Zwerkrational Werkrational action Landasan Teori 1. Pendekatan Sosiologi

commit to user 13 sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial social action. Dalam paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain adalah : teori tindakan teori aksi, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari penelitian ini berpegang pada teori aksi Ritzer, 2008 : 699-700. Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu : 1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu Ritzer, 203 : 39 . Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah :

1. Zwerkrational

Yaitu tindakan rasional murni. Dalam tindakan ini seseorang atau aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut. Ia dapat juga mencari cara dari tujuan lain berikutnya, bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka akan mudah memahami tindakannya itu. commit to user 14

2. Werkrational action

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri. 3 Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional. 4 Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja Ritzer, 2003: 40-41 . Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori aksi. Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. 2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi, symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri Ritzer, 2003 : 46 . Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten Karanganyar dalam penanganan bencana di wilayah Kabupaten Karanganyar commit to user 15 dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsur- unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu 3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya 4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi. 5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan Ritzer, 2003: 48-49. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang oleh Parsons disebut dengan Voluntarisme. Konsep voluntarisme dari commit to user 16 Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya. Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian. Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu: organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system kepribadian, sistem sosialpranata sosial, sistem budaya dan organisme perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku. Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai :

1. Lattern Pattern Maintenance