyak atribut atau bendera PKB warga gempar begitu

banyaknya simpatisan PKB diantaranya Kecamatan Cikampek, Kecamatan

Pangkalan, Kecamatan Klari, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Rengasdengklok,

Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Pedes, Kecamatan Rawa Merta, Kecamatan

40

Wawancara bersama Kang Jaa Maliki. Di Sekretariat DPC PKB Karawang, sertaBuku Agenda DPC PKB Karawang , 1999, h. 2


(43)

Cilamaya, dan Kecamatan yang lainya belum ikut langsung meramaikan

kampanye pemilu karena ada beberapa faktor.

Dukungan serta dorongan dari warga dan simpatisan sangat ramai semua

megeluarkan ide serta gagasanya kepada DPC PKB agar selalu benar dan positif

dalam perjalanan politik dalam mengikuti pemerintahan atau kekuasaan Dadang S

Muchtar atau Dasim, agar sesuai dengan versi kampanye PKB yaitu “Maju Tak

Gentar Membela Yang Benar Bersama PKB”, PKB dengan dikendarai oleh KH.

Hasan Bisri semakin banyak pendukung dan simpatisan dari luar NU sebagai

parpol pembaharuan yang bisa memeriahkan pesat Demokrasi Karawang 1999.

Perjuangan Partai Kebangkitan Bangsa semakin gentar dengan melakukan

berbagai agenda politik baik yang bersifat internal maupun yang eksternal, yang

tidak lain adalah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat Karawang yang berbasis

NU. Perkembangan PKB itu sampai menghadapi pemilu 2004 walaupu hasil suara

tidak sebanyak seperti pemilu 1999 karena disebabkan oleh beberapa factor atau

konflik, namun PKB Karawang tetap eksis dan berani menghadapi pemilu 2004.

Kemudian perjalanan PKB dari tahun 2004-2005 mengalami kendala yang

diakibatkan oleh konflik para elit politik. Sehingga konflik merambah sampai

pemilu legislative 2009 yang lalu, kalau penulis amati DPC PKB Karawang sama

keadaanya dengan DPP PKB, oleh karena itu bisa diartikan konflik yang terjadi di

DPC PKB Karawang dampak dari DPP PKB.41

41


(44)

B. Struktur Kepengurusan Partai

Berdasarkan surat keputusan nomor: 1304/DPP-02/IV/A.IVIII/2006 susunan

Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Karawang

Periode Tahun 2006-2011 sebelum pemilu 2009 adalah sebagai berikut:

1. DEWAN SYURA

Ketua : KH. Nasuha Azhari

Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i Wakil Ketua : Enjang Ya’kub

Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits

Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.

Wakil Sekretaris : H. Ali Kamaludin

Wakil Sekretaris : Drs H. Abdul Soleh

Anggota : H. Cahrum

Anggota : H. Isma’il

Anggota : KH. Endang Hidayat

Anggota : Drs. Ijang Holil

Anggota : KH. Zaenudin Soleh

Anggota : Hj. Zuhroiyah

Anggota : H. Suyud Alamsyah

Anggota : Idrus Efendi

Anggota : KH. Ade Fatahillah


(45)

2. DEWAN TANFIDZ

Ketua : Drs. Suyanto

Wakil Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag.

Wakil Ketua : Abdul Halim Sukhaeri

Wakil Ketua : Memed Humaedi

Wakil Ketua : H. Adzat Sudradzat

Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif

Wakil Ketua : Cucu Mudzakarudin AK.

Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.

Sekretaris : H. Noorjuman, S.ag.

Wakil Sekretaris : Rony Renaldi

Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.

Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid

Wakil Sekretaris : Kamaluddin Abdillah, S.ag.

Wakil Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki Wakil Sekretaris : Drs. H. M. Solihin

Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.

Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam

Wakil Bendahara : Komarudin, SE.

Wakil Bendahara : Palahudin

Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin

Wakil Bendahara : Ade Hendrik, SH.


(46)

Berdasarkan surat keputusan nomor: 3554/DPP-03/V/A.IVII/2009 susunan

Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Karawang

Periode Tahun 2009-2014 sebagai berikut:

1. DEWAN SYURA

Ketua : KH. Nasuha Azhari

Wakil Ketua : KH. Tajudin Zuhri

Wakil Ketua : KH. Zaenudin Sholeh

Wakil Ketua : KH. Endang Hidayat

Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits

Wakil Ketua : KH. Ade Fatahillah

Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i

Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.

Wakil Sekretaris : H. Ismail

Wakil Sekretaris : H. Suyanto

Wakil Sekretaris : Asep Jalaludin Bakri M

Anggota : Idrus Efendi

Anggota : Ust. Hayi Basyari

Anggota : Enjang Ya’kub

Anggota : Drs. Abdul Soleh

2. DEWAN TANFIDZ

Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag. Wakil Ketua : Drs. H. M. Solihin


(47)

Wakil Ketua : Kamaluddin Abdillah, S.ag.

Wakil Ketua : H. Noorjuman, S.ag.

Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif

Wakil Ketua : Dra. Leni Puspawati

Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.

Wakil Ketua : Memed Humaedi

Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki

Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.

Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.

Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid

Wakil Sekretaris : Rahmat Toleng Djati

Wakil Sekretaris : Komarudin, SE

Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam Wakil Bendahara : Jajang Sulaeman S.sos.

Wakil Bendahara : Palahudin

Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin

Wakil Bendahara : Ade Hendrik, SH.

Mengenai pengurus DPC PKB Kab. Karawang terjadi dua kepengurusan

sama seperti yang terjadi di tingkat pusat, dan masing-masing membenarkan

adanya kepengurusan itu walaupun dalam keputusan MK tentang hak

kepengurusan dipegang oleh Muhaimin dan di DPC dipegang oleh Ahmad Zimmy

Zamakhsari. Oleh karena itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam

kepengurusan DPC PKB terjadi dua kepengurusan kubu Muhaimin dan kubu Gus


(48)

C. Program Kerja Partai

Di Negara yang demokratis dalam rangka mengikuti perkembangan politik

Nasional yang sesuai dengan UU kepartaian maka PKB Karawang dalam

mengikuti program negara mempunyai program sama seperti yang diagendakan

pada Simposium Nasional - Kebangkitan Indonesia DPP PKB, terdapat 13

program kerja yaitu:42

KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN EKONOMI

1. Program Sumber Daya Alam dan Energi. Yaitu mendorong kebijakan politik pengelolaan sumber daya alam dan energi yang berpihak kepada

kepentingan nasional, dan mengembangkan berbagai sumber energi alternatif

untuk menjamin kedaulatan energi nasional.

2. Program Kewilayahan, Tata Ruang dan Lingkungan. Mengembangkan perencanaan pembangunan yang memperhatikan tata ruang dan tata wilayah

yang saling terhubung dalam lingkup Negara kepulauan, serta selalu

mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.

3. Program Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan. Melakukan penelitian, transfer teknologi, penyediaan modal dan informasi untuk

meningkatkan kesejahteraan petani, serta memberdayakan sektor perikanan

dan peternakan.

4. Program Infrastruktur Penunjang Kegiatan Ekonomi. Menyediakan fasilitas dan infrastruktur transfortasi, telekomunikasi, kelistrikan dan

pengelolaan air yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi dengan

biaya yang terjangkau.

42

Artikel DPP PKB, dalam acara “Simposium Nasional Kebangkitan Indonesia, 13 agenda kemandirian dan kedaulatan bangsa, 16 Mei 2008.


(49)

5. Program Ekonomi dan Industri. Memperjuangkan pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan pemerataan, pengentasan

kemiskinan, dan stabilitas ekonomi jangka panjang, serta mendorong industri

yang berorientasi kepada ekspor.

6. Program Perburuhan dan Perumahan. Menyediakan sebanyak mungkin lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan buruh, dan menyediakan

kebutuhan papan yang memadai dan terjangkau.

KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN POLITIK, HUKUM DAN HAM

7. Program Reformasi Birokrasi. Melakukan reformasi untuk membentuk birokrasi yang memiliki sikap melayani, professional, netral didalam politik,

dan tidak melakukan korupsi dalam menjalankan tugas, dan menjadikan

birokrasi sebagaipublic service(memberikan pelayanan kepada masyarakat).

8. Program Penegakan Hukum dan HAM. Melakukan reformasi hukum berbasis penghormatan kepada tata nilai masyarakat dan hak asasi manusia

serta penegakan hukum yang dilakukan dengan tegas dan konsisten, termasuk

pembersihan lemabaga-lembaga penegak hukum dari mafia peradilan.

9. Program Reformasi Sistem Politik. Mendorong penyederhanaan dalam sistem kepartaian dan pemilihan umum untuk lebih memperkuat demokrasi

dan mempermudah kontrol publik terhadap lembaga politik.

10. Program Petahanan, Keamanan, dan Hubungan Internasional. Menuntaskan reformasi TNI dan POLRI dengan meningkatklan

profesionalisme dibidangnya masing-masing, serta menjalankan diplomasi


(50)

KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN SOSIAL BUDAYA

11. Program Kemandirian dan Kedaulatan Pendidikan dan Kesehatan. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, menjamin semua warga

Negara mampu mendapatkannya, serta memperjuangkan pengembangan seni

budaya yang memperkuat karakter bangsa.

12. Program Perempuan, Anak-anak, Pemuda, dan Kelompok Marjinal. Memberdayakan kelompok perempuan, anak, pemuda, dan kelompok

terpinggirkan dengan menyediakan wahana untuk pengembangan mereka.

13. Program Kehidupan Beragama dan Pluralisme. Menguatkan semangat kebangsaan dan keagamaan yang didasari dengan kepercayaan sesama umat,

dan menyatukan umat pada kebangsaan dan kenegaraan, adanya kerjasama

sesama umat baik islam maupun luar islam (netral) serta memberikan

kebebasaan dalam beragam, bersosial dan bernegara.

Mengenai 13 program diatas yang sesuai dengan No. urut partai telah

diambil kesimpulan bahwa, baik DPP, DPW maupun DPC itu mengenai program

kerja semuanya sama menggunakan 13 Agenda Kemandirian dan Kedaulatan

Bangsa, baik dari kedaulatan ekonomi sampai kedaulatan sosial dan budaya yang

mencakup semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengenai hal ini

Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Karawang sudah

melaksanakan agenda tersebut walaupun belum terealisasikan sepenuhnya, karena


(51)

yang harus diselesaikan, namun semua itu, tidak mempengaruhi semangat

pengurus DPC PKB Kab. Karawang.

D. Perkembangan Partai dari 2004 - 2009

Karawang salah satu Kabupaten yang mempunyai basis masa Nahdaltul

Ulama yang exis, itu di buktikan dengan keragaman dan budaya kaum Nahdliyin

di Karawang, dan banyak berdirinya pondok pesantren salafi bahkan Partai

Kebangkitan Bangsa Karawang partainya kaum santri sebagaimana yang tertera

dalam Koran Radar Karawang bahwa santri di pondok pesantren itu mayoritas

mendukung karena Partai Kebangkitan Bangsa bisa mengakomodir dan

pengurusnya mayoritas warga Nahdliyin.

Selama pemilu 2004 PKB Karawang masih tetap menjalankan visi dan

misi partai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kepada masyarakat

khsusnya dibagian pelosok desa, mengadakan sosialisasi kepetani-petani dan para

nelayan yang ada di karawang, dan tidak lupa pula sebagaimana sudah kita

ketahui Karawang sudah menjadi kota Industri. Menurut Jaa Maliki PKB telah

melakukan kegiatan bekerja sama dengan PT atau Pabrik yang berada di

Kabupaten Karawang.43

Dalam kegiatan agenda partai Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus

Anak Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Karawang, mengikuti Training

of Trainer, di aula Wisma Asih. Narasumber yang dihadirkan dari Polres dan

Kejaksaan Negeri. Selain pengurus teras di internal PKB sendiri. Dikatakan Ketua

DPC PKB Akhmad Zimmy Jamakhsari, bahwa pelaksanaan Training of Trainer

tujuannya adalah untuk memberikan bekal kepada para pengurus hingga tingkat

43


(52)

kecamatan terkait penggunaan bantuan sosial dari Pemkab. Karena dari sekian

aspirasi yang diperjuangkan fraksinya di DPRD, di antaranya banyak kader-kader

PKB mendapatkan bantuan sosial tersebut.44

Bantuan sosial yang dianggarkan APBD biasanya diarahkan ke

pembangunan atau rehab sarana ibadah. Dari mulai masjid, majelis taklim, hingga

pondok pesantren. Untuk tahun 2010 sudah mengupayakan memperoleh kembali,

khawatir nanti salah dalam memenuhi persyaratan administrasi sebagai bentuk

pertanggungjawaban, maka perlu didatangkan para aparat penegak hukum untuk

memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Selain itu, materi hukum secara umum juga diulas di acara Training of

Trainer tersebut. Sehingga, diharapkannya, kedepan para pengurus hingga kader

PKB dapat memahami betul bagaimana substansi hukum dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu diharapkan kegiatan Training of Trainer

ini menjadi langkah lanjut dari pengkaderan makin cerdas berpikir maupun

berpolitik, lebih tumbuh dan berkembang dalam kemandirian. Karena jangan

sampai terjadi kader PKB seperti anak kecil yang bisanya hanya sekedar minta

sama orang tua.45

Ditambahkan oleh salah seorang pengurus DPC PKB Rahmat Tolenk,

kegiatan Training of Trainer adalah untuk membuktikan kepada masyarakat

bahwa sistem kepartaian di lingkungan PKB tetap terus berjalan, tanpa harus

terjebak pada moment-moment tertentu, seperti menjelang Pemilu legislatif,

Pemilu Presiden atau Wakil Presiden, Pilgub, hingga Pilkada. Ini juga perintah

DPP agar pengurus PKB di semua jenjang menyelenggarakan Training of Tainer.

44

Buku besar Agenda DPC PKB Karawang.

45


(53)

Masalahnya, PKB kedepan akan dikembangkan sebagai partai ahli sunnah wal

jama’ah.

Menghadapi Pilkada 2010 yang tinggal menunggu waktu, jelas Tolenk,

bagi PKB baru akan mengambil sikap maupun langkah dukungan setelah

mendengar secara resmi pernyataan Dadang S. Muchtar, bisa atau tidaknya yang

bersangkutan mencalonkan kembali sebagai calon Bupati periode 2010-2015.

“PKB berencana menggelar musyawarah daerah dengan para alim ulama. direncanakan akhir Pebruari atau awal Maret. Disana kita siap meminta masukan

dari para Ustadz di kampung-kampung atau desa, termasuk pengurus ranting

PKB.46 Namun, pada kenyataanya PKB kubu Gus Dur telah merambah ke

berbagai parpol lain kebanyakan mendukung Dadang S.M yang dicalonkan

sebagai wakil bupati, dan yang lain masuk ke lawan partai.

Dalam perkembangan partai untuk menghadapi pemilu 2009 DPC PKB

menurut Jaa Maliki, telah melakukan dua kali pertemuan dengan agenda rapat

koordinasi calon legislatif. Pada tanggal 31 Januari 2009 mengadakan rapat kerja

Lembaga Pemenang Pemilu (LPP) Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan

Bangsa Karawang yang dihadiri oleh pengurus DPC, DPAC dan seluruh calon

legislatif yang membahas program kerja.47

Bahkan Jaa mengatakan walaupun sedang mengalami konflik PKB

Karawang tetap menjalankan aktivitasnya sebagai partai politik, bahkan Jaa

46

Dikutip dari Radar Karawang pada tanggal 06 Januari 2010, DPC PKB Karawang dan Training of Trainer, Training of Trainer ini diikuti oleh Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus Anak Cabang dengan tujuan pembekalan pengurus PKB.

47


(1)

solid masih dalam urutan walaupun tetap tidak naik dan tidak turun, kemudian pemilu tahun 2009 yang lalu partai masih mendapatkan jatah kursi dan ini karena sistem pemilu distrik.

3. Penyebab terjadinya konflik di DPC Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang sama seperti di daerah lin yaitu dampak dari konflik yang terjadi di DPP, antara kubu Muhaimin Iskandar dan kubu KH. Abdurrahman Wahid atau Yeni Wahid.

4. Faksionalisme yang terbentuk setelah tejadinya konflik, pengurus DPC PKB Kab. Karawang terbentuk menjadi dua kubu sampai saat ini masih menjadi miss comunication antara dua kubu, karena dari kubu Gus Dur atau Yeni Wahid tetap pada pendirianya yang tidak mau PKB dipimpin oleh Muhaimin, begitupun kubu Muhaimin tidak mau PKB dipimpin oleh Gus Dur atau Yeni Wahid.

5. Dampak serta pengaruh dari konflik itu dialami atau dirasakan oleh masyarakat Nahdliyin Karawang, dimana ketika awal lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa warga Nahdliyin Karawang sangat bersyukur sekali karena selama bertahun-tahun tidak ada partai yang bisa sepenuhnya menyalurkan aspirasi warga Nahdliyin di Karawang kegiatan warga Nahdliyin yang bersifat sosial maupun politik berjalan dengan baik, adanya hubungan persaudaraan yang kuat baik antara pengurus DPC PKB maupun warga Nahdliyin. Namun, setelah terjadi konflik warga Nahdliyin menjadi pecah, putusnya tali persaudaraan, dan rasa kekecewaan warga Nahdliyin terhadap PKB baik yang di DPP maupun di DPC Karawang.


(2)

B. Saran

1. Agar tidak terulang kembali kejadian atau konflik internal maka, hendaknya warga Nahdliyin khususnya di Karawang harus bisa membangun kembali dan melihat ke depan karena kalau kita amati konflik di tubuh NU sudah sering sekali terjadi baik internal maupun eksternal. Ini membuktikan bahwa NU masih belum bisa membangun hubungan yang harmonis ditubuh NU sendiri karena sudah jelas dan diakui bahwa NU dan Muhamadiyah adalah organisasi yang tertua di Indonesia. Maka kalau itu sudah berjalan dengan baik akan menghasilkan sebuah suasana dan keadaan yang berbeda menjadi Organisasi NU dan Partai Kebangkitan Bangsa yang sejati bisa membangun bangsa dan negara.

2. Pemerintah dan lembaga-lembaga negara hendaknya juga berperan aktif dengan memperhatikan semua kejadian atau konflik dari setiap partai yang itu ada kaitanya dengan pembangunan negara, agar nantinya partai atau suatu organisasi tidak merasa dibebankan dan diasingkan, karena visi dan misi semua partai sangat baik sekali walaupun tidak semuanya berjalan namun sedikit banyak partai politik dan organisasilah yang mendukung berjalanya roda pemerintahan.

3. Dalam upaya meningkatkan dan kemajuan Partai atau Organisasi dan lembaga-lembaga yang ada di negara ini harus saling mendukung dan memotivasi khususnya Partai Kebangkitan Bangsa harus bisa membangun kembali dan harus bangkit kembali supaya sesuai dengan nama dan visi-misi partai, dan bersatu kembali baik konflik di tingkat pusat (Nasional) maupun ditingkat cabang (daerah)


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, Nadhif,Proyeksi Perolehan Kursi DPR Partai Kebangkitan Bangsa Pada Pemilu 2004, (Jakarta, Lembaga Pemenang Pemilu DPP PKB, 2003.

Anshari, Saifuddin Endang,Wawasan Islam,Jakarta, Rajawali, 1986. Andrew Heywood, Politic Third edition, New York, Pearson, 2010.

Coser, Lewis, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Chozin, Lukmanul Khakim dan el-kamaludin el-mauludy. Ed. 13 AlasanMemilih PKB. Jawa Barat: tim DPW Jawa barat, 2008.

CV.Eko Jaya, Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, (UU.RI.Nomor 12 tahun 2003), Jakarta, CV.Eko Jaya, 2003

Denny, Melewati Perubahan: Sebuah Catatan Atas Transisi Demokrasi Indonesia,Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2006.

Duverger,Maurice, Sosisologi Politik,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Haryanto, dalam buku suntingan Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal

Fasyah;mengenal teori-teori politik, Depok, 2005.

Hans Diester Klingemann,Partai Kebijakan dan Demokrasi,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000.

Isre, Mohammad Soleh, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, Jakarta: Depag RI, 2003.

Iskandar Muhaimin, Gusdur yang saya Kenal catatan transisi Demokrasi kita, Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2004.

Ka’bah Rifyal,Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, Jakarta, Khairul Bayan,2005.

Karim, Muhammad Rusli,Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang Surut,Jakarta, CV. Rajawali, 1983.

Lidlle, William, Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1992.


(4)

Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa Bebal sejarah PKB dalam pusaran konflik dan konflik, Jakarta: Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa. 2008.

Miftah, Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Munawir, Sadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI-Press, 1990.

Novri, Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009.

Rais Dhiauddin,Teori Politik Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 2001.

Rabi’ah, Rumidan, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Rahman,Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Rod Hague, Comparative Government and Politics An Introduction, (United State, Macmillan Press LTD, 1982).

Soon, Kang Young, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdlatul Ulama, Jakarta, UI-Press, 2007.

Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan, Jakarta: Rajawali Press, 1982.

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 1992.

Tim Media,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Media Centre, 2002. Winarno, Budi, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Jakarta, Media


(5)

Surat Kabar dan Internet

Koran:

Radar Karawang,, Pesta Pemilu Raya Karawang , tanggal 27 juli 2004 h. 4 Radar Karawang yang diakses pada tanggal 23 september 2009, tentang target pemilu PKB Karawang 15%, Petani dan Pondok Pesantren menjadi basis utama. Radar Karawang,, Pesta Pemilu Raya Karawang , tanggal 21 juli 2004 h. 4 Radar Karawang, 23/04/ 2009, h. 3.

Radar Karawang, Training of Trainer, tanggal 06 Januari 2010, DPC PKB Karawang

Radar Karawang, 18 Oktober 2010, h. 5.

Koran Tempo “konflik dan pemilu PKB, tanggal 05/06/09.

Radar Karawang yang diakses pada tanggal 27 september 2009, tentang target pemilu

PKB Karawang 15%, Petani dan Pondok Pesantren menjadi basis utama. Majalah dan Artikel

majalah GATRA 21 Mei 2005, h. 30 edisi 27.

Artikel DPC PKB Kab. Karawang, Lembaga Pemenang Pemilu DPC PKB Kab. Karawang 2009.

Artikel Polres Karawang pada Radar Karawang. Keputusan hasil pemilu Selasa 21/04/2009, pada Pemilu 2009.

Dikutip dari buku besar DPC PKB Kab. Karawang, Kejadian Penting DPC PKB Karawang,21 Juli 2009.

Lembaga Survei Indonesia (LSI), meginformasikan bahwa perolehan suara PKB 5,7%, yang berbeda dengan pemilu 2004 yang memperoleh suara 10,57%.

Artikel LP3ES, Penghitungan Cepat Pemilu 2009.

Artikel KPUD Karawang, keputusan hasil pemilu 2009 bertempat di KPUD Kab. Karawang, Emay Ahmad Maehi, S.Ag.

Internet

Dikutip dari Wikipedia tanggal 23 Agustus 2010.


(6)

INILAH.COM, pada Selasa (21/10/09) di Lampung,

Buku agenda DPC PKB Kab. Karawang, tentang pemilu dan kejadian penting www.INILAH.COM, Kamis 14 Januari 2009.