commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, manusia mendiami atau tinggal di atas permukaan tanah untuk bercocok tanam dan mendirikan bangunan sebagai tempat tinggal bagi
dirinya sendiri maupun keluarganya. Akan tetapi sejalan dengan membaiknya tingkat kesehatan pertumbuhan ekonomi negara yang semakin mantap, maka
peningkatan laju pertumbuhan penduduk semakin pesat. Dilain pihak, tanah atau lahan yang tersedia relatif terbatas atau tetap. Apalagi pembangunan
perumahan secara horisontal menyebabkan semakin sempitnya lahan tanah yang ada. Tidak jarang perebutan lahan tempat bercocok tanam maupun
bermukim menimbulkan berbagai sengketa, terutama sekali di kota-kota besar. Maka kemudian orang memikirkan adanya bangunan vertikal dengan sistem
satuan baik untuk hunian seperti rumah susun, apartemen, kondominium, dan sistem satuan untuk nonhunian seperti mall, bangunan kantor bertingkat yang
bergedung pencakar langit. Diharapkan dengan berdirinya bangunan bertingkat baik hunian maupun nonhunian.dapat memaksimalkan penggunaan
lahan tanah menjadi lebih efisien. Apartemen merupakan salah satu bentuk bangunan vertikal. Pengertian
apartemen itu sendiri dalam undang-undang sebenarnya adalah rumah susun, dimana yang dimaksud rumah susun adalah :
“ Ba nguna n gedung bertingkat yang dibangun da la m suatu lingkungan, yang terbagi da la m ba gia n-ba gia n yang distrukturka n secara fungsiona l da la m
a rah horizonta l ma upun vertica l dan merupa ka n satua n-satuan ya ng masing- ma sing da pat dimiliki dan diguna ka n seca ra terpisah, teruta ma untuk tempat
hunian, ya ng dilengka pi denga n ba gia n-bersa ma , benda -bersa ma dan ta nah bersa ma ”
Ayat 1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun.
Apartemen atau
rumah susun diharapkan
mampu mengatasi permasalahan hunian di Indonesia termasuk di Surakarta. Para pekerja yang
1
commit to user 2
bertempat tinggal di pinggir kota sedangkan pekerjaan mereka berada di pusat kota dapat memanfaatkan bangunan rumah susun untuk tempat tinggal
sementara sehingga tidak memakan banyak biaya dan waktu mereka.
The effect of distance from the city centre on selling price, ta x a ssessment a nd gross income is investigated for income property in proximity
to the city centre Christian Ja nssen : 2001
Akan tetapi dalam pembangunannya, apartemen-apartemen di Surakarta ternyata menuai banyak kontroversi. Beberapa golongan mengaku tidak setuju
terhadap pembangunan aprtemen tersebut karena ada beberapa hal yang telah dilanggar mulai dari perizinan, gangguan terhadap lingkungan hidup, sampai
pelanggaran niai-nilai kebudayaan masyarakat kota Surakarta yang berbasis budaya jawa. Masyarakatpun mengajukan beberapa keberatan hingga usulan
untuk menghentikan proyek pembangunan apartemen yang sedang berjalan. Pembangunan ketiga apartemen di Kota Surakarta menjadi sebuah
kontroversi tersendiri, pasalnya baru pertama kali ini didirikan dan masyarakat belum bisa menerima. Perangkat hukum yang ada belum bisa menjadi dasar
hukum yang kuat untuk pembangunan apartemen itu sendiri. IMB Izin Mendirikan Bangunan merupakan otonomi masing-masing
daerah untuk melaksanakannya. IMB dituangkan dalam perda masing-masing daerah. Di kota Surakarta sendiri, dalam pembagunan sebuah bangunan
berdasar pada Perda Nomor 8 Tahun 1988 Tentang Bangunan Dan Perda Nomor 16 Tahun 1991 Tentang Bangunan Bertingkat.. Untuk bangunan yang
mempunyai dampak penting harus memperhatikan rencana umum tata ruang kota yang dituangkan dalam Perda. Nomor 8 Tahun 1993 Tentang Rencana
Umum Tata Ruang Kota. Kewenangan mengeluarkan IMB ini merupakan taggung jawab Walikota
Surakarta melalui UPT Unit Pelayanan Terpadu yang terdapat di kantor balaikota Surakarta. UPT merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kota
surakarta yang berwenang mengurusi segala masalah perizinan, jadi tidak sekedar IMB, seperti misalnya izin penggunaan, izin lokasi, izin usaha
industri, dll.
commit to user 3
Pemerintah Kota Surakarta yang dirasa sangat mudah memberikan Izin Mendirikan Bangunan IMB untuk bangunan tinggi dan modern di kota
Surakarta mendapat tanggapan dari aktivis Dewan Kesenian Surakarta DKS dan Forum Penegak Keadilan dan Kebenaran FPKK. Menurut mereka,
pembangunan gedung-gedung tinggi tersebut akan mempertebal rasa kekalahan orang Jawa. Orang Jawa menggunakan Keraton Kasunan sebagai
panutan sekarang malah sudah tertutup dengan adanya gedung-gedung tinggi tersebut. Gedung tinggi yang sedang berada dalam proses pembangunan
adalah Solo Paragon, Solo Center Point dan Kusuma Mulia Tower. Bangunan itu tingginya lebih dari 20 lantai, padahal di Surakarta masih ada
Keraton dan juga Mangkunegaran. Jika dilihat dari estetika dan peraturan yang ada ini bisa tidak tepat, FPKK meminta walikota mengkaji ulang IMB tiga
apartemen tersebut untuk izin peruntukannya dan ketinggian bangunan http:assyita.blogspot.com200909solo-belum-butuh-paragon.html.
Dalam pendirian bangunan khususnya apartemen tidak terlepas dari kendala masalah perizinan dan persetujuan dari masyarakat setempat.
Perizinan yang dimaksud adalah izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surakarta yang seharusnya bisa menjadi dasar hukum
yang kuat bagi pendirian bangunan apartemen dan memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakat kota surakarta yang sudah dipegang teguh sejak lama.
Berdasarkan wacana di atas, peneliti membuat penulisan hukum dalam bentuk skripsi dengan judul
: “KAJIAN PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN IMB OLEH UNIT PELAYANAN
TERPADU UPT PEMERINTAH KOTA SURAKARTA UNTUK BANGUNAN
APARTEMEN SEBAGAI
UPAYA UNTUK
MEWUJUDKAN PENATAAN
BANGUNAN KOTA
BERBASIS BUDAYA JAWA”.
commit to user 4
B. Rumusan masalah