5 2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang TB Paru terhadap
kepatuhan minum OAT pada penderita TB Paru di RS Paru Sidawangi, Cirebon, Jawa Barat.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan sekaligus memperoleh pengalaman untuk melakukan penelitian lapangan mengenai tingkat pengetahuan tentang TB Paru terhadap kepatuhan minum
OAT pada penderita TB Paru. 2. Bagi Unit Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan ke depan dalam usaha meningkatkan angka kesembuhan penyakit TB Paru dengan upaya preventif, kuratif maupun promotif
khususnya tingkat pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru terhadap kapatuhan minum obat.
3. Bagi masyarakat dan penderita Menambah wawasan dan kesadaran bagi masyarakat dan penderita TB Paru terhadap
pentingnya kepatuhan minum obat antituberkulosis paru OAT.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi dan Etiologi
Tuberkulosis atau dikenal juga dengan sebutan TBCTB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. M. Tuberculosis merupakan kelompok bakteri
gram positif aerob, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula sebagai Basil Tahan Asam BTA. Sebagian besar 80 kuman TB menyerang paru-paru
dan sebagian kecil mengenai organ tubuh lainnya. Amin dan Azril, 2006.
2. Gejala klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan Depkes RI, 2008.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka suspek pasien TB,
dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung Depkes RI, 2008.