Perlindungan Hukum Bagi Kreditur terhadap Jaminan Berupa Hak Tanggungan yang Mengalami

seperti : riot, strike, miscellaneous, and damage, sedangkan dikarenakan peristiwa kebakaran harus ditutup dengan klausula kebakaran. Dengan demikian, akibat adanya force majeure pada pelaksanaan kredit menyebabkan Bank memiliki kriteria penilaian di dalam menilai obyek jaminan tersebut, yaitu dalam hal musnahnya obyek jaminan yang mengalami force majeure maka nilai jaminan akan menjadi berkurang dan hal ini akan mempengaruhi rasio agunan terhadap jumlah kredit. Dalam hal ini nilai jaminan lebih kecil dari kredit, maka debitur wajib menambah agunan atau nilai kredit yang akan diturunkan.

A. Perlindungan Hukum Bagi Kreditur terhadap Jaminan Berupa Hak Tanggungan yang Mengalami

Force Majeure Di dalam pelaksanaan kredit dengan jaminan berupa hak tanggungan bisa saja terjadi force majeure. Force majeure yang merupakan suatu keadaan yang menyebabkan debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya perjanjian tersebut dan keadaan atau peristiwa tersebut secara hukum tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur yang bersangkutan, sedangkan debitur tersebut tidak dalam keadaan beriktikad buruk. Dengan demikian, berdasarkan kemungkinan adanya force majeure tersebut haruslah diberikan perlindungan hukum yang jelas terhadap kreditur pemegang jaminan hak tanggungan atas kredit yang telah diberikannya kepada debitur tersebut. Universitas Sumatera Utara Kreditur terlindungi dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang musnahnya obyek jaminan berupa tanah danatau bangunan yang musnah karena force majeure. Ketentuan ini terdapat di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan, yaitu yang ditandai dengan adanya pencantuman klausula : “Pihak Pertama akan mengasuransikan Obyek Hak Tanggungan terhadap bahaya-bahaya kebakaran dan malapetaka lain yang dianggap perlu oleh Pihak Kedua dengan syarat-syarat untuk suatu jumlah pertanggungan yang dipandang cukup oleh Pihak Kedua pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh Pihak Kedua, dengan ketentuan surat polis asuransi yang bersangkutan akan disimpan oleh Pihak Kedua dan Pihak Pertama akan membayar premi pada waktu dan sebagaimana mestinya; Dalam hal terjadi kerugian karena kebakaran atau malapetaka lain atas Obyek Hak Tanggungan Pihak Kedua dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk menerima seluruh atau sebagian uang ganti kerugian asuransi yang bersangkutan sebagai pelunasan utang Debitur”. 120 Kreditur juga terlindungi dengan diasuransikannya obyek jaminan hak tanggungan tersebut, sehingga apabila obyek jaminan musnah dikarenakan force majeure, maka Bank sebagai kreditur berhak untuk mendapatkan uang asuransi dari obyek jaminan asuransi. Nilai dari uang asuransi ini kemudian akan diperhitungkan untuk mengurangi nilai kredit karena pengurangan nilai obyek jaminan tersebut. 121 Apabila uang asuransi obyek jaminan yang telah musnah dapat melunasi utang debitur dan terdapat sisa uang asuransi, maka Bank sebagai kreditur wajib mengembalikan sisa uang asuransi tersebut kepada debitur setelah semua utang debitur telah lunas. Akan tetapi, apabila uang asuransi obyek jaminan tersebut 120 Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT hlm. 7. 121 Hasil wawancara dengan Elvianna Khairi, Proffesional Staff, PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Medan, 27 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara tidak cukup untuk melunasi sisa utang debitur, maka Bank sebagai kreditur tetap menagih sisa utang debitur tersebut. Selanjutnya terhadap perlindungan hukum bagi Bank selaku kreditur apabila akan mengeksekusi obyek jaminan apabila terjadi wanprestasi di dalam perjanjian kredit sementara obyek jaminan yang akan dieksekusi tersebut telah musnah dikarenakan force majeure, maka Bank selaku kreditur dapat melakukan penyitaan asset di luar jaminan yang diserahkan dalam perjanjian kredit. Hal ini dikuatkan dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 1131 KUH Perdata menyebutkan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Dengan demikian terlihat bahwa meskipun terjadi force majeure yang menyebabkan musnahnya obyek jaminan hak tanggungan, tetapi tidak berarti menyebabkan hapusnya utang debitur kecuali debitur meninggal dunia atau tidak diketahui keberadaannya dan tidak memiliki ahli waris. Sehingga debitur tetap harus membayar utangnya kepada Bank selaku kreditur. Bank tetap melakukan pencatatan atas utang debitur sesuai dengan perjanjian kredit dan tetap dilakukan penagihan utang kepada debitur. B. Upaya Penyelesaian Kredit terhadap Jaminan Berupa Hak Tanggungan yang Mengalami Force Majeure Bank sebagai kreditur di dalam mengucurkan dana kredit kepada debitur tentulah berharap agar dananya tersebut dapat kembali dan pelaksanaan kredit Universitas Sumatera Utara berjalan lancar. Akan tetapi, tidak selamanya harapan itu terpenuhi. Adakalanya debitur tidak dapat melunasi utangnya dan adakalanya obyek jaminan mengalami force majeure. Terhadap hal tersebut Bank melakukan langkah-langkah penyelesaian atas terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, salah satunya force majeure. Bank melakukan pendekatan personal upaya damai, yaitu bank meminta debitur untuk memberikan jaminan lainnya yang dapat menutupi utang debitur. Bank biasanya mengcover obyek jaminan hak tanggungan dengan jaminan tambahan lain yang dapat menjadi second way out untuk menyelesaikan kredit debitur. Obyek jaminan berupa tanah sepanjang tidak berubah bentuknya maka jaminan debitur tetap apabila berubah bentuknya maka harus diganti jaminan tersebut dengan obyek jaminan yang baru dan limit kredit harus dikurangi, sedangkan jaminan berupa bangunan yang diasuransikan dan telah dicantumkan bahwa bank sebagai banker’s clause akan mendapatkan ganti rugi. 122 Banker’s clause atau klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam polis dan hanya dicantumkan atas permintaan Bank. Dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa pihak Bank sebagai penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi polis. Debitur wajib untuk mengasuransikan obyek jaminan yang baru tersebut dan terhadap obyek jaminan yang baru tersebut diikat dengan APHT yang baru. 122 Hasil wawancara dengan Elvianna Khairi, Proffesional Staff, PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Medan, 27 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara Bank berhak untuk menunjuk perusahaan asuransi terhadap obyek jaminan yang baru tersebut. Hal ini terdapat di dalam klasula APHT yang berbunyi 123 : “Pihak Pertama akan mengasuransikan Obyek Hak Tanggungan terhadap bahaya-bahaya kebakaran dan malapetaka lain yang dianggap perlu oleh Pihak Kedua dengan syarat-syarat untuk suatu jumlah pertanggungan yang dipandang cukup oleh Pihak Kedua pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh Pihak Kedua, dengan ketentuan surat polis asuransi yang bersangkutan akan disimpan oleh Pihak Kedua dan Pihak Pertama akan membayar premi pada waktu dan sebagaimana mestinya”. Apabila obyek jaminan musnah dikarenakan oleh force majeure dan debitur masih memiliki itikad baik untuk melunasi utangnya, namun debitur kesulitan di dalam melunasi utang tersebut, maka Bank melakukan upaya restrukturisasi kredit. 124 Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan oleh Bank terhadap debitur yang berpotensi atau mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya dan debitur memiliki itikad baik serta kooperatif.. Restrukturisasi dapat dilakukan antara lain melalui : 1. Penurunan suku bunga kredit; 2. Perpanjangan jangka waktu kredit; 3. Pengurangan tunggakan bunga kredit; 4. Pengurangan tunggakan pokok kredit; 5. Penambahan fasilitas kredit. Hal ini dilakukan untuk menjaga kredibilitas dari pihak debitur maupun kreditur. Langkah selanjutnya yang dapat diambil apabila upaya-upaya tersebut tidak dapat dilakukan dan debitur tidak lagi memiliki itikad baik untuk melunasi utangnya dikarenakan obyek jaminan telah musnah, maka bank dapat dilakukan 123 Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT hlm. 7. 124 Hasil wawancara dengan Arif Budi Agustanto, Team Leader, PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Medan, 27 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara somasi 125 . Somasi adalah peringatan dari Bank kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati dalam Perjanjian Kredit. Somasi dapat dilakukan sendiri oleh Bank atau melalui bantuan Pengadilan. Dalam hal somasi dilakukan melalui bantuan Pengadilan, Bank mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri agar Pengadilan Negeri melakukan somasi atau teguran tertulis kepada debitur yang telah wanprestasicidera janji. 125 Hasil wawancara dengan Elvianna Khairi, Proffesional Staff, PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Medan, 27 Januari 2015. Universitas Sumatera Utara 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan