Pihak Pemohon Pailit Pihak Debitor Pailit Hakim Pengadilan Niaga Hakim Pengawas Kurator

bahwa utang yang lahir dari perikatan alamiah adanya schuld dan haftung tidak dapat dimajukan untuk permohonan pernyataan pailit. 4. Syarat Pemohon Pailit Sesuai dengan ketentuan pasal 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah sebagai berikut. a. Debitur Sendiri Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Undang-Undang memungkinkan seorang debitur untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit atas dirinya sendiri. Jika debitur masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas pesetujuan suami atau istri yang menjadi pasangannya Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. b. Seorang Kreditor atau Lebih Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Sesuai dengan penjelasan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, kreditor yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debiturnya adalah kreditor konkuren, kreditor preferen ataupun kreditor separatis. c. Kejaksaan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Permohonan pailit terhadap debitur juga dapat diajukan oleh kejaksaan demi kepentingan umum Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. d. Bank Indonesia Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Permohonan pailit terhadap bank hanya dapt diajukan oleh Bank Indonesia berdasarkan penilaian kondisi keuangan dan kondisi perbankan secara keseluruhan.

2.4.3 Pihak-Pihak yang terlibat dalam Kepailitan

a. Pihak Pemohon Pailit

Salah satu pihak yang terlibat dalam perkara kepailitan adalah pihak pemohon pailit, yakni pihak yang mengambil inisiatif untuk mengajukan permohonan pailit ke pengadilan, yang dalam perkara biasa disebut sebagai pihak penggugat: Menurut pasal 2 ayat 1 – 5 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU maka yang dapat menjadi pemohon dalam suatu perkara kepailitan adalah salah satu dari pihak berikut ini : 1. Pihak debitor sendiri. 2. Seorang atau lebih kreditornya. 3. Pihak kejaksaan jika menyangkut dengan kepentingan umum. 4. Pihak Bank Indonesia jika Debitornya adalah suatu Bank. 5. Menteri Keuangan jika debitor perusahaan asuransi, reasuransi, dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik. 6. Pihak Badan Pengawas Pasar Modal jika debitornya adalah suatu perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian.

b. Pihak Debitor Pailit

Pihak debitor pailit adalah pihak yang memohondimohonkan pailit ke pengadilan yang berwenang. Yang dapat menjadi debitor pailit adalah debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utangyang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

c. Hakim Pengadilan Niaga

Perkara kepailitan diperiksa oleh hakim majelis tidak boleh oleh hakim tunggal, baik untuk tingkat pertama maupun untuk tingkat kasasi.

d. Hakim Pengawas

Untuk mengawasi pelaksanaan pemberesan harta pailit, maka dalam putusan kepailitan oleh pengadilan harus diangkat seorang hakim pengawas di samping pengangkatan kuratornya.

e. Kurator

Kurator merupakan salah satu pihak yang cukup memegang peranan dalam suatu proses perkara pailit. dan karena peranannya yang besar dan tugasnya yang berat, tidak sembarangan orang dapat menjadi pihak kurator. Persyaratan dan prosedur untuk dapat menjadi kurator ini oleh UU Kepailitan dan PKPU diatur secara relatif ketat. Untuk itu, tentang kurator ini akan dibahas tersendiri dalam bab khusus.

f. Panitia Kreditor

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122