Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Tata :Iruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

(1)

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI DINAS TATA

RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA MEDAN

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH:

ANDIKA RAJA PUTRA S 100903093

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : ANDIKA RAJA PUTRA S NIM : 100903093

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul :IEFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN :IMENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI DINAS TATA

:IRUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA MEDAN

Dosen Pembimbing

Medan,

Dra. Elita Dewi, M.SP NIP. 196007041986012002

Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001

Dekan FISIP USU Medan

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan berkat-Nya kepada peneliti sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dalam memperoleh gelar sarjana ilmu administrasi negara.

Peneliti juga mengucapkan terimakasih yang teristimewa kepada kedua orang tua, Ayah tercinta Drs P. Sitorus dan Mama tercinta L. Siregar. Yang selama ini telah membesarkan serta mendukung peneliti dengan penuh kasih sayang, mendidik dan mengajari penulis hingga detik ini.

Dalam penulisan skripsi ini, dari awal hingga akhirnya. Peneliti sangat banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak. Sehingga dalam kesempatan ini, Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra, Elita Dewi, M.Sp selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen wali yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dan motivasi kepada peneliti selama masa perkuliahan serta sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu yang banyak untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Staf pengajar Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing peneliti dari awal hingga detik ini.

5. Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu peneliti dalam urusan Administrasi kampus yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

6. Bapak Ir. Samporno Pohan, MT selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Drs. Massa Simatupang selaku Kasubbag Umum yang telah banyak membantu serta mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

8. Bapak Thomas. ST selaku Kepala Bidang Pengukuran Dan Pemetaan, Bapak Bapak Benny Iskandar ST, MT selaku Kepala Bidang Tata Ruang, Ibu Ir. Lisnidar selaku Kepala Bidang Tata Bangunan, dan Bapak Drs. Ali Tohar, M.Si selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang yang telah bersedia memberikan Informasi kepada peneliti

9. Semua pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan kepada peneliti.

10.Buat kakakku, Kak ‘Tan Sitorus, serta adikku Gratia Claudya Sitorus dan Jesica Indah Natalia Sitorus yang selama ini telah Memberikan Doa dan motivasi kepada peneliti dalam menyusun Skripsi ini.

11.Kelompok Magang Desa Lau Damak Ester Purba, Riri Anwar, Benny Marpaung, Helvrizky Kaniza, Erap Nainggolan, Reina Sirait, Atika Tampubolon, Windy Nuansari, Meylan Samosir, Modest Silalahi, Frima Hajirin, yang selalu saling memotivasi dan menjadi keluarga baru di AN. 12.Teman-Teman AN’09 yang tidak dapat disebut satu per satu


(5)

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran yang bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.

Medan, April 2014 Peneliti,


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR ISTILAH x

ABSTRAK xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Efektivitas 8

II.1.1 Pengertian Efektivitas 8 II.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas 9

II.2 Prosedur 10

II. 2.1 Pengertian Prosedur 10

II.2.2 Karakteristik Prosedur 10

II.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) 12 II.3.1 Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP) 12 II.3.2 Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) 12

II.4 Pelayanan Publik 12

II.4.1 Pengertian Pelayanan 12

II.4.2 Pengertian Pelayanan Publik 13 II.4.3 Unsur-Unsur Pelayanan Publik 14


(7)

II.4.4 Prinsip-Prinsip Pelayan Publik 14

II.4.5 Standar Pelayanan Publik 16

II.4.6 Jenis-Jenis Pelayanan Publik 17 II.4.7 Asas-Asas Pelayanan Publik 18 II.4.8 Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik 29

II.5 Pelayanan Prima 20

II.5.1 Pengertian Pelayanan Prima 20 II.5.2 Unsur Pokok Pelayanan Prima 20 II.5.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima 21 II.6 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 21 II.6.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 21 II.6.2 Tujuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 22 II.6.3 SOP Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 24 II.6.4 Syarat Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 26 II.6.5 Perizinan Terkait Dengan Izin Mendirikan Bangunan 27

II.6 Definisi Konsep 29

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian 31

III.2 Lokasi Penelitian 31

III.3 Informan Penelitian 31

III.4 Teknik Pengumpulan Data 32

III.4.1 Data Primer 32

III.4.2 Data Sekunder 33

III. 5 Teknik Analisis Data 33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Profil Kota Medan 35

IV.2 Profil Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan 39 IV.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Dinas Tata Ruang Dan Tata


(8)

Bangunan Kota Medan 39 IV.2.2 Struktur Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan

Kota Medan 41

IV.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan

Bangunan Kota Medan 42

IV.2.4 Data Kepegawaian Dinas Tata Ruang dan Bangunan

Kota Medan 55

IV.2.5 Permohonan IMB Yang Ditangani Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan 58 BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

V.1 Efektifitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan

Di Kota Medan 60

V.1.1 Penyajian Data 60

V.1.2 Analisis Data 84

V.2 Kendala Yang Dihadapi Dalam Mewujudkan Efektifitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan 92 BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan 95

VI.2 Saran 98


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 SOP Izin Medirikan Bangunan (IMB) 24 Gambar IV.1 Struktur Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan

Kota Medan 41

Gambar V.1 Proses Permohonan Izin Mendirikan Bangunan 62 Gambar V.2 Fasilitas Pojok Informasi Elektronik 65

Gambar V.3 Buku Panduan Gambar Bangunan 65

Gambar V.4 Kondisi Loket Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Kota Medan 72

Gambar V.5 Pojok Informasi Elektronik (1) dan Ruang Informasi

Rencana Kota (2) 72

Gambar V.6 Website Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota

Medan 79

Gambar V.7 Fasilitas Finger Print untuk absensi pegawai 81 Gambar V.8 Ruang Tunggu Dinas Tata Ruang dan Tata Banggunan Kota


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 37 Tabel IV.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di

Kota Medan Tahun 2007 – 2012 38

Tabel IV.3 Misi dan Tujuan Dinas Tata Ruang Dan Tata

Bangunan Kota Medan 40

Tabel IV.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan 55 Tabel IV.5 Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang Pekerjaan 56 Tabel IV.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan 57 Tabel IV.7 Jumlah Permohonan yang masuk, disurati, tolak

dan selesai ke Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan


(11)

DAFTAR ISTILAH

DTRTB : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan IMB : Izin Mendirikan Bangunan

IPB : Izin Penggunaan Lahan IPL : Izin Peruntukkan Lahan

SIPPT : Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah SP3L : Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan


(12)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI DINAS TATA RUANG DAN TATA BANGUNAN KOTA

MEDAN NAMA : Andika Raja Putra Sitorus

NIM : 100903093

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik PEMBIMBING : Dra. Elita Dewi, Msp

Menyediakan pelayanan publik yang terbaik mendorong semua organisasi penyelenggaraan pelayanan publik yang bergerak dalam jasa pelayanan membenahi dirinya untuk lebih dapat memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan tuntutan masyarakat. Sebagai salah satu organisasi penyelenggara pelayanan publik, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan yang bertugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan seperti dibidang perizinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) haruslah mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik serta mampu memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat Kota Medan. 1

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektifitas pelayanan pemberian IMB di DTRTB belum dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari segi waktu penyelesaian karena beberapa masyarakat menunggu lebih dari 3 minggu. Sarana dan prasarana yang dimiliki belumlah memadai, dan masih terbatasnya jumlah pegawai. Namun dalam proses penerbitan akta kelahiran telah berjalan secara efisien dilihat dari segi prosedur pengurusan tidak berbelit-belit dan tidak memerlukan waktu yang lama. karena masyarakat cukup hanya dengan mengisi surat permohonan dan melengkapi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Setelah itu masyarakat tinggal menunggu sertifikat izin mendirikan bangunan dikeluarkan oleh dinas yang berwenang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan efektifitas pelayanan pemberian IMB di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi. Yang menjadi informan kunci adalah Kepala Dinas TRTB Kota Medan . Untuk informan utama yaitu kepala bagian yang ada di DTRTB Kota Medan Sedangkan masyarakat yang menjadi informan tambahan adalah masyarakat yang mengurus izin mendirikan bangunan di DTRTB Kota Medan.

1


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Era baru otonomi daerah dimulai sejak diberlakunya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini memberikan kewenangan otonomi kepada daerah kabupaten atau kota untuk mengatur dan mengurus penyelengaraan sistem pemerintahan berdasarkan aspirasi masyarakat setempat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan yang diberikan kepada daerah tersebut mencakup keseluruhan urusan pemerintahan kecuali urusan moneter dan fiskal, peradilan, keamanan, pertahanan, politik luar negeri dan agama yang tetap menjadi urusan pemerintah pusat.

Tujuan utama dikeluarkannya UU otonomi daerah tercantum pada pasal 2 ayat 3 UU 32 Tahun 2004 yang berbunyi “Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah”. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas disebutkan ada tiga tujuan otonomi daerah, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Oleh karena itu, guna mewujudkan tujuan otonomi daerah tersebut, pemerintah daerah dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah.

Menurut Muwafik (2010) pelayanan publik dalam arti singkat adalah suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Sedangkan Menurut Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik


(14)

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah daerah berkewajiban untuk melayani kebutuhan dasar warganya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Proses membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik (pemerintah) merupakan kegiatan yang harus terus dilakukan sejalan dengan harapan dan tuntutan masyarakat tentang peningkatan pelayanan publik.

Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban masyarakat serta terwujudnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pelayanan publik, maka diperlukan aturan-aturan atau asas-asas yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan layanan publik. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta untuk memberi perlindungan bagi masyarakat dari penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur negara di dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Dalam menyelenggarakan pelayanan publik, pemerintah daerah berkewajiban untuk membentuk Organisasi Penyelenggara. Organisasi Penyelenggara adalah institusi penyelenggara Negara maupun lembaga independen yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk kegiatan pelayanan publik. Organisasi Penyelenggara pelayanan publik ini berkewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan publik sesuai dengan tujuan pembentukannya. Menurut Pasal 8 UU No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, Organisasi penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana maksud diatas, sekurang-kurangnya meliputi:

a) pelaksanaan pelayanan;

b) pengelolaan pengaduan masyarakat; c) pengelolaan informasi;


(15)

e) penyuluhan kepada masyarakat; dan f) pelayanan konsultasi.

Organisasi penyelenggaraan pelayanan publik dapat melakukan kerja sama dalam bentuk penyerahan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak lain, dengan syarat kerja sama tersebut tidak menambah beban bagi masyarakat.

Menyediakan pelayanan publik yang terbaik mendorong semua organisasi penyelenggaraan pelayanan publik yang bergerak dalam jasa pelayanan membenahi dirinya untuk lebih dapat memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan tuntutan masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan publik yang diberikan organisasi pelayanan pubik adalah perizinan mendirikan bangunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan IMB.

Izin Mendirikan Bangunan adalah pelayanan perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota kepada orang pribadi atau instansi untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain, pelaksanaan proses pembangunan dan karakteristik bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan yang ditetapkan bagi yang masyarakat yang menempati dan menggunakan bangunan tersebut. Selain itu, sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga memberikan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai bangunan yang dimilikinya. Dengan kata lain tanpa bukti tertulis atau suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum menjadikannya tidak sah. Karena itulah, dengan adanya sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diharapkan akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendirian bangunan di wilayah Kota Medan.

Sesuai dengan pasal 9 ayat satu (1) Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan yang berbunyi:“Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di daerah harus memperoleh IMB untuk pembinaan penyelenggaraan pembangunan dari walikota”.


(16)

Namun hal itu bertolak belakang dengan situasi di masyarakat, tidak semua masyarakat, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan telah memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) seperti ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan tersebut. Ternyata masih terdapat bangunan- bangunan baik yang sedang dikerjakan ataupun yang telah selesai belum memiliki sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal ini terjadi karena pelaksanaan pengurusan izin mendirikan bangunan di duga sarat penyimpangan. Berikut kutipan beritanya:

MEDAN-DPRD Kota Medan menilai kinerja Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan belum maksimal, sehingga menyebabkan minimnya perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga kinerjanya perlu dievaluasi. Bangunan-bangunan yang dibangun tidak sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) memang marak di Kota Medan, seperti di Jalan Pelita I Medan Perjuangan dan Jalan Rawa I, Kelurahan Tegal Sari Mendala III, Kecamatan Medan Denai. Di Jalan Pelita I Medan Perjuangan, ruko dibangun 8 unit, meski di IMB hanya 2 unit. Kondisi lebih parah terjadi di Jalan Rawa I Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Menurut IMB, perumahan tersebut seharusnya hanya 17 unit, tapi dibangun 34 unit. Hingga kini proses pembangunan perumahan terus berjalan, meski sebelumnya sempat roboh dan menimpa pekerjanya. Belum ada penindakan sama sekali dari Dinas TRTB Medan. Mengenai sulitnya pengurusan IMB di Dinas TRTB sehingga masyarakat enggan mengajukan permohonan, Ahmad Arif menegaskan bahwa itu merupakan cerminan birokrasi buruk di TRTB Medan. Dia pun mendesak agar permohonan izin tersebut jangan diperlambat sehingga mengganggu masyarakat.

(http://www.hariansumutpos.com/2013/03/54095/dprd-medan-minta-kadis-trtb-dievaluasi, diakses pada tanggal 22 september 2013 pada pukul 16.20 WIB)

Hal itu juga senada dengan kutipan berikut :

MEDAN | DNA - Permasalahan Ijin Medirikan Bangunan (IMB) di Kota Medandiakui sulit diperbaiki. Hal ini diakui Wakil Ketua Komisi DPRD Medan Ikrimah Hamidy kepada DNAberita, Selasa (02/10/2010) sore di ruang kerjanya. "Soal IMB di Medan, Sulit diperbaiki lah," ucapnya saat


(17)

ditanya soal permasalahan itu sekaitan dengan sorotan Komisi Pemberantasan Korupsi dimana permasalahan IMB menjadi salah satu masalah dalam survei Indek Integritas Daerah. Ikrimah juga mengakui pengurusan IMB sangat sulit, dikarenakan lamanya pengurusan. Politisi Partai Keadilan Sejehtara Kota Medan juga mengatakan dalam permasalahan IMB ini Pemko Medan harus giat melakukan perubahan. Misalnya Kota Medan sudah selayaknya tidak lagi melakukan pembangunan dengan sitem Horizontal melainkan vertikal. "Dalam persoalan ini Pemko Medan harus melakukan perubahan, dimana pembangunan di Medan sudah selayaknya dilakukan dengan sistem vertikal tidak lagi dengan sistem Horizontal yang sama kita ketahui Ruang Terbuka Hijau di Medan sudah sangat minim," ungkapnya. Seperti diketahui, permasalahan IMB di Medan menjadi sorotan menyusul mencuatnya sejumlah masalah termasuk adanya pembekingan yang dilakukan sejumlah oknum yang diduga dekat dengan pejabat teras di Pemko Medan. Tidak hanya itu belakangan munculnya permasalahan tersebut juga adanya keterlibatan oknum di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. (DNA|R-01)

(http://www.dnaberita.com/berita-14378-permasalahan-imb-di-medan-sulit-diperbaiki.html, diakses pada tanggal 22 september 2013 pada pukul 16.20 WIB)

Dari kutipan berita diatas, menunjukkan bahwa terdapat berbagai permasalahan dalam proses pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Mulai dari ketidakpastian waktu, dipersulit, adanya dugaan Korupsi Kolusi nepotisme (KKN) sampai tingginya biaya pengurusan perizinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal inilah yang menyebabkan masyarakat enggan untuk mengajukkan permohonan Izin Mendirikan Bangunan, yang pada akhirnya berdampak pada tata ruang kota medan yang tidak sesuai lagi dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan kota medan serta berkurangnya pendapatan asli daerah (PAD) Kota Medan sehingga pembangunan di Kota medan kurang maksimal.

Dari sisi masyarakat, biaya mengurus Perizinan Izin Mendirikan Bangunan haruslah wajar dan dapat diverifikasi. Adanya kepastian waktu dalam mengurus


(18)

Perizinan Izin Mendirikan Bangunan, jelas waktu yang dibutuhkan untuk proses pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan. Lamanya pengurusan izin juga harus diketahui oleh masyarakat sehingga bermanfaat bagi proses perencanaan dan penjadwalan kegiatan harian masyarakat, dan pemerintah sebagai penyedia pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat tentu saja berharap bahwa lamanya proses pengurusan izin tidak berlarut-larut.

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan memiliki tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata ruang dan tata bangunan, antara lain menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota, pengurusan perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehat dan terarah sesuai dengan rencana tata ruang kota dan pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam kata lain, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan bertugas memberikan pelayanan terhadap permohonan Keterangan Rencana Peruntukan (KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta memungut retribusi atas pemberian KRP, KSB dan IMB tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Oleh karena itu, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang memiliki peran yang besar didalam penyelenggaraan pelayanan publik khusunya dibidang perizinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) haruslah mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik serta mampu memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat Kota Medan. Hal ini bertujuan agar arah pembangunan di Kota Medan sesuai dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Medan dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Medan melalui retribusi atau iuran perizinan Izin mendirikan Bangunan (IMB) sehingga pembangunan di Kota Medan dapat berjalan secara berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Efektifitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Di Kota Medan”.


(19)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana Efektifitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Di Kota Medan?”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektifitas pelayanan pemberian IMB di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan efektifitas pelayanan pemberian IMB di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.

I.4 Manfat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis, bermanfaat untuk menambah pengetahuan, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah ini. 2. Bagi instansi, sebagai bahan masukkan Dinas Tata Ruang Dan Tata

Bangunan Di Kota Medan dalam memberikan pelayanan yang paling sesuai untuk diterapkan dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat menyumbang karya

ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian sosial

4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini dapat menjadi bahan masukkan bagi fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. (Singarimbun, 1989:37)

Sebagai dasar atau landasan berfikir dalam melihat dan memecahkan suatu permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawami ; 1993:40). Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penulis memandang masalah tersebut.

II.1 Efektifitas

II.1.1 Pengertian Efektifitas

Menurut Agung Kurniawan (2005:109) Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Menurut Sarwito (1987:45) “efektifitas sebagai suatu yang berhasil guna yaitu pelayanan bercorak maupun mutu dan kegunannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan.” Searah dengan pendapat tersebut, Sters dan Etzioni (dalam Kasim, 1993:11) mengatakan bahwa efektifitas suatu organisasi tergantung pada seberapa jauh organisasi tersebut berhasil dalam pencapaian tujuannya.

Lain halnya dengan pendapat Sondang P. Siagian yang menyatakan bahwa efektifitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebu. Ditinjau dari ketetapan waktu maka menurut Siagian (2002:171) efektifitas adalah tercapainya berbagai


(21)

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

II.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas

Steers ( 1985 : 209 ) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektifitas, yaitu :

1. Ciri Organisasi

Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektifitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan, dan formalisasi. Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektifitas selanjutnya, walaupun mungkin tidak secara langsung.

2. Ciri Lingkungan

Keberhasilan hubungan organisasi-lingkungan tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci : (1) tingkat keterdugaan keadaan lingkungan; (2) ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan; dan (3) tingkat rasionalitas organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi. 3. Ciri Pekerja

Pada kenyataannya, para angota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektifitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.


(22)

Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektifitas organisasi yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber-daya secara efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan adaptasi dan inovasi organisasi.

II.2 Prosedur

II.2.1 Pengertian Prosedur

Pengertian prosedur menurut Syamsi (2004:16) adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan..

Menurut Azhar Susanto (2000;195) Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang dengan cara yang sama” Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian prosedur adalah suatu urutan tugas dan pekerjaan yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan.

Menurut Mulyadi (2001;5), Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

II.2.2 Karakteristik Prosedur

Karakteristik prosedur yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:6) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik prosedur, diantaranya sebagai berikut:

1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

Dengan adanya prosedur, suatu organisasi dapat mencapai tujuannya karena melibatkan beberapa orang dalam melakukan kegiatan


(23)

operasional organisasinya dan menggunakan suatu penanganan segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.

2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan menggunakan biaya yang seminimal mungkin.

Pengawasan atas kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik karena kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Selain itu, biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut dapat diatur seminimal mungkin karena kegiatan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

3. Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

Dalam suatu prosedur yang dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam menjalankan segala kegiatannya, biasanya prosedur tersebut menunjukkan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dan rangkaian tindakan tersebut dilakukan secara seragam.

4. Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab. Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan keputusan yang harus dilaksanakan oleh para bawahannya untuk menjalankan prosedur kegiatan yang sudah ada. Selain itu, keputusan atas orang-orang yang terlibat dalam menjalankan prosedur tersebut, memberikan suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana tersebut sesuai dengan tugasnya masing-masing.

5. Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.

Apabila prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka hambatan yang akan dihadapi oleh pelaksana kecil kemungkinan akan terjadi. Hal ini menyebabkan ketepatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tujuan organisasi yang ingin dicapai oleh organisasi dapat terlaksana dengan cepat.


(24)

II.3 Standar Operasional Prosedur (SOP)

II.3.1 Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2011, Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah Daerah.

Menurut Istyadi Insani (2010: 1), standar operasional prosedur (SOP) adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulisyang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraanadministrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan. “

Selanjutnya menurut Gareth R. Jones, standar operasional prosedur (SOP) merupakan bagian dari peraturan tertulis yang membantu dan mengontrol perilaku anggota organisasi.

II.3.2 Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) lain :

• Memberikan pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengidentifikasi, merumuskan, menyusun, mengembangkan, memonitor serta mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakannya.

• Menciptakan komitmen mengenai prosedur yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintah dalam mewujudkan good governance

II.4 Pelayanan Publik

II.4.1 Pengertian Pelayanan

Menurut A.S. Moenir (2002:26-27), pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau


(25)

dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.”

Menurut Sondang P Siagian (1998) pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan adanya kemudahankemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya.

Soetopo (1999) memberikan pengertian pelayanan sebagai suatu usaha untuk membantu mengurus apa yang diperlukan orang lain. Dengan kata lain, pelayanan merupakan serangkaian kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa. Dengan beberapa ciri, seperti tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonsumsi jasa tersebut.

II.4.2 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut pasal 1 ayat (1) UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ,Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Pemerintah No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, pelayanan publik sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Wasistiono (Muwafik, 2010:24), pelayanan publik adalah sebagai pemberian jasa yang diberikan oleh suatu organisasi (perusahaan, pemerintah, swasta) kepada publiknya dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.


(26)

II.4.3 Unsur-Unsur Pelayanan Publik

Dalam memberikan pelayanan publik harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Bharata, 2004:11):

1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).

2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.

3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan.

4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.

II.4.4 Prinsip-Prinsip Pelayan Publik

Moenir (2002:40) menyatakan bahwa sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, wujud pelayanan yang didambakan masyarakat ialah:

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang kala dibuat-buat.

2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindirian, untaian kata lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan.

3. Mendapat perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang bulu.


(27)

4. Mendapatkan pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya diberitahukan, sehingga orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan merupakan penerapan prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik, yaitu:

1. Kesederhanaan

Prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah dan dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan publik.

2. Kejelasan dan kepastian

Sendi atau prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai: (1) Prosedur tata cara pelayanan. (2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif. (3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan. (4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayaran. (5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan. 3. Keamanan

Sendi atau prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.

4. Keterbukaan

Prinsip keterbukaan mengandung arti bahwa prosedur/tatacara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.


(28)

5. Efisien

Sendi atau prinsip efisien ini mengandung arti: (1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan. (2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan.

6. Ekonomis

Sendi atau prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan: (1) Nilai barang dan atau dan jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran. (2) Kondisi dan kemampuan masyarakat.

7. Keadilan yang merata

Prinsip ini mengandung arti cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.

8. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

II.4.5 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelengaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan (Ratminto, 2005) diantaranya sebagai berikut:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan.


(29)

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Petugas pemberi pelayanan harus memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

II.4.6 Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Jenis-jenis pelayanan umum atau publik yang dibutuhkan masyarakat (Prianto,2006) antara lain :

1. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan masyarakat/ publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen- dokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.


(30)

2. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan massyarakat/ publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

3. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan masyarakat/ publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

II.4.7 Asas-Asas Pelayanan Publik

Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat atau publik, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan publik (Sadhana, 2010:135) sebagai berikut:

1. Transparansi: bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas: dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

3. Kondisional: sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas. 4. Partisipatif: mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak : tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban: pemberi dan penerima layanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.


(31)

II.4.8 Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik

Menurut Pasal 15 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Penyelenggara Pelayanan Publik berkewajiban:

1. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;

2. Menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan; 3. Menempatkan pelaksana yang kompeten;

4. Terciptanya iklim pelayanan yang memadai;

5. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik;

6. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

7. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

8. Memberikan pertanggungjawab terhadap pelayanan yang diselenggarakan; 9. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya; 10.Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara

pelayanan publik;

11.Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan; dan

12.Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 13.Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang


(32)

II.5 Pelayanan Prima

II.5.1 Pengertian Pelayanan Prima

Menurut Swastika (2005: 3), pelayanan prima adalah adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian kepada pelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik, dan adanya tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan beroreantasi pada standart layanan tertentu

Menurut Sutopo (2006:8) Pelayanan prima atau excellent service yang berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan.

II.5.2 Unsur Pokok Pelayanan Prima

Menurut Barata (2004: 31 ), pelayanan prima terdiri dari beberapa unsur unsur pokok, yaitu:

a. Perhatian ( attention ) b. Kemampuan ( ability) c. Sikap ( attitude)

d. Penampilan ( appearance )

e. Tanggung jawab ( accounttability ) f. Tindakan ( action )

Menurut Tjiptono (2002: 58) pelayanan prima terdiri dari empat unsur pokok, yaitu:

a. Kenyamanan b. Kecepatan c. Ketepatan d. Keramahan


(33)

II.5.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima

Pelayanan Prima haruslah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Kejelasan dan kepastian, seperti kejelasan Prosedur/ tata cara pelayanan umum, waktu dan persyaratan pelayanan umum

b. Adanya unit kerja yang bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan

c. Efisien, dalam arti segala proses pelayanan berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan

d. Adanya kejelasan biaya

e. Ekonomis, dimana barang atau jasa pelayanan umum tidak menuntut biaya diluar kewajaran

f. Kesederhanaan, prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat dan tidak berbelit-belit.

g. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan memberikan keamanan dan kenyamanan,

h. Keadilan yang merata dalam arti cakupana atau jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan pendistribusian yang merata dan diperlakukan secara adil

i. Keterbukaan, segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pelayanan umum diinformasikan secara terbuka

II.6 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

II.6.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Secara singkat pengertian Izin Mendirikan Bangunan disingkat IMB dalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,memperluas, dan/atau mengurangi bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku.

Menurut Pasal 1 huruf (i) Keputusan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2002


(34)

Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Izin mendirikan bangunan adalah izin untuk mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan desain bangunan, pengawasan peIaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berIaku dan rencana teknis bangunan dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

Sebelum memulai mendirikan suatu bangunan, masyarakat diwajibkan terlebih dahulu mengurus perizinan Izin Mendirikan Bangunan yang bertujuan agar bangunan yang akan dibangun memiliki kepastian hukum. Selain itu dalam melakukan renovasi bangunan masyarakat juga diwajibkan untuk memperbaharuhi perizinannya sesuai dengan karakteristik bangunan.

II.6.2 Tujuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari pada aktifitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh penjabat yang berwenang. Selain itu tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

1. Dari sisi pemerintah

Dari Sisi Pemerintah tujuan pemberian izin itu adalah :

a. Untuk melaksanakan peraturan apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam prakteknya atau tidak dan sekaligus untuk mengatur ketertiban. b. Sebagai sumber pendapatan daerah. Dengan adanya permintaan

permohonan izin maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula


(35)

pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai pembangunan.

2. Dari sisi masyarakat

Dari Sisi Masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah: a. Untuk adanya kepastian hukum.

b. Untuk adanya kepastian hak

c. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas. Bila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat fasilitas.

Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah mempunyai fungsi masing-masing. Begitu pula halnya dengan ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu :

1. Sebagai fungsi penertib

Fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud.

2. Sebagai fungsi pengatur

Fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.


(36)

II.6.3 Standar Oprasional Prosedur (SOP) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Gambar II.1 Standar Oprasional Prosedur (SOP) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

Standar Oprasional Prosedur (SOP) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan mulai proses permohonan izin masuk sampai izin selesai atau aktivitas pelayanan dari awal sampai dengan akhir pemberian palayanan melalui tahapan-tahapan prosedur sebagai berikut:

1. Pemohon meminta informasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ke loket di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan:

a. Pemohon meminta informasi mengenai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ke loket informasi

b. Petugas di loket informasi akan memberikan informasi tentang persyaratan Izin mendirikan Bangunan.

c. Pemohon membawa berkas persyaratan admninistrasi dan teknis ke loket informasi dan petugas informasi mengecek persyaratan


(37)

apakah pemohon memenuhi syarat izin mendirikan bangunan (IMB) atau tidak, jika memenuhi persyaratan maka pemohon akan diberi formulir di loket , jika tidak memenuhi syarat maka pemohon akan diminta untuk menlengkapi persyaratan.

2. Berkas kemudian dimasukkan ke bidang pengukuran dan pemetaan untuk dilakuan pemetaan dan pengukuran lokasi.

3. Berkas kemudian dilanjutkan ke bidang tata ruang untuk dilakuakAn: a. penelitian peruntukan sesuai dengan rencana tata ruang kota. b. perencanaan tata letak bangunan dan penggambaran kondisi situasi

bangunan.

Jika permohonan sesuai dengan ketentuan peraturan daerah maka berkas akan dilanjutkan kebidang berikutnya dan Jika permohonan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan daerah maka permohonan akan ditolak seperti:

a. tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan b. bertentangan dengan rencana kota

c. menggangu atau merusak keseimbangan lingkungan d. bertentangan denga ketentuan perundangan yang berlaku

4. Berkas kemudian dilanjutkan ke bidang tata bangunan untuk dilakukan penelitian terhadap perancangan, konstruksi, dan konservasi bangunan dan kawasan.

5. Setelah IMB disetujui maka pemohon diminta untuk pembayaran retribusi IMB

6. selanjutnya sertifikat IMB akan ditanda tangani oleh Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan jika luas bangunan yang dimohon kurang dari 200 m2 dan akan ditanda tangani oleh wali kota jika luas bangunan yang dimohon lebih dari 200m2


(38)

7. Pemrosesan selesai, Penyerahan izin yang telah jadi kepada pemohon II.6.4 Syarat Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Permohonan IMB ditujukan kepada Walikota Medan dalam hal ini Kepala Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan dengan melengkapai persyaratan :

1. Persyaratan Administrasi:

a. Pengisian Formulir Surat Permohonan IMB.

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. c. Fotocopy SPPT dan Pelunasan PBB tahun terakhir.

d. Fotocopy Hak Atas Tanah yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang, antara lain :

• Fotocopy Sertifikat yang dilegalisir oleh BPN ataupun Notaris.

• Fotocopy Akta Jual Beli dari Notaris/Camat

e. Akta yang dikeluarkan oleh Notaris dilegalisir oleh Notaris. f. Akta yang dikeluarkan oleh Camat dilegalisir oleh Camat.

g. Asli Surat Tidak Silang Sengketa. yang dikeluarkan oleh Lurah dan diketahui oleh Camat setempat; bagi surat tanah yang bukan Sertifikat dan SK Camat.

h. Asli Rekomendasi dari Bank bagi tanah yang sedang diagunkan. i. Rekomendasi dari Instansi terkait untuk pembangunan tempat

ibadah, tempat persemayaman mayat, galon (SPBU), dan pendidikan.

j. Asli Surat Kuasa, AKTE perusahaan, surat keputusan instansi, bagi pemohon yang bukan pemilik tanah (atas nama pemilik tanah). 2. Persyaratan Teknis


(39)

a. Gambar Rencana Bangunan rangkap 3 :

• Denah / Site Plan

• Tampak (depan dan samping)

• Potongan (memanjang dan melintang)

b. Gambar Konstruksi (pondasi, sloop, kolom, balok, lantai, tangga, rencana atap/kap, kecuali untuk bangunan rumah tempat tinggal 1 (satu) lantai.

c. Sumur peresapan, septic tank, dan bak kontrol.

d. Untuk Bangunan Pagar (Denah, Tampak Potongan dan Situasi) e. Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan

ditandatangani oleh perencana, bagi bangunan dengan :

• Bentangan balok lebih dari 6 (enam) meter.

• Ketinggian 2 (dua) lantai atau lebih bagi bangunan yang digunakan untuk kepentingan umum.

• Ketinggian bangunan lebih dari 3 (tiga) lantai.

• Konstruksi baja atau kayu yang bentangnya lebih dari 12 meter.

• Konstruksi baja atau kayu yang ketinggian tiangnya lebih dari 6 (enam) meter perlantai.

• Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan Tower/Menara, Tanki, Gapura/Tugu dan Cerobong asap, serta renovasi bangunan.

II.6.5.Perizinan Terkait dengan Izin Mendirikan Bangunan

Proses penerbitan izin mendirikan bangunan memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam


(40)

penerbitannya diperlukan beberapa perizinan yang terkait dengan IMB (Dwi, 2008: 17), antara lain :

1. Izin Pendahuluan, antara lain :

a) Izin Pendahuluan Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan. Bangunan- bangunan dan untuk pemancangan pertama

b) Izin Pendahuluan Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja pondasi

c) Izin Pendahuluan Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bagunan/ bangunan- bangunan

d) Izin Pendahuluan Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan/ bangunan- bangunan sampai selesai.

2. Izin Peruntukkan Lahan (IPL)

Yaitu izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak kawasan yang berlaku.

3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)

Yaitu izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan utama.

4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan (SP3L)

Yaitu sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau sebidang tanah untuk bangunan fisik.

5. Izin Penggunaan Lahan (IPB)

Adalah pemberian izin atas penggunaan kepada orang pribadi atau badan hukum yang akan menggunakan tanah seluas 2500 M2 sampai


(41)

dengan 10000 sesuai dengan tata ruang wilayah. Pelayanan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ini di bagi beberapa tahap

6. Izin Pengeringan Lahan/ Izin Perubahan Penggunaan Lahan

izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan, dengan ukuran seluas-luasnya 5000 m2 (lima ribu meter persegi).

II.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989 : 33). Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

2. Efektifitas

Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya sehingga menghasilkan pelayanan bercorak maupun mutu dan kegunannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan


(42)

sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,memperluas, dan/atau mengurangi bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku.

4. Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Tercapainya berbagai sasaran yang telah ditetapkan dalam bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tugas dan tanggung jawab oleh Instansi Pemerintah, baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bentuk produk pelayanannya adalah perizinan untuk mendirikan suatu bangunan


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskripitif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dalam penelitian ini, seorang peneliti akan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak akan melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun,1989:4-5).

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta- fakta, atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat- sifat populasi serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dan diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang terletak di Jalan Besar Doktor Abdul Haris Nasution No.17, Medan Provinsi Sumatera Utara.

III.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk


(44)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. (Sugiyono, 2008 : 297).

Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :

1. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, 2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti,

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. (Suyanto,2005:171)

Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Informan kunci (Key Information) adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

2. Informan utama adalah Kepala Bidang Pengukuran dan Pemetaan, Kepala Bidang Tata Ruang, Kepala Bidang Tata Bangunan, Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang

3. Informan Tambahan adalah masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan.

III.4 Teknik Pengumpulan Data III.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan adalah:


(45)

Teknik pengumpulan data dengan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk dijawab. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara terbuka dan mendalam sehingga akan tergali informasi yang berkaitan dengan efektifitas pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

III.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

III. 5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.


(46)

Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Profil Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batasbatas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai


(48)

dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Hal ini menyebabkan Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.


(49)

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Secara Demografis, penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.


(50)

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2007 – 2012

Tahun Jumlah Penduduk

Luas Wilayah (KM²)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²)

2007 2.083.156 265,10 7,858

2008 2.102.105 265,10 7,932

2009 2.121.053 265,10 8,001

2010 2.097.610 265,10 7,913

2011 2.117.224 265,10 7,987

2012 2.122.804 265,10 8,008

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat . Bedasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013, penduduk miskin di kota medan tahun 2013 berjumlah 10,39 % atau 139. 080 jiwa.


(51)

IV.2 Profil Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata ruang dan tata bangunan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan antara lain melaksanakan pengukran dan pemetaan, meneliti, menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan serta mengendalikan rencana tata ruang kota, perencanaan dan penelitian tata bangunan serta konservasi bangunan/kawasan; pengendalian pemanfaatan ruang dan bangunan; pembinaan terhadap pembangunan fisik kota sesuai dengan rencana tata ruang kota dan ketentuan tata bangunan serta pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota serta melaksanakan tugas berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

IV.2.1 Visi, Misi dan Tujuan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

A. Visi :

Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu "Terwujudnya Kota Medan Yang Tertata, Nyaman, Modern dan Berdaya Saing. "

B. Misi :

Pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui 5 misi sebagai berikut :

1. Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melibatkan stake holder / shareholder.

2. Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan.


(52)

3. Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

4. Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan.

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota dan bangunan.

C. Tujuan :

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (Lima) tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi, sebagaimana pejabaran pada tabel di bawah ini :

Tabel IV.3 Misi dan Tujuan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

No Misi Tujuan

1 Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan banguna secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melihat stack holder / shareholder.

Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan.

2 Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

Meningkatnya kelancaran dalam pelaksanaan tugas urusan pemerintahan bidang tata ruang dan bangunan.

3 Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

Melaksanakan pelayanan umum pada masyarakat.


(53)

4 Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan.

Mengupayakan secara optimal peraturan bidang tata ruang dan tata bangunan

5 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota dan bangunan.

Meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan IV.2.2 Struktur Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

Gambar IV.1 Struktur Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan 1. Sub Bidang Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari :

• Seksi Pengukuran

• Seksi Pemetaan

• Seksi Pengembangan Data dan Sistem 2. Sub Dinas Tata Ruang terdiri dari :


(54)

• Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang

• Seksi Perencanaan Tata Letak

• Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang 3. Sub Dinas Tata Bangunan terdiri dari :

• Seksi Perancangan Bangunan

• Seksi Konstruksi Bangunan

• Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan 4. Sub Dinas Pengawasan terdiri dari :

• Seksi Pengawasan

• Seksi Penyuluhan

• Seksi Pengaduan

IV.2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan

Sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mempunyai fungsi dan tugas pokok seperti berikut :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang penataan ruang dan penataan bangunan;

2. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka perumusan, pengembangan dan penetapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan bangunan yang berlaku;

3. Mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma penataan kota dan bangunan yang berlaku;

4. Menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan pemetaan dalam rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan;


(55)

5. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Daerah dan Peraturan yang berlaku;

6. Melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan;

7. Memberikan pelayanan terhadap permohonan Keterangan Rencana Peruntukan (KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan pelayanan lainnya serta memungut retribusi atas pemberian KRP, KSB, IMB dan pelayanan lain tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

8. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap penataan ruang kota dan penataan bangunan serta teknis konstruksi yang telah ditetapkan, bekerjasama dengan instansi terkait;

9. Merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan konservasi bangunan;

10.Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

11.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Berdasarkan peraturan Kota Medan No. 3 tahun 2009, tugas dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dibagi atas:

A. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekreatariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Dalam Melakukan tugas pokok, sekretariat menyelenggarakan fungsi:

• penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan


(56)

• pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Dinas

• pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

• pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas- tugas Dinas

• penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

• pelaksanaan monitoring evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

• pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

B. Bidang Pengukuran dan Pemetaan

Bidang Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan system.

Dalam Melakukan tugas pokok, Bidang Pengukuran dan Pemetaan menyelenggarakan fungsi:

• penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan Pemetaan

• penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan sistem

• pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan

• penyelenggaraan kegiatan pengukuran pemetaan dan fotogrametri rencana kota

• penyelenggaraan kegiatan di bidang pengukuran tanah dan ketinggian bangunan untuk rencana pengembangan data tata ruang kota.

• Penyelenggaraan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta dasar, foto udara, dan dokumentasi lapangan, serta penerapan GIS dalam pemetaan


(57)

• Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang Bidang Pengukuran dan Pemetaan

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Bidang Pengukuran dan Pemetaan terbagi atas tiga seksi yang menyelengarakan tugas dan fungsi sebagai berikut:

B.1 Seksi Pengukuran

Seksi Pengukuran Pemetaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan lingkup pengukuran.

Dalam Melakukan tugas pokok, Seksi Pengukuran menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengukuran

• Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengukuran

• Pelakasanaan pengukuran untuk bahan penetapan rencana kota dan untuk menerapkan ketinggian

• Pelaksanaan pengukuran tanah untuk menentukkan letak tanah/ lokasi secara tepat sesuai permohonan untuk mendapatkan Keterangan Rencana Peruntukkan (KRP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

• Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

B.2 Seksi Pemetaan

Seksi Pemetaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan lingkup pemetaan.

Dalam Melakukan tugas pokok, Seksi Pemetaan menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemetaan

• Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemetaan

• Pembuatan peta- peta ikhtiar dan memetakan seluruh hasil pengukuran yang telah dibuat oleh Seksi Pengukuran


(58)

• Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

B.3 Seksi Pengembangan Data dan Sistem

Seksi Pengembangan Data dan Sistem mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengukuran dan Pemetaan lingkup pengembangan data dan system.

Dalam Melakukan tugas pokok, Seksi Pengembangan Data dan Sistem menyelenggarakan fungsi:

• Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Data dan Sistem

• Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan data dan sistem

• Pelaksanaan pemetaan fotografis dan memetakan hasil evaluasi yang telah terwujud di lapangan

• Pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan dan pembaharuan peta dasar dan foto udara yangdikembangkan dengan pola GIS.

• Pelaksanaan pengumpulan, penghimpunan dana dan informasi untuk penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota serta kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan

• Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksaanaan tugas

• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai denga tugas dan fungsinya

C. Bidang Tata Ruang

Bidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup penelitian rencana tata ruang dan tata letak, evaluasi, dan pengembangan rencana tata ruang.


(1)

komplen masyarakat dengan memebrikan bantuan secara langsung. Namun disegi ketepatan waktu belum dapat dikatakan bertanggung jawab karena proses pengurusan perizinan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu lewat dari 14 hari

7. Segi Sumber Daya

Dalam memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan ketersedianya sumber daya merupakan faktor penting yang menentukan apakah pelayanan yang diberikan sudah efektif atau belum seperti ketersedian sarana, perasarana dan sumber daya manusia. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Tata Ruang dan Tata Kota Medan belum dapat dikatakan memadai, di beberapa bidang masih ada yang kekeurangan seperti alat transportasi untuk menjalankan tugas dilapangan seperti pengukuran, pemetaan patroli dan mesin cetak. Selain itu, terbatasnya jumlah pegawai jika dilihat dari jumlah permohonan yang masuk pada tahun 2013 sebesar 2.938 permohonan sedangkan pegawai yang menanganinya hanya berjumlah 129 orang. Hal inilah yang menjadi penghambat bagi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan untuk meberikan pelayanan yang efektif bagi masyarakat.

8. Segi Kemudahan Akses

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan terletak dilokasi yang strategis yakni Jalan Besar Doktor Abdul Haris Nasution No.17, Medan Provinsi Sumatera Utara sehingga masyarakat mudah untuk mengunjunginya. Selain itu adanya program IMB keliling yang menjangkau daerah yang jauh dari lokasi kantor serta adanya website yang semalin mempermudah masyarakat dalam memahami dan menggunakan pelayanan yang disediakan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan


(2)

9. Segi Kedisiplinan

Tingkat kedisiplinan di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sudah dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran masuk pegawai yang tinggi mulai dari masuk kerja hingga berakhirnya jam kerja sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang hendak mengurus izin mendirikan bangunan.

10.Segi Kenyamanan

Di Dinas Tata Ruang dan Tata Bnagunan Kota Medan telah memiliki ruang tunggu bersih dan teratur, suhu ruang yang sejuk, tempat ibadah (musolah), penerangan yang cukup, toilet, lokasi parkir yang luas dan tempat sampah disetiap ruangan sehingga menjamin kenyamanan masyarakat selama berada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

VI.2 Saran

1. Jumlah pegawai yang tidak lagi sesuai dengan beban kerja Dinas tata Ruang dan Tata Bangunan menyebabkan tidak efektifnya pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu ada baiknya Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan meminta kepada pemerintah Kota Medan untuk segera melakukan penambahan jumlah pegawai agar dapat melayani masyarakat dengan baik.

2. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan. Hal ini tentunya mengharuskan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan memiliki sarana dan prasarana yang memadai agar dapat melaksanakan tugas tersebut. Namun kenyataannya pada saat ini, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota medan masih kekurangan sarana dan prasarana sehingga menghambat pemberian pelayanan yang maksimal


(3)

kepada masyarakat seperti alat trasnportasi dan mesin cetak. Oleh karena itu perlunya anggaran tambahan kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga mampu meberikan pelyanan yang baik kepada masyarakat.

3. Perlunya sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat mengenai pengurusan izin mendirikan bangunan, mulai dari prosedur hingga persyaratan yang dibutuhakan dalam pengurusan izin mendirikan bangunan. Hal ini perlu dilakukan supaya masyarakat memahami dengan jelas mengenai prosedur dan persyaratan sehingga ketika permohonan masyarakat masuk ke Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, tidak terjadi lagi penundaan akibat berkas persyaratan yang dimiliki masyarakat tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adya Atep Barat. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Atmoko, Tjipto. 2011. Standar Operasional Prosedur. Bandung: Universitas padjajaran

Bharata, Atep Adya. 2004. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Cetakan kedua. Jakarta: Elex Media Komputindo

Dwi, Yuni. 2008. Panduan Praktis Mengurus IMB. Yogyakarta: Pustaka Grahatama

Insani, Istyadi. 2010. Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Daerah Daam Rangka Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Kasim,Azhar. 1993. Pengukuran Efektivitas dalam Organisasi. Jakarata: FE UI Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta: UGM press Prianto, Agus. 2006. Menakar Kualitas Pelayanan Publik. Malang : In-Trans Ratminto , Atik Septi. 2005. Manajemen pelayanan : pengembangan model

konseptual, penerapan citizen's charter dan standar pelayanan minimal. Jakarta: Pustaka-Pelajar


(5)

Sadhana Kridawati. 2010. Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Malang: CV. Citrab Malang

Saleh, Muwafik. 2010. Publlic Service Communication. Malang: UMM Press Sarwito. 1987. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Siagian, S.P. 2002. Kiat meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

--- 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Soetopo. 1999. Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia.

Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta:Erlangga

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta Susanto Azhar. 2000. Sistem Informasi Manajemen Konsep dan

Pengembangannya. Bandung: Penerbit Lingga Jaya

Suyanto, Bagong. 1995. MetodePenelitianSosial. Surabaya: Airlangga University Press

Swastika. 2005. Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Pelanggan.


(6)

Sumber Undang- Undang :

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2011 Tentang Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota Keputusan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Pemerintah No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan

Peraturan Pemerintah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Sumber internet :

http://sumut.bps.go.id, diakses pada tanggal 23 Januari 2014 pada pukul 19.20 WIB

http://www.dnaberita.com/berita-14378-permasalahan-imb-di-medan-sulit

diperbaiki.html, diakses pada tanggal 22 Desember 2013 pada pukul 16.20 WIB

http://www.hariansumutpos.com/2013/03/54095/dprd-medan-minta-kadis-trtb-dievaluasi, diakses pada tanggal 22 Desember 2013 pada pukul 16.20 WIB http://izinbangunan.com/perizinan.php?sid=4, diakses pada tanggal 22 Desember

2013 pada pukul 22.20 WIB

http://www.pemkomedan.go.id, diakses pada tanggal 23 Desember 2013 pada pukul 22.20 WIB

http://www.menpan.go.id, diakses pada tanggal 22 Desember 2013 pada pukul 22.20 WIB