PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM

(1)

commit to user

1

PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM

(Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan SAR Sebagai Organisasi yang Bergerak di Bidang Sosial dalam Penanganan Bencana Alam Tanah Longsor yang Terjadi

di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Karanganyar)

Oleh :

WIWIT DYAN NOVIANTI D 0305009

S K R I P S I

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga disepanjang perjalanan hidup ini. Hanya berkat ridho dan ijin-Nya lah, penulis dapat

menyelesaiakan karya sederhana dengan judul : “PERANAN SAR (SEARCH

AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM

PENANGANAN BENCANA ALAM. (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar)

Skripsi ini dipersiapkan dan diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat keterlibatan banyak pihak yag telah turut membantu selama penulis mengerjakannya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan secara tulus kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. HJ. Trisni Utami, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(3)

commit to user

4. Bapak Y. Slamet, M.Sc. Selaku pembimbing akademik

5. Bapak Drs. Jefta Leibo, SU, selaku pembimbing skripsi yang telah denga sabar memeberikan bimbingan dan arahan selama menyusun skripsi hingga selesai.

6. Bapak-Ibu Dosen Sosiologi, yang telah berkenan memberikan ilmu dan pengetahuannya, dan seluruh birokrasi kampus yang telah membantu.

7. Komandan SAR Karanganyar, Muhammad Abdullah, SH, yang telah

memberikan informasi dan data yang peneliti perlukan.

8. Seluruh pengurus dan anggota SAR Karanganyar yang telah sabar

mebantu dan member informasi yang sangat membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

9. Bapak Sukatmo selaku kepala Desa Balong, Kecamatan Jenawi,

Kabupaten Karanganyar.

10. Bapak Sumarno, SE selaku Kepala Desa Nglegok, Kecamatan

Ngargoyoso, Kabupaten Karangnyar.

11. Seluruh warga masyarakat Desa Balong, Kecamatan Jenawi dan warga

masyarakat Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten

Karanganyar.


(4)

commit to user

13. Keluargaku tercinta, keluarga yang benar-benar hebat yang selalu memberikan dorongan, Doa dan semangat baik moril dan materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

14. Mas Mulyono, S.Hut yang selalu mengajariku menjadi lebih dewasa dan tegar menjalani apapun. Mas Dullah yang selalu menayakan perkembangan skripsiku, terima kasih sudah peduli. Terima kasih telah menjadi dua orang yang luar biasa dalam hidupku.

15. Seseorang yang aku yakin tetap tersenyum untukku meski aku tak lagi mampu melihat dan menyentuhnya, terima kasih atas segalanya yang pernah aku rasakan.

16. Orang-orang yang salalu memberikan semangat untukku, Sahabatku Septriana Wahyu S, terima kasih sudah menemaniku selama ini. De’ Pandu (semangat,lelah, dan persahabatan yang bersaudara, terima kasih),De’ Abby, De’ Mita, De’ Sukro , De’ Yeni, De’ Arif, De’ Wahyu(wajik), De’ Aji’, Mbak Santi + Ms. Wahyu, terima kasih untuk segalanya.

17. Sahabatku Novita Dian Anggraini, Niken Hartati SN, Noviyati Endah K, Dewi, Isti, Mei, Zunita, Fatwa yang sudah banyak membantu selama aku sakit sampai sekarang, dan teman-teman sosiologi 2005 yang tidak dapat kusebut satu persatu.


(5)

commit to user

Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala bantuan yang diberikan pada penulis.

Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik yang membangun dan saran-saran penulis harapkan untuk perbaikan karya ini.


(6)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Motto ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Abstrak ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... 10 D. Manfaat Penelitian... 10

E. Landasan Teori... 1. Batasan Konsep... 2. Tinjauan Teori... 3. Tinjauan Pustaka... 11 F. Kerangka Pemikiran... 17

G. DefinisiKonseptual... 18

H. Metode Penelitian... 31

1. Jenis Penelitian... 31

2. Tempat Penelitian... 32

3. Sumber Data... 32

4. Metode Pengambilan Sample... 33

5. Teknik Pengambilan Data... 34

6. Validitas Data... 36

7. Teknik Analisa Data... 37 BAB II DESKRIPSI LOKASI


(7)

commit to user

A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar... 39

1. Gambaran Umum... 3

9 2. Luas dan Batas Wilayah... 40

3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor... 41

B. Keadaan Umum Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso... 42

1. Lokasi Daerah Penelitian... 42

2. Batas Desa... 43

3. Luas dan Pembagian Wilayah... 43

4. Keadaan Penduduk... 44

5. Sarana dan Prasarana... 50

6. Keadaan Wilayah Rawan Bencana... 53

C. Keadaan Umum Desa Balong Kecamatan Jenawi... 54

1. Lokasi Daerah Penelitian... 54

2. Batas Desa... 55

3. Luas dan Pembagian Wilayah... 56

4. Keadaan Tanah... 56

5. Keadaan Penduduk... 57

6. Sarana dan Prasarana... 62

7. Keadaan Wilayah Rawan Bencana... 66

D. Profil SAR Karanganyar... 67

1. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar... 67

2. Visi dan Misi... 70

3. Asas, Tujuan, Manfaat, Fungsi dan Peran... 70

4. Sifat dan Usaha... 73

5. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus... 75

6. Pendapatan dan Pembiayaan... 81

7. Atribut... 81

8. Musyawarah dan Rapat... 83

9. Kegiatan Rutin dan Non Rutin... 84 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA


(8)

commit to user

A. Motivasi Anggota Bergabung dengan SAR Karanganyar... 85

B. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana... 88

1. Peran SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bencana Tanah Longsor... 89

2. Peran SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah Longsor... 98

3. Peran SAR Karanganyar dalam Berbagai Kegiatan Sosial Lainnya... 109

C. Sistem Kerja SAR Karanganyar... 111

D. Penguatan Organisasi... 119

E. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar... 120

F. Analisis Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar... 128

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 137

B. Saran... 143

Daftar Pustaka... xvii


(9)

commit to user DAFTAR TABEL Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso

Tabel 1.1

Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 45 Desa Balong Kecamatan Jenawi

Tabel 1.1


(10)

commit to user ABSTRAK

WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND

RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam terutama becana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana di kabupaten tersebut sering terjadi bencana tanah longsor.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai Peran SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam di Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan ialah purposive sampling atau sampel yang bertujuan.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa SAR Karanganyar selama ini berupaya memainkan perannya yang ditunjukkan dengan keaktifan anggota dan pengurus SAR Karanganyar dalam setiap terjadinya bencana di Kabupaten Karanganyar yang tugas pokoknya adalah menangani bencana mencakup evakuasi hingga mitigasi. Evakuasi merupakan kegiatan yang dilakukan meliputi mencari dan menolong korban bencana alam. Sedangkan mitigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan dari bencana alam yang terjadi tersebut. Mitigasi dapat dilakukan sebelum terjadiya bencana yang merupakan upaya pencegahan ataupun sesudah terjadinya bencana sebagai bentuk pemantauan akan adanya bencana alam yang mungkin terjadi kembali. Selain tugas pokoknya menyelenggarakan operasi di daerah bencana, SAR Karanganyar juga aktif dalam beberapa kegiatan sosial dan aksi penyelamatan lainnya selama masih dalam wilayah jangkauan operasinya.

Dari segi peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi menunjukkan bahwa SAR Karanganyar melakukan perekrutan anggota secara selektif serta memberikan pelatihan yang dibutuhkan dalam setiap bidang operasi SAR, demi kelancaran operasi SAR. Peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi dilakukan dengan diadakannya beberapa latihan rutin, seperti latihan evakuasi darat dan air. Selain latihan rutin SAR Karanganyar juga aktif dalam mengikuti kegiatan partisipatif yang juga mampu menambah pengetahuan bidang penanganan bencana alam. Dalam melaksanakan operasi atau tugasnya terlebih dahulu perlu diadakannya koordinasi dengan beberapa pihak yang terkait maupun dengan warga masyarakat sekitar lokasi atau daerah bencana untuk menghindari gangguan komunikasi selama proses operasi SAR berlangsung.


(11)

commit to user ABSTRACT

WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND

RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

The purpose of the study was to describe the role of SAR Karanganyar on natural disasters, especially landslides in Karanganyar, Central Java, in those areas where frequent landslides.

The approach that used was the approach of sociology that refers to human action, while the theory used to approach is problem the theory contained is the social definition paradigm is a theory of action. This theory Max Weber’s emphasis on action and considers that humans are creative actors from social reality. Do with human actions that they are required to be creative in dealing with various issues that arise whwn humans are there in and perform the role to be active in handling natural diasters in order to save the life of another person’s life. Deskriptif kualitatif type of research is trying to give description of the role of SAR karanganyar in dealing with natural disasters by using words. Data collection techniques with non participant observation, depth interviews and documentation as well as purposive sampling.

SAR Result showed Karanganyar been trying to show is activity in each disaster mitigation and SAR with selective recruiting member’s and providing training for the smooth operation of the SAR.


(12)

(13)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara kepulaun yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, yaitu diantara benua Asia dan Benua Australia, serta diantara samudra pasifik dan Samudra Hindia. Menurut data geografi Indonesia juga berada di wilayah dimana tiga lempeng tektonik utara dunia bertemu, keadaan wilayah teritorial seperti tersebut merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam, bencana yang mengancam antara lain adalah bencana tanah longsor, gempa (yang juga dapat mengakibatkan tanah longsor), tsunami (yang pada umumnya terjadi karena gempa tektonik), dan luapan air yang berlebih yang di dataran rendah mengakibatkan adanya banjir. Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebebkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan bagaimana juga tentang daya tahan mereka. Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan atau kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat atau luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sisitem dan infrastruktur-infrastruktur


(14)

commit to user

untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.

Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi di Negara Republik

Indonesia sejak tsunami 26 Desember 2005 silam terus saja membayangi. Bencana tahunan yang selalu datang di ibu kota Negara kita yaitu Jakarta adalah bencana banjir yang tidak bisa lagi dihindarkan. Tahun demi tahun banjir selalu datang dan banyak menelan korban materi, moral dan bahkan korban jiwa. Bahkan bencana yang banyak terjadi sejak pertengahan tahun 2009 sampai sekarang yang masih menjadi kekhawatiran adalah gempa bumi dan tanah longsor (yang diakibatkan dari gempa). Dalam aksi sosial penyelamatan dan evakuasi korban yang sangat berperan adalah Tim SAR ( Search And Rescue ), TNI, POLRI dan beberapa relawan lain dari beberapa organisasi sosial masyarakat. Sebagai contoh nyata adalah bencana di sepanjang tahun 2007 di Indonesia berakibat dengan adanya korban jiwa yang meninggal dunia, serta korban menderita dan mengungsi. Dari data yang diperoleh dari rekapitulasi data SAR Karanganyar dapat dirinci sebagai berikut :

a. Kejadian Bencana

1). Banjir sebanyak 152 kejadian atau dalam prosentase sebesar 40% 2). Angin topan sebanyak 75 kejadian atau dalam prosentase sebesar 20% 3). Tanah longsor sebanyak 56 kejadian atau dalam prosentase sebesar 15% 4). Banjir dan tanah longsor sebanyak (banjir yang mengakibatkan tanah


(15)

commit to user

5). Gelombang pasang/Abrasi sebanyak 29 kejadian atau dalam prosentase sebesar 8%

6). Gempa bumi sebanyak 12 kejadian atau dalam prosentasi sebesar 3% 7). Kegagalan teknologi sebanyak 6 kejadian atau dalam prosentase sebesar

1%

Total kejadian adalah : 379 b. Korban Meninggal dan Hilang

1). Banjir dan tanah longsor 346 jiwa 2). Kegagalan teknologi 248 jiwa 3). Banjir 122 jiwa

4). Gempa bumi 102 jiwa 5). Tanah longsor 73 jiwa 6). Angin topan 24 jiwa

7). Gelombang pasang/Abrasi 3 jiwa

Total korban meninggal dan hilang adalah : 918 jiwa c. Korban Menderita dan Mengungsi

1). Banjir sebanyak 1.561.640 jiwa atau dalam prosentasi sebesar 80% 2). Gempa bumi sebanyak 204.447 jiwa atau dalam prosentase sebesar 11% 3). Banjir dan tanah longsor sebanyak 113.367 jiwa atau dalam prosentase

sebesar 6%

4). Gelombang pasang/ Abrasi sebanyak 23.779 jiwa atau dalam prosntase sebesar 1%

5). Letusan gunung berapi sebanyak 19.818 jiwa atau dalam prosentase sebesar 1%


(16)

commit to user

7). Tanah longsor sebanyak 7.448 jiwa atau dalam prosentase sebesar 0,4%

Total korban menderita dan mengungsi adalah : 1.941.597 jiwa

d. Rumah Rusak Akibat Bencana

1). Akibat dari Gempa bumi sebanyak 145.595 unit 2). Akibat dari Banjir sebanyak 41.301 unit

3). Akibat dari Angin topan sebanyak 9.286 unit

4). Akibat dari Banjir dan Tanah longsor sebanyak 7.883 unit 5). Akibat dari Tanah longsor sebanyak 2.685 unit

6). Akibat dari Gelombang pasang sebanyak 1.713 unit Total rumah rusak adalah : 208.463 unit

Bencana besar juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain adalah wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu lebih tepatnya Kabupaten Karanganyar, yang telah kita ketahui bersama akhir-akhir ini sering terjadi bencana, yang terakhir bencana menimpa adalah tanah longsor di Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar sendiri terdiri dari 17 Kecamatan, 177 Desa dan 1091 Dusun, dengan jumlah penduduk 851.336. yang didalamnya hampir separuh kecamatan merupakan daerah rawan bencana. Kabupaten Karanganyar juga dikelilingi kabupaten lain yang juga merupakan daerah rawan bencana yaitu sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo, sebelah barat Kodya Surakarta dan Kabupaten Boyolali, dan Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen serta sebelah timur Propinsi Jawa timur. Bencana yang terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :


(17)

commit to user

a. Letak geografis berada di dataran tinggi ( pegunungan) b. Kemiringan tanah hingga mencapai 90 derajat

c. Berkurangnya tanaman keras karena penebangan liar disekitar hutan ( penggundulan hutan )

d. Curah hujan yang tinggi

e. Penggalian pasir atau batu ( Penambangan teras )

Sedang potensi atau jenis bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten Karanganyar menurut data dari Sat Lak PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan Bencana) Kabupaten Karanganyar terperinci sebagai berikut :

a. Tanah Longsor

Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut 1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa

Gumeng dan Desa Anggrasmanis

2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo

3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa Nglegok

4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa Gondosuli, Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu

5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa Karangpandan dan Desa Gerdu

6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan

7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling


(18)

commit to user b. Banjir

1. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa pulosari, Desa Malanggaten, Desa Kaliwuluh dan Desa waru. Sedangkan untuk sunagi adalah sungai grompol dan sungai bengawan solo.

2. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Ngringo, Desa sroyo, dan Desa Dagen. Sedangkan untuk sungai adalah sungai siwaluh dan sungai Bengawan Solo.

3. Kecamatan Gondangrejo,yaitu Desa Kragan, Desa Wonorejo, Desa Karangturi dan Plesungan. Sedangkan untuk sungai adalah Bengawan Solo.

4. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Buran dan Desa Pandeyan,

sedangkan untuk sungai adalah sungai Siwaluh.

5. Kecamatan Colomadu, yaitu Desa Ngasem, Desa Gawanan dan Desa

Klodran. Sedangkan untuk sungainya adalah Sungai atau kali Pepe c. Angin Putting Beliung

1. Kecamatan Karanganyar, yaitu Kelurahan Jungke, Kelurahan

Bolong, dan Kelurahan Tegalgede

2. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Gaum dan Desa Kalijirak

3. Kecamatan Mojogedang, yaitu Desa Kalibata dan Pojok

4. Kecamatan Gondangrejo, yaitu Desa Kragan dan Desa Wonorejo

5. Kecamatan Jumantono, yaitu Desa Kebak dan Sukosari

d. Kebakaran


(19)

commit to user

2. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa Kemiri dan Desa Nangsri

3. Kecamatan Tawangmangu, yaitu berada disekitar wilayah lereng gunung lawu

e. Retakan Tanah

Potensi bencana baru yang muncul adalah retakan tanah yang berada di wilayah Kecamatan Matesih tepatnya di Desa Semiri, hal ini akibat dari erosi tanah.

Dari beberapa perincian diatas data yang diambil adalah dat berdasarkan pengamatan tim satuan pelaksana penanggulangan bencana wilayah karanganyar, yang termasuk didalamnya adalah organisasi SAR Kabupaten Karanganyar. Disinilah peran SAR sebagai relawan yang bekerja tanpa pamrih dan tidak mengenal waktu serta lelah sangat penting. Pada umumnya laporan bencana oleh warga sekitar bencana disampaikan pertama kali kepada SAR Karanganyar, baru setelah itu SAR berkoordinasi dengan beberapa pihak. Keberadaan SAR diwilayah Kabupaten Karanganyar sangat berperan penting.

Dari data diatas bencana yang paling dominan ataupun sering melanda Kabupaten Karanganyar adalah tanah longsor, karena memang dorongan faktor keadaan wilayah yang sebagian besar adalah dataran tinggi yang sangat berpotensi menimbulkan longsor. Selain itu masih kurangnya kesadaran masyarakat, mereka masih menggunakan lahan miring untuk area perkebunan yang menyebabkan tanah menjadi gembur. Seharusnya lahan seperti itu ditanami pohon tahunan ataupun yanaman keras, sebagai contoh adalah pinus, cemara dan lain sebagainya. Sebenarnya pemerintah daerah sendiri telah banyak


(20)

commit to user

melakukan sosialisasi mengenai kerawanan bencana tanah longsor pada lahan miring dan pemukiman penduduk dilereng bukit.

SAR merupakan kepanjangan dari Search And Rescue yang diartikan secara sederhana adalah pencarian dan pertolongan. SAR Kabupaten Karanganyar Sendiri tergolong organisasi muda karena terbentuk baru sekitar 4 tahun. SAR Kabupaten Karanganyar resmi berdiri pada tanggal 14 Desember 2004, dengan akta notaris. Organisasi SAR ini berlindung dibawah Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar. SAR merupakan organisasi sosial kemanusiaan yang menangani masalah bencana alam (mulai dari mitigasi, evakuasi dan pembenahan) yang mencakup wilayah seluruh Kabupaten Karanganyar. Organisasi ini bersifat emergency, yang membutuhkan anggota yang cepat tanggap dan cekatan, karena tidak mungkin bencana dapat direncanakan meskipun bencana itu dapat diprediksi, Tetapi pada umumnya bencana datang secara tiba-tiba. Sebenarnya sistem dari SAR tersebut memang sudah terkenal di negara-negara besar lain seperti Amerika. SAR merupakan kegiatan yang dilakukan ketika seseorang membutuhkan bantuan,dan harus mendapatkan pertolongan dengan segera hal ini diungkapkan dalam Journal of Homeland Security And Emergency Management (www.bepress.com). Anggota SAR bukanlah terdiri dari gabungan TNI, Polisi ataupun ormas yang lain seperti yang sering kita jumpai jika kita melihat tayangan media. SAR berdiri sendiri, anggotany dipilih berdasarkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, bukan semata-mata relawan biasa karena memang dibutuhkan skill yang tangguh untuk dapat melakukan pertolongan yang mungkin akan membahayakan sang


(21)

commit to user

penolong atau rescuer itu sendiri. SAR Karanganyar beberapa tahun belakangan ini disibukkan dengan berbagai bencana. SAR memegang peranan penting dalam bencana alam, bahkan memegang peran pokok yaitu sebagai evakuator pertama. Kegiatan evakuasi sendiri belum tentu dapat dijalankan sendiri oleh warga sekitar bencana karena berbagai faktor, maka mau tidak mau SAR yang memegang peran penting ini. Bencana yang paling rawan atau sering terjadi adalah tanah longsor yang telah memakan korban yang tidak sedikit.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam yang terjadi di Wilayah Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a. Tujuan Operasional

1. Mengetahui bagaimana peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanh longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar.

2. Bagaimana cara kerja atau sistem kerja SAR Karanganyar dalam menjalankan tugasnya di penanganan bencana alam

3. Mengetahui sejauh mana pengertian masyarakat mengenai peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam.


(22)

commit to user

Dengan penelitian ini, apabila memungkinkan hasilnya dapat

dimanfaatkan oleh pihak yang memerlukan baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, khususnya dalam bidang penanganan bencana alam.

c. Tujuan Individual

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk : a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Sosial khususnya Sosiologi.

b.Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam upaya melebarkan sayap organisasi SAR Kabupaten Karanganyar, serta kebijakan dalam menentukan langkah selanjutnya dalam hal penanganan bencana alam di willayah Kabupaten Karanganyar.

c. Manfaat Metodologis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melekukan penelitian sejenis yang lebih mendalam.

D. Landasan Teori


(23)

commit to user

Dalam penelitian ini permasalahannya akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar berbagai gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya).

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial (misalnya: gejala geografis, biologis dan lain sebagainya).

3. Ciri- ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial (Soekanto, 2003:19)

William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003 : 19-20).

Dari definisi tersebut nampak sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, proses dan gejala yang ditimbulkan dari hubungan tersebut dalam masyarakat dan juga pengaruh hubungan timbal balik antar gejala sosial dan non sosial.

Sedangkan dalam sosiologi juga dikenal adanya paradigma sosial. Paradigma menurut Ritzer adalah pandangan yang mendasar dari ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline). Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu (Ritzer, 2003 : 6-7).

Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang biasa digunakan dalam menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigma tersebut adalah paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku


(24)

commit to user

sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial (social action). Dalam paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain adalah : teori tindakan (teori aksi), interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari penelitian ini berpegang pada teori aksi (Ritzer, 2008 : 699-700).

Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu :

1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu ( Ritzer, 203 : 39 ).

Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah :

1. Zwerkrational

Yaitu tindakan rasional murni. Dalam tindakan ini seseorang atau aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut. Ia dapat juga mencari cara dari tujuan lain berikutnya, bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka akan mudah memahami tindakannya itu.


(25)

commit to user 2. Werkrational action

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri. 3 Affectual action

Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.

4 Traditional action

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja ( Ritzer, 2003: 40-41 ).

Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori aksi.

Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah :

1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan-tujuan.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak

dapat diubah dengan sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan.

6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan.

7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi,

symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri ( Ritzer,

2003 : 46 ).

Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten Karanganyar dalam penanganan bencana di wilayah Kabupaten Karanganyar


(26)

commit to user

dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial.

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu selaku aktor

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya

4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.

5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan (Ritzer, 2003: 48-49).

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma

mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang oleh Parsons disebut dengan Voluntarisme. Konsep voluntarisme dari


(27)

commit to user

Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya.

Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan.

Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian. Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu: organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system kepribadian, sistem sosial/pranata sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L

(Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty)

Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku. Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai :

1. Lattern Pattern Maintenance

Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai dengan beberapa ukuran atau norma-norma


(28)

commit to user 2. Integration

Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional

3. Goal Attainment

Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut 4. Adaption

Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system (Haryatmoko. B, 1986)

Penelitian social harus mencoba menginterprestasikan tindakan si aktor. Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Aksi. Teori aksi yang juga dikembangkan Oleh Max Weber. Menurutnya individu melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat didalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situas-situasi yang bersifat kendala baginya itu, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas (Ritzer, 2003 : 49-50).


(29)

commit to user E. Kerangka Pemikiran

Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama tanah longsor dapat digambarkan bahwa dalam setiap bencana alam yang terjadi disetiap wilayah operasi SAR Karanaganyar yaitu Kabupaten Karanganyar ataupun laporan permintaan bantuan dari luar Kabupaten Karanganyar, sebagai langkah awal sebelum turun ke lapangan adalah mengadakan koordinasi. Ini merupakan salah satu sistematisasi kinerja SAR. Baru setelah terbentuk tim, maka disegerakan turun ke lapangan dan mulalilah peranan SAR tersebut dijalankan. Mulai dari tahap evakuasi yaitu mencari dan menolong korban secara langsung. Selain evakuasi SAR Karanganyar juga melakukan mitigasi sebelum ataupun sesudah terjadinya bencana alam. Mitigasi dimaksudkan untuk meminimalisir dampak bencana alam dan jumlah korban bencana alam. Hal tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut

F. Definisi Konsep 1. peranan

adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti tertentu status dan peranan adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.


(30)

commit to user

Organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, yang bertugas dalam penanganan bencana alam secara langsung, yaitu menyelenggarakan operasi SAR untuk menolong korban bencana alam. Pekerjaan SAR adalah tanpa pamrih dan mengedepankan kepentingan bersama.

3. organisasi sosial

Kelompok atau orang-orang yang mempunnyai cara tersendiri untuk bergabung membentuk sebuah sistem yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama, dimana untuk mencapainya terdapat pula cara-cara untuk meraihnya.

4. bencana alam

Terjadinya fenomena alam yang diakibatkan dari beberapa faktor baik dari alam itu sendiri ataupun dari ulah tangan manusia, terjadi secara tiba-tiba meskipun sebagian dapat diprediksikan umumnya menelan korban jiwa dan harta benda. 5. penanganan bencana alam

Adalah cara yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang sebagai tindakakn atas terjadinya bencana alam untuk mengatasi situasi yang terjadi secara cepat. F. Tinjauan Pustaka

1. Peranan

Secara etimologi peranan berasal dari kata peran yang berarti sesuatu yang mengambil peran atau yang memegang pimpinan terutama. Sedangkan secara terminologi peranan berarti aspek dinamis dari suatu kedudukan , dimana seseorang melaksanakan hak-haknya dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu peranan merujuk pada perilaku seseorang pada posisi atau status tertentu


(31)

commit to user

sebagai apa dan terhadap siapa. Artinya peranan dapat dilihat sebagai suatu peran sosial, tetapi bukan individu yang berhenti pada dirinya (Soekanto, 2003: 243).

Dalam kehidupan bermasyarakat, peranan menentukan bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam bermasyarakat. Peranan menentukan bagaimana seorang harus bertingkah laku dalam masyarakat. Peranan tersebut dirumuskan dan diakui oleh masyarakat melalui norma sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. hunt dalam buku Sosiologi Jilid 1, mengartikan peranan sebagai perilaku yang diharapkan dari seeorang yang mempunyai suatu status. Mempelajari suatu peranan sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek yaitu: pertama, kita harus belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menunut hak-hak suatu peran; kedua, memiliki sikap, perasaan dan harapan-harapan yang sesuai dengan peran tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapainya seseorang akan mengadakan interaksi dengan orang lain (baik dengan individu maupun dengan kelompok) yang dalam interaksi ini akan terjadi adanya tindakan sebagai suatu rangsangan dan tanggapan sebagai suatu respon (Horton 1987: 118).

Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari sesorang atau kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti


(32)

commit to user

tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.

Kamus Sosiologi karya Soerjono Soekanto memberikan definisi tentang role atau peranan sebagai berikut:

1). Aspek dinamis dari kedudukan.

2). Perangkat-perangkat dan kewajiban-kewajiban. 3). Perilaku actual dari pemegang kedudukan.

4). Bagian dari aktifitas yang dimainkan oleh seseorang.

Status dan peranan ini mempunyai arti penting dalam sistem sosial masyarakat. Wujud dari status dan peranan itu adalah adanya tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang berkenan dengan posisi dan fungsinya dalam masyarakat. Peranan yang melekat dalam diri seseorang harus dibedakan dengan status seseorang dalam masyarakat yang merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam masyarakat. Di dalam peranan terdapat dua macam peranan:

a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang perana atau kewajiban kewajiban dari pemegang peran.

b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan denganya. Dalam menjalankan perannya dan kewajibannya (Soekanto, 2003: 254).

Peranan menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seseorang atau kelompok menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Suatu peranan setidaknya mencakup tiga unsur, yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan


(33)

commit to user

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang didapat dilakukan oleh individu dalam msyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat (Soekanto, 2003:224).

Melihat pengertian tersebut di atas, maka perana sebagai sesuatu yang penting tidak bias dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk menjalankan peranan. Organisasi social atau lembaga kemasyarakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk melaksanakan peranan tersebut.

Sedangkan pengertian peranan menurut Bruce J.Colien dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar adalah “suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu.”

Bruce j. Colien membagi peranan menjadi dua macam, yaitu:

1). Prescribed role (peranan yang dianjurkan) yaitu jika dalam

melaksanakan suatu peranan tertentu kita harapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai denagn yang mereka harapkan.

2). Enacted role (peranan nyata) yaitu jika orang-orang yang diharapkan melaksanakan suatu peranan tidak berperilaku menurut cara-cara konsisten dengan harapan-harapan orang lain, tetapi mereka masih bisa dianggap menjalankan peranan yang diberikan oleh masyarakat walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran.

Menurut Hendropuspita dalam buku Sosiologi Sistematik, peranan adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi (tugas) seseorang yang dibut atas dasar tugas-tugas yang dilakukan seseorang.


(34)

commit to user

Peranan sebagai konsep yang memnunjukan apa yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.

Wujud dari status dan peran itu adalah adanya tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang berkaitan dengan posisi atau fungsinya dalam masyarkat. Salah satunya adalah peranan SAR Karanganyar. Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar.

SAR Karanganyar sebagai wadah dari pemuda dan para pemerhati lingkungan serta relawan, memiliki status yang keberadaannya diakui oleh masyarakat lingkungannya serta oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar sendiri, sehingga peranannya dapat dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah.

Wadah dari pemuda, pemerhati lingkungan dan relawan ini dijadikan sarana untuk penanggulangan bencana manakala saat mengantisipasi adanya bencana, saat bencana terjadi dan saat setelah bencana terjadi.

2. Organisasi Sosial

Menurut kamus sosiologi karya Soerjono Soekanto, organisasi adalah :

1). Sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan

3). Sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi sekelompok norma- norma.


(35)

commit to user

Sedangkan organisasi sosial sendiri adalah cara-cara perilaku manusia yang terorganisasikan secara sosial.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, organisasi sosial adalah system hubungan antar orang atau antar kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat. Sedangkan organisasi adalah kesatuan yangterdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya untik tujuan tertentu atau kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakannya untuk mencapai tujuan bersama (Depdiknas, 2005 : 803)

Menurut Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi, organisasi social dalam arti yang luas dimaksudkan sebagai suatu jaringan tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang linkupnya di dalam setiap masyarakat. Dan jika istilah organisasi social digunakan dalam penertian khusus, maka yang dimaksudkan adalah tingkah laku dari para pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis, sekolah, organisasi pencinta lingkungan.

Menurut Robin Williams yang dikutip dari Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi (2000: 37) mengatakan bahwa organisasi social menunjuk pada tindakan manusia yang saling mempengaruhi dalam arti ketergantungan. Selanjutnya bahwa orang-orang mengadakan interaksi, akan saling timbul pola-pola tingkah laku yang nampak secara nyata. Jika


(36)

commit to user

di dalam imteraksi ada pola-pola tertentu, maka akan mudah terjadinya kebingungan walaupun dalam situasi yang sederhana sekalipun.

Organisasi sosial memiliki proses yang dinamis, yaitu pola-pola antar hubungan manusia yang ada di dalamnya senantiasa mengalami perubahan. Walaupun pada kenyataannya pola tersebut tetap bersifat teratur dan dapat diramalkan. Sehingga seorang sosiolog mempelajari organisasi sosial itu sebagai suatu kondisi dan juga sebagai suatu proses. Di satu pihak sosiolog memperhatikan bangunan struktur dari tindakan (social action), tetapi di lain pihak juga memperhatikan proses-proses perubahan dalam tindakan-tindakan sosial (Supriyadi, 1997:37)

Manusia adalaha makhluk social yang pada hakekatnya tidak dapat hidup tanpa manusia yang lain. Dalam kehidupannya manusia dituntut untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan akal pikiran, perasaan dan kehendaknya. Sehingga kondisi ini menimbulkan kelompok social pada kehidupan manusia. Kelompok social tersebut merupakan himpunan ataukesatuan manusia oleh karena itu adahubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain : menyangkut hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi, dan juga adanya satu kesadaran untuk saling tolong menolong.


(37)

commit to user

Terbentuknya organisasi sosial dalam bidang kemanusiaan ini ada karena adanya kesadaran manusia akan perananya dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan. Hubungan antara manusia dan lingkungannya bersifat timbal balik dan membentuk suatu system yang disebut ekosistem. Dalam hubungan timbale balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi, yaitu suatu kejadian dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya interaksi antara manusia dan lingkungannya, mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi. Ketidak seimbangan inilah yang akan mrnimbulkan gejolak dari alam, yang berakibat lebih jauh adalah munculnya bencana alam.

2. Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana


(38)

commit to user

memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir (www.sar nasional.com)

3. Tanah Longsor

Fenomena penyebab tanah longsor adalah karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-perubahan itu terjadi karena :

a) Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll), mesin-mesin, lalu lintas dan guntur atau petir. Sebagian besar kelongsoran yang paling parah akibat dipicu oleh gempa bumi. b) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat

atau kenaikan ketinggian permukaan air.

c) Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran tedahulu, pembangunan, penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah.

d) Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunung api, bangunan, sampah/ limbah dan tanaman.


(39)

commit to user

Di kawasan perkotaanpun kadang terjadi longsoran, namun lebih sering diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, antara lain:

a) Pemotongan atau pembelokan arah aliran air alamiah dan rekayasa yang menyebabkan perubahan kandungan air.

b) Pembangunan baru yang melibatkan metode-metode ‘tambal sulam’ sehingga kestabilan lereng terganggu.

Selain itu untuk dapat mengantisipasi dampak yang disebabkan oleh tanah longsor, masyarakat perlu mengetahui ciri-ciri umum tanah longsor. Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai yang lebat, gempa bumi serta letusan gunung api. Bahan-bahan yang membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau lapisan tanah (yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik). Berdasarkan corak gerakannya, tanah longsor bisa digolong-golongkan menjadi :

a) Guguran atau Runtuhan

Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhnya sejumlah batuan atau bahan lain kearah bawah dengan gerakan meluncur turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi disepanjang jalan atau jalur kereta api yang kanan kirinya bertebing curam, atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing batu atau tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan kerusakan besar bila runtuh atau gugur.


(40)

commit to user

Bila guguran hanya meluncurkan sejumlah kecil bahan dari permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang tergelontor kebawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih tinggi. Longsoran bisa jatuh kebawah dalam keadaan utuh, bisa juga lebur berkeping-keping.

c) Robohan

Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya berdiri mantap mengalami perubahan sehingga kedudukannya goyah dan jatuh. Dalam kasusu suatu tebing, keambrukan terjadi akibat gay-gaya rotasi yang memindahkan posisi bebatuan. Lantaran perubahan ini, batuan mungkin terdorong keposisi tidak stabil di puncak tebing. Keseimbangan hanya bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat pemicu yanh menyebabkan titik tumpu itu berubahan, maka tubuh batuan akan terdorong ke depan dan berjatuhan ke dataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini hanya sedikit, hanya yang terletak diposisi genting saja di pucuk tebing. Robohan ini tidak memerlukan banya gerakan dan tak harus menyebakan guguran atau longsoran batu. d) Persebaran Lateral


(41)

commit to user

Bongkah- bongkah tanah yang berukuran besar menyebar melintang (horizontal) dengan retak pusatnya semula. Sebaran lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai, biasanya kurang dari 6% dan umumnya mentebar sampai 3-5 meter. Biasanya mula-mula terjadi patahan atau sesar dari dalam, membentuk banyak rekahan di pemukiman. Ini bisa tejadi lantaran pelarutan tanah (misalnya akibat gempa). Pada saat Alaska diguncang gempa tahun 1964, lebih dari 200 jembatan rusak atau hancur akibat persebaran lateral delta-delta yang terbuat dari endapan banjir terdahulu.

e) Aliran Rombakan

Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini menyerupai cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa menjangkau beberapa kilometer. Biasanya terjadi setelah hujan lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% diantaranya berupa pasir, lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan gunung api, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang tertimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun akibat hujan deras, pelelehan salju yang mendadak atau luapan air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan, dan sisa-sisa jasad organik., berpadu dengan air dan udara umumnya terjadi diselokan-selokan atau pematang-pematang


(42)

commit to user

curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis dan mengalir pelan-pelan, hampir tak Nampak perubahannya. Meski begitu dalm jangka panjang rayapan ini bisa juga menyebabkan tiang-tiang listrik, telepon dan lain-lain ambruk meluncur kebawah.

a. Meramalkan terjadinya longsoran.

Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat perlahan (kurang dari 6 centimeter pertahun) hingga yang luar biasa cepatnya (lebih dari 3 meter per detik). Lantaran inilah barangkali kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun berbeda-beda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat dan pasti sangat sulit dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit diperkirakan sekalipun adanya situsi pemicu yang kuat ramalan akan terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik tersebut. Berpadu dengan

pengamatan kelongsoran tanah mungkin bisa menjadi paduan

memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan dampak-dampak yang mungkin timbul.

b. Data geologis

Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan tanah dan meramalkan terjainya kelongsoran :

Litologi adalah kajian tentang batuan dan kandungannya, tampilan permukaan / teksturnya atau berbagai cirri lain yang akan mempengaruhi pwmbawaan batu itu. Semua cirri akan menentukan kekuatan, daya


(43)

commit to user

bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik serta berbagai faktor penentu kestabilan lereng. Struktur batuan dan tanah atau tampilan yang mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan corak lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik pertemuan atau persediaan antar bagian, patahan / sesar dari lipatan. Geomorfologis

Data geomorfologis terpenting untuk membantu meramalkan tanah longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang teliti. Faktor-faktor lainnya mencakup kemiringan atau kecuraman sehubungan dengan kekuatan

Untuk memperkirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data geologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah), hidrologi (kajian tentang daur peredaran air, dan flora di daerah tertentu. Oleh karena itu masyarakat perlu mewaspadai bencana tanah longsor dengan mengenali gejala dan cara penanganannya.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat yaitu mengenai, peran SAR (Search And Rescue) sebagai organisasi sosial dalam menangani bencana alam diwilayah rawan bencana kabupaten karanganyar, maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kualitatif.

Deskripti kualitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang


(44)

commit to user

dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian

ini mampu mengungkapkan informasi dengan cara

mendeskripsikan atau mampu memberikan gambaran realitas social sebagaimana adanya dan relatif utuh.

2. Tempat penelitian

Lokasi penelitian di wilayah rawan bencana yang ada di Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan lokasi yaitu bahwa Kabupaten Karanganyar di beberapa daerah terdapat lokasi rawan bencana dan yang menangani masalah bencana tersebut adalah organisasi SAR Karanganyar yang beranggotakan orang-orang yang berdomisili di sekitar wilayah Karanganyar. Lokasi tersebut adalah merupakan markas dari SAR Kabupaten Karanganyar. Sedangkan Tempat lokasi penelitian sebagai daerah bencana adalah Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data dan informasi yang diperoleh langsung dengan melakukan wawancara. Ineorman yang dipilih berasal dari pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut. Pihak-pihak yang dimaksud adalah pengurus SAR Karanganyar, anggota SAR Karanganyar, serta warga masyarakat sekitar Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Masyarakat sekitar Desa Balong Kecamatan Jenawi.


(45)

commit to user b. Data Sekunder

Yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data melalui data-data tertulis. Dat tersebut antara lain :

- Data monografi Kabupaten Karanganyar

- Monografi dari maing-masing daerah rawan bencana yang menjadi obyek penelitian yaitu Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi.

- Data dari SAR Karanganyar yang berupa buku, leaflet maupun data yang berupa foto-foto dari hasil dokumentasi

- Data dari internet yang berkaitan dengan masalah penelitian

4. Metode pengambilan Sampel

Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana menentukan sevariatif mungkin sehingga dapat dipilih dan digunakan sebagai informan yang dapat dipercaya dan penting untuk memperluas informasi.

Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Purposive sampling artinya pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.


(46)

commit to user

Sehingga unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria tertentu yang dianggap mampu memberikan informasi yang jelas dan tepat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain itu juga informan bervariasi dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (HB. Sutopo, 2002: 36) Dalam penelitian ini terdapat 12 informan. Sepuluh informan tersebut terdiri dari 4 orang pengurus organisasi sosial SAR Karanganyar sendiri, 4 orang tokoh masyarakat yang dianaggap kompeten dalam penggalian data, dan 4 orang dari masyarakat sekitar lokasi rawan bencana tanah longsor.

5. Teknik Pengambilan Data a. Observasi non partisipan

Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diamati. Untuk mendapatkan data dilapangan, maka peneliti melakukan pengamatan secara langsung.

Peneliti melakukan pengamatan di wilayah pasca bencana. Antara lain di wilayah Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso yang merupakan daerah pasca bencana tanah longsor, serta hingga kini masih menjadi titik rawan longsor dan wilayah yang masih dalam panatauan rawan longsor yang lain adalah Desa Balong, Kecamatan Jenawi, yang pada daerah tersebut


(47)

commit to user

terdapat beberapa titik retakan tanah yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan longsor jika hujan lebat turun.

b. Wawancara mendalam

Sumber data yang penting dalam penelitian kualitatif adalah manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk itu diperlukan wawancara yang mendalam yang tidak menggunakan struktur yang ketat dan formal.

Dengan teknik tersebut diharapkan mampu mendapatkan segala informasi yang diperlukan. Yaitu mengapa para pemuda berperan aktif menjadi salah satu anggota SAR Karanganyar yang bekerja tanpa pamrih dan tanpa mengenal waktu. Yang menjadi informan disini adalah para pengurus Organisasi SAR Karanganyar itu sendiri, dan beberapa orang tokoh masyarakat yang mengenal adanya organisasi sosial ini dan untuk mengetahui sejauh mana peran dan manfaat adanya SAR juga dilakukan wawancara terhadap beberapa orang yang menjadi korban bencana tanah longsor yang bersentuhan langsung dengan kerja anggota SAR.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara-cara melihat arsip, foto-foto, dokumentasi dan data dari


(48)

commit to user

SAR Karanganyar serta warga setempat yaitu warga sekitar daerah bencana antara lain adalah warga desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso, dan warga Desa Balong, Kecamatan Jenawi.

6. Validitas Data

Menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai penimbang terhadap data itu. Dezn (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah

pemeriksaan melalui sumber lainya. Dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dlam metode kualitatif (Patton, 1987:331). Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkn data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum

dengan apa yang dilakukannya secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatan oang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu


(49)

commit to user

d. Membandingkan kadan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang

e. Memebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 1990:178)

7. Teknik Analisa Data

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi,

proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan atau yang biasa disebut fieldnote. Reduksi data berlangsung terus menerus selama

kegiatan penelitian berlangsung dilapangan. Proses

berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, penyusunan pertanyaan penelitian dan juga cara pengumpulan data yang akan digunakan.

Dengan kata lain reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas ,memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur dta sedemikian rupa sehigga kesmpulan peneitian dapat dilakukan. b. Penyajian Data (Data Display)


(50)

commit to user

Komponen analisis kedua adalah sajian data. Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi atau deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Penyajian data merupakan komponen analisis kedua yang penting sehingga kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk matriks bagi data kualitatif dalam bentuknya yang khusus sudah membawa peneliti memasuki daerah anlisis penelitian. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

c. Penarikan Kesimpulan dan verivikasi (Conclution Drawing ) Penrikan kesimpulan dilakukan setelah proses pengumpulan data benar-benr selesai dan hasil kesimpulan tersebut perlu diverivikasi agar cukup mntap dan benar-benr dapat dipertanggung jawabkan. Verivikasi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengulangan-pengulangan dengan cepat dengan tujuan untuk pemantapan dan penelusuran data kembali. Pada dasarnya data tersebut harus diuji validitasnya supaya kesimpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.


(51)

commit to user

39 BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar terletak di Propinsi Jawa Tengah yang memiliki banyak wilayah pegunungan yang juga merupakan daerah rawan bencana terutama tanah longsor karena banyaknya dataran tinggi dan perbukitan. Dataran tinggi dan perbukitan yang rawan terkena longsor pada umumnya mengenai wilayah pertanian, karena memang seharusnya di perbukitan yang tinggi tidak disarankan untuk daerah pertanian atau perkebunan. Pada akhir tahun 2007 Kabupaten Karanganyar tertimpa bencana alam yang cukup besar termasuk didalamnya adalah bencana tanah longsor yang memakan banyak korban jiwa.

1. Batas Wilayah

Kabupaten Karanganyar mempunya batas- batas wilayah, lebih tepatnya berbatasan dengan beberapa Kabupaten, Kota dan Propinsi. Sebelah utara dari Kabupaten Karanganyar berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen. Tidak jarang wilayah operasi SAR Air dari SAR Karanganyar sering memasuki wilayah Kabupaten Sragen, karena sungai-sungai besar yang mengalir menuju di kabupaten tersebut. Sebelah timur berbatasan langsug dengan propinsi Jawa Timur. Dapat dilihat dengan jelas Gunung Lawu yang sering dijadikan obyek wisata pendakian para pecinta alam, sebenarnya sebagian besar Gunung Lawu tersebut sudah


(52)

commit to user

termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Timur. Di Kabupaten Karanganyar sendiri, tepatnya di Kecamatan Tawangmangu sangat dekat dengan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal itu dapat dilihat karena memang terdapat batas nyata (tanda) dan memang digunakan sebagai jalur alternatif menuju Propinsi Jawa Timur. Sebelah selatan Kabupaten Karanganyar berbatasan Langsung dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Dua Kabupten tersebut melintang tepat dari sisi selatan hingga barat daya dari Kabupaten Karanganyar. Sedangkan batas sebelah barat adalah Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. Jika dilihat dalam peta memang ada beberapa wilayah di Kabupaten Karanganyar yang terletak sangat dekat dengan Kota Surakarta bahkan dikelilingi, hal tersebut terkadang membuat masyarakat jarang tahu, seperti halnya di Kecamatan Colomadu yang masih masuk wilayah Kabupaten Karanganyar.

2. Luas dan Pembagian wilayah

Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 773,78 km2. Tentunya luas tersebut terbagi dalam beberapa sub-sub bagian kecil sampai terkecil. Kabupaten Karanganyar tebagi dalam 17

Kecamatan yang sebagian besar wilayah kecamatannya

mempunyai resiko kerawanan bencana dengan spesifikasi yang berbeda hal tesebut dapat dilihat dalam pembagian lokasi bencana. Dari 17 kecamatan masih terbagi lagi dalam 162 desa dan 15


(53)

commit to user

kelurahan. Sebagian besar pemerintahan desa masih dipegang oleh Kepala Desa yang berarti bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kepala Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat setempat. Sub yang lebih kecil dan detail Kabupaten Karanganyar terbagi dalam 1.091 Dusun, 2.313 Dukuh, 1.871 Rukun Warga (RW), dan 6.130 Rukun Tetangga (RT)

3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor

Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut :

1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa

Gumeng, Desa Anggrasmanis dan Desa Balong

2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo

3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa Nglegok

4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa

Gondosuli, Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu

5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa

Karangpandan dan Desa Gerdu

6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan 7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan

Desa Wonokeling

Kesemua wilayah rawan bencana diatas memiliki banyak area perbukitan yang digunakan untuk lahan pertanian atau perkebunan.


(54)

commit to user

Selain itu terdapat pula erosi karena aliran air yang melewati daerah tersebut. Dari beberapa derah diatas yang menjadi obyek penelitian adalah Desa Nglegok di Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong di Kecamatan Jenawi. Pemilihan lokasi ini dikarenakan pada dua titik tersebut yang kini menjadi daerah pantauan utama tanah longsor dari SAR Karanganyar, karena hampir setiap terjadi hujan lebat dua titik ini sering terjadi pergerakan tanah yang mengkibatkan longsor ringan ataupun berat.

B. Keadaan Umum Desa Rawan Bencana di Kabupten Karanganyar

1. Desa Nglegok

a. Keadaan Umum Desa Nglegok

Desa Nglegok terletak di pegunungan, lebih tepatnya disekitar lereng Gunung Lawu. Secara administratif Desa Nglegok termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Karena daerahnya terdapat banyak lereng dan juga lahan miring maka wilayah ini pernah beberapa kali tertimpa tanah longsor, mulai dari bencana longsor yang ringan sampai dengan bencana longsor yang memakan beberapa korban jiwa. Daerah ini ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tanah longsor sejak terjadi bencana akhir tahun 2007 yang memakan 6 korban jiwa, dan kerugian materi yang tidak sedikit.

Jarak Desa Nglegok dengan pusat pemerintahan adalah sebagai berikut :


(55)

commit to user

- Jarak dengan pusat pemerintahan kecamatan 10 km kearah timur

- Jarak dengan pusat pemerintahan kabupaten 17 km kearah barat

- Jarak dengan pusat pemerintahan propinsi 135 km kearah barat Desa Nglegok sudah memiliki sarana transportasi yang memadahi berupa jalan yang baik dan transportasi yang lancar. Dengan keberadaan alat transportasi yang lancar maka jarak dengan daerah-daerah yang lainnya dapat diakses dengan mudah. Desa nglegok dapat ditempuh melalui jalur Karangpandan-Solo, yaitu dengan mengendarai bus umum, yang merupakan alat transportasi utama masyarakat sekitar Desa Nglegok.

b. Batas Desa

Desa Nglegok mempunyai batas-batas wilayah antara lain sebelah utara berbatasan dengan Desa Dukuh, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dayu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tamansari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Girimulyo. Pada umumnya semua desa yang mengelilingi Desa Nglegok juga mempunya tekstur tanah yang tidak rata dan juga rawan terhadap bahaya tanah longsor.

c. Luas dan Pembagian Wilayah

Luas wilayah Desa Nglegok meliputi tanah seluas 4.386.800 Km² yang terbagi menjadi 7 dusun atau lingkungan yaitu


(56)

commit to user

Dusun Sidi, Dusun Ngungkal, Dusun Jenggrik, Dusun Ngiyoro, Dusun Cumpleng, Dusun Talok dan Dusun Karangnongko. Sedangkan dalam penelitian ini wilayah yang diambil sebagai obyek daerah rawan bencana tanah longsor adalah Dusun Cumpleng, yang pada akhir tahun 2007 Kemarin menewaskan 6 orang warganya.

d. Keadaan Penduduk

1) Jumlah Penduduk

Jumlah keseluruhan penduduk Desa Nglegok sapai dengan tahun 2008 terhitung 4.393 jiwa.

2) Komposisi Penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dijadikan petunjuk bagi kemungkinan perkembangan penduduk suatu daerah di masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Desa Nglegok menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel berikut ini :


(57)

commit to user Tabel 1.1

Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Golongan usia Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-9 tahun 144 128 272

10 -14 tahun 173 141 314

15- 19 tahun 186 174 360

20-29 tahun 248 250 498

30-39 tahun 147 159 306

40-49 tahun 166 169 335

50 tahun keatas 483 623 1106

Jumlah 1547 1644 4939

Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah terbesar penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah pada kelompok umur 60 Tahun keatas yaitu sebesar. Dimana jumlah penduduk jenis kelamin perempuan adalah 1644 jiwa, lebih besar dari jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebesar 1547 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan angka ketergantungan penduduk usia non produktif dan usia penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif tidak begitu besar.

3) Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Pembagian penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel berikut :


(58)

commit to user Tabel 1.2

Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negri Sipil 15

2 TNI / POLRI 2

3 Swasta 57

4 Wiraswasta / Pedagang 28

5 Tani 750

6 Pertukangan 75

7 Buruh Tani 1231

8 Pensiunan 15

9 Angkutan 35

10 Jasa -

11 Lain-lain -

JUMLAH 2208

Sumber : Dta Monografi Desa Nglegok. 2008.

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Nglegok bermata pencaharian sebagai buruh tani, yaitu sebesar 1231 orang, sedangkan jumlah pekerjaan lain relatif lebih sedikit. Penduduk Desa Nglegok sebagian besar tergantung pada orang lain, yaitu mengandalkan para pemilik lahan pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehari-hari, selain itu pada umumnya mereka juga memelihara ternak sebagai sumber penghidipan selain dari pemilik lahan pertanian.


(59)

commit to user

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pandangan dan pengetahuan umum masyarakat agar mereka mampu menerima hal-hal baru yang menguntungkan bagi mereka, terlebih lagi dilembaga formal ini juga memberi pengetahuan mengenai bencana alam meskipun tidak begitu detail.

Tabel 1.3

Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tamat Sarjana S1 / D4 15

2 Tamat Akademi / D1-D3 -

3 Tamat SMA / MA / sederajat -

4 Tamat SMP / MTs / sederajat -

5 Tamat SD / MI / sederajat 300

6 Tamat TK 72

7 Tidak Tamat SD / MI / sederajat 326

8 Pondok Pesantren -

9 Kursus / ketrampilan 37

10 Lain-Lain -

JUMLAH 750

Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.

Adapun persebaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Nglegok dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah terbesar adalah penduduk tamatan SD/MI/Sederajat yaitu 300 orang. Dalam hal ini dari semua penduduk tamatan SD tentu ada pula yang pernah duduk di bangku SMP walaupun tidak tamat. Dari data diatas dapat dilihat bahwa masih kurangnya pendidikan


(60)

commit to user

mengakibatkan banyak kekurangan pengetahuan terhadap masyarakatnya, termasuk dalam tanggap bencana dan prediksi bencana alam.

Bagi warga yang belum tamat SD tentunya mereka masih melanjutkan sekolah dan umumnya masih anak-anak sekolah usia SD. Bagi penduduk yang tidak sekolah dan tidak sekolah pada jenjang diatasnya umumnya menghadapai kendala dari faktor usia, waktu atau biaya sekolah, walaupun mungkin ada yang berminat melanjutkan sekolah. Adanya tamatan sarjana meskipun jumlahnya sedikit hal ini menunjukkan adanya sudah adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal.

5) Komposisi Penduduk menurut Agama

Tabel 1.4

Komposisi Penduduk menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 4272

2 Kristen 21

3 Khatolik -

4 Hindu -

5 Budha -

JUMLAH 4293


(61)

commit to user

Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Desa Nglegok mayoritas adalah pemeluk agama islam, yaitu 4272, dan lainnya itu pemelu agama Kristen hanya 21 orang.

6) Perangkat Desa

Desa Nglegok memiliki Badan Perwakilan Desa (BPD) yang beranggotakan 9 orang. Sedangkan jumlah perangkat desa berjumlah 13 orang yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.5

Perangkat Desa Nglegok dan Susunannya

No Bidang Jumlah Orang

1 Sekdes / Sekjur 1

2 Kepala Urusan / Kepala Seksi 3

3 Kepala Dusun / Lingkungan 7

4 Staff / Pembantu Kaur 2

JUMLAH 13


(1)

commit to user 1). Mencari korban

Mencari korban merupakan tindakan awal setelah Tim berada di lokasi bencana alam. Tidak jarang dalam setiap kejadian bencana korban tidak begitu saja ditemukan, oleh karena itu diperlukan proses pencarian yang tidak sebentar. Terlebih dalam kejadian bencana tanah longsor sering terjadi korban tertimbun tanah, maka pencari harus terlebih dulu mencarinya dengan menggali. 2). Menolong korban

Setelah korban ditemukan maka harus segera mendapatkan pertolongan pertama. Tim akan melakukan serangkaian kegiatan medis dalam keadaan emergency untuk menyelamatkan dan meminimalisir jumlah korban. Kegiatan pertolongan tersebut harus sesuai dengan aturan dasar pertolongan.

3). Tindak awal pertolongan korban

Tindakan awal hanya dilakukan pada korban yang memungkinkan saja, untuk mengurangu dampak yang lebih parah. Misalnya dalam kasus patah tulang. Dan jika keadan lebih parah akan lebih aman jika ditangani tim medis.

b. Peran Mitigasi

Mitigasi merupakan tinadakan lanjutan setelah evakuasi yang bertujuan untuk membantu warga masyarakatv pasca bencana, dan untuk meminimalisir dampak bencana selanjutnya. Didalamnya terdapat beberapa kegiatan antara lain :


(2)

commit to user 1). Peta rawan bencana

Peta rawan bencana akan digunakan dalam pemantauan lokasi atau daerah bencana tersebut baik sebelum bencan (masih dalam prediksi) maupun setelah bencana terjadi. Dalam bencana tanah longsor peta tersebut sangat brguna untuk memantau pergerakan tanah.

2). Pendirian tempat pengungsian

Setelah terjadinya bencana alam yang merusakan rumah dan sarana umum lainnya otomatis warga masyarakat memerlukan tempat tinggal sementara. Pendirian tenda pengungsian dilakukan dan dikoordinasikan oleh SAR Karanganyar dan berbagai pihak yang terkait di dalamnya.

3). Koordinasi

Menyangkut segala hal yang berkaitan langsung dengan korban, seperti kebutuhan logistik dan sarana umum.

2. Peran Sosial Lainnya

Selain dua peran penting tersebut SAR Karanganyar juga banyak berperan dalam banyak kegiatan sosial kemanusiaan yang lain,selama masih dalam lingkup tugas sosial dan tidak menyalahi aturan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

a. Kecelakaan lalu lintas

Seringkali SAR Karanganyar turut membantu dalam proses pengevakuasian korban, karena memang mereka dibutuhkan,


(3)

commit to user

misalnya pada kasus kecelakaan mobil yang terguling dalam jurang, maka pengevakuasian korban harus seteliti mungkin, dan memerlukan alat evakuasi tertentu.

b. Evakuasi orang panjat tower

Pada umumnya pelaku panjat tower adalah orang yang terganggu jiwanya, maka dari itu antisipasi yang lebih perlu dilakukan demi keselamatan bersama.

c. Pengangkatan mayat dari berbagai tempat

Seringkali SAR Karanganyar memperoleh laporan dan bertugas mengangkat mayat dari tempat-tempat tertentu. Misalnya korban meninggal di puncak Gunung Lawu, mayat yang tiba-tiba terapung di sungai ataupun korban bunuh diri (menyengatkan diri dengan listrik, gantung diri dan menceburkan diri ke sungai).

3. Sistem Operasi SAR

Sitem Operasi SAR juga termasuk dalam hasil penelitian ini. Sistem operasi SAR Karanganyar adalah menggunakan sistem komando. Wilayah koordinasinya antara lain adalah sebagai berikut :

a. SC (SAR Coordinator)

b. OSC

c. SMC (SAR Mission Coordinator)

d. SRU

Setiap operasi wajib adanya laporan tertulis yang kemudian menjadi bahan yang harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan kepada


(4)

commit to user

pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah daerah ataupun Badan SAR Nasional.

4. Penguatan Organisasi

Sebagai pendukung kegiatan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam SAR Karangnayar juga melakukan penguatan Organisasi. Hal tersebut dilakukan dengan :

1). Perekrutan anggota Potensial 2). Pendidikan dan Pelatihan SAR 3). Kegiatan Penguatan Skill

B. Saran

Selesainya penulisan laporan penelitian ini bukan berarti tidak tedapat ruang-ruang untuk perbaikan. Oleh karena itu, penelitian dengan tema yang serupa dapat dilakukan dengan lebih baik oleh peneliti lain dimasa mendatang.

Dengan selesainya penelitian ini ada beberapa saran yang dapat disampaikan :

1. Bagi internal SAR Karanganyar

a. Selektif dan kreatif dalam memilih anggota yang hendak

bergabung di dalam organisasi tersebut. Karena didalam organisasi dibutuhkan loyalitas yang tinggi. Diharapkan orang-orang yang sudah bergabung dan memiliki potensi SAR yang cukup memadai dapat terus berperan aktif didalamnya, sehingga SAR Karanganyar


(5)

commit to user

tidak kekurangan potensi dan skill dalam setiap operasi yang menjadi tugas utamanya tersebut.

b. Lebih aktif dalam penyebaran informasi dalam bentuk penyuluhan

atau hal yang sejenis agar semua lapisan masyarakat mengetahui berbagai informasi yang berkaitan erat dengan bencana alam, mengingat di Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah rawan bencana yang cukup tinggi potensinya untuk beberapa bencana alam, sebagai contoh tanah longsor, angin topan (putting beliung), dan banjir.

2. Bagi masyarakat Desa Nglegok Kecamata Ngargoyoso dan masyarakat

Desa Balong Kecamatan Jenawi

a. Hendaknya warga masyarakat selalu aktif dalam memperoleh

informasi mengenai bencana alam dan mengenali daerah tempat tinggal mereka masing-masing, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan terburuk serta antisipasi yang harus dilakukan untuk itu.

b. Membuka diri akan hal-hal baru yang muncul, seperti penyuluhan

mengenai bahaya hutan gundul, tidak serta merta hanya mementingkan kepentingan ekonomi dari hasil pertanian tanpa memperdulikan lahan seperti apa yang sedang mereka kerjakan, berbahaya atau tidak.

c. Terkait dengan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat,


(6)

commit to user

pihak yang lain untuk mengadakan penyebaran informasi di berbagai pelosok desa.