Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

commit to user 10 penolong atau rescuer itu sendiri. SAR Karanganyar beberapa tahun belakangan ini disibukkan dengan berbagai bencana. SAR memegang peranan penting dalam bencana alam, bahkan memegang peran pokok yaitu sebagai evakuator pertama. Kegiatan evakuasi sendiri belum tentu dapat dijalankan sendiri oleh warga sekitar bencana karena berbagai faktor, maka mau tidak mau SAR yang memegang peran penting ini. Bencana yang paling rawan atau sering terjadi adalah tanah longsor yang telah memakan korban yang tidak sedikit.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam yang terjadi di Wilayah Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a. Tujuan Operasional 1. Mengetahui bagaimana peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanh longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar. 2. Bagaimana cara kerja atau sistem kerja SAR Karanganyar dalam menjalankan tugasnya di penanganan bencana alam 3. Mengetahui sejauh mana pengertian masyarakat mengenai peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam. b. Tujuan Fungsional commit to user 11 Dengan penelitian ini, apabila memungkinkan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang memerlukan baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, khususnya dalam bidang penanganan bencana alam. c. Tujuan Individual Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Sosial khususnya Sosiologi. b.Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam upaya melebarkan sayap organisasi SAR Kabupaten Karanganyar, serta kebijakan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam hal penanganan bencana alam di willayah Kabupaten Karanganyar. c. Manfaat Metodologis Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melekukan penelitian sejenis yang lebih mendalam.

D. Landasan Teori 1. Pendekatan Sosiologi

commit to user 12 Dalam penelitian ini permasalahannya akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari : 1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar berbagai gejala sosial misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya. 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial misalnya: gejala geografis, biologis dan lain sebagainya. 3. Ciri- ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial Soekanto, 2003:19 William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial Soekanto, 2003 : 19-20. Dari definisi tersebut nampak sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, proses dan gejala yang ditimbulkan dari hubungan tersebut dalam masyarakat dan juga pengaruh hubungan timbal balik antar gejala sosial dan non sosial. Sedangkan dalam sosiologi juga dikenal adanya paradigma sosial. Paradigma menurut Ritzer adalah pandangan yang mendasar dari ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan discipline. Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu Ritzer, 2003 : 6-7. Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang biasa digunakan dalam menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku commit to user 13 sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial social action. Dalam paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain adalah : teori tindakan teori aksi, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari penelitian ini berpegang pada teori aksi Ritzer, 2008 : 699-700. Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu : 1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu Ritzer, 203 : 39 . Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah :

1. Zwerkrational

Yaitu tindakan rasional murni. Dalam tindakan ini seseorang atau aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut. Ia dapat juga mencari cara dari tujuan lain berikutnya, bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka akan mudah memahami tindakannya itu. commit to user 14

2. Werkrational action

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri. 3 Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional. 4 Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja Ritzer, 2003: 40-41 . Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori aksi. Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi, symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri Ritzer, 2003 : 46 . Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten Karanganyar dalam penanganan bencana di wilayah Kabupaten Karanganyar commit to user 15 dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsur- unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya 4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi. 5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan Ritzer, 2003: 48-49. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang oleh Parsons disebut dengan Voluntarisme. Konsep voluntarisme dari commit to user 16 Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya. Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian. Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu: organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system kepribadian, sistem sosialpranata sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku. Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai :

1. Lattern Pattern Maintenance

Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai dengan beberapa ukuran atau norma-norma commit to user 17

2. Integration

Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional

3. Goal Attainment

Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut

4. Adaption

Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system Haryatmoko. B, 1986 Penelitian social harus mencoba menginterprestasikan tindakan si aktor. Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Aksi. Teori aksi yang juga dikembangkan Oleh Max Weber. Menurutnya individu melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat didalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan- kemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situas-situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas Ritzer, 2003 : 49-50. commit to user 18

E. Kerangka Pemikiran

Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanah longsor dapat digambarkan bahwa dalam setiap bencana alam yang terjadi disetiap wilayah operasi SAR Karanaganyar yaitu Kabupaten Karanganyar ataupun laporan permintaan bantuan dari luar Kabupaten Karanganyar, sebagai langkah awal sebelum turun ke lapangan adalah mengadakan koordinasi. Ini merupakan salah satu sistematisasi kinerja SAR. Baru setelah terbentuk tim, maka disegerakan turun ke lapangan dan mulalilah peranan SAR tersebut dijalankan. Mulai dari tahap evakuasi yaitu mencari dan menolong korban secara langsung. Selain evakuasi SAR Karanganyar juga melakukan mitigasi sebelum ataupun sesudah terjadinya bencana alam. Mitigasi dimaksudkan untuk meminimalisir dampak bencana alam dan jumlah korban bencana alam. Hal tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut F. Definisi Konsep 1. peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti tertentu status dan peranan adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. 2. SAR Search And Rescue commit to user 19 Organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, yang bertugas dalam penanganan bencana alam secara langsung, yaitu menyelenggarakan operasi SAR untuk menolong korban bencana alam. Pekerjaan SAR adalah tanpa pamrih dan mengedepankan kepentingan bersama. 3. organisasi sosial Kelompok atau orang-orang yang mempunnyai cara tersendiri untuk bergabung membentuk sebuah sistem yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama, dimana untuk mencapainya terdapat pula cara-cara untuk meraihnya. 4. bencana alam Terjadinya fenomena alam yang diakibatkan dari beberapa faktor baik dari alam itu sendiri ataupun dari ulah tangan manusia, terjadi secara tiba-tiba meskipun sebagian dapat diprediksikan umumnya menelan korban jiwa dan harta benda. 5. penanganan bencana alam Adalah cara yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang sebagai tindakakn atas terjadinya bencana alam untuk mengatasi situasi yang terjadi secara cepat.

F. Tinjauan Pustaka