KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

(1)

commit to user

KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

SKRIPSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sebelas Maret

Di susun oleh :

Eko Apriyanto

D 0105065

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si NIP. 195310091980032003


(3)

commit to user

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji

1. Ketua : Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si

NIP. 196010091986011001 (………) 2. Sekretaris : Dra. Sudaryanti, M.Si

NIP. 195704261986012002 (………)

3. Penguji : Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si

NIP. 195310091980032003 (………)

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN. SU NIP 195301281981031001


(4)

PERNYATAAN

Nama : Eko Apriyanto NIM : D 0105065

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul :

“KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk :

v Allah SWT atas segala limpahan nikmatNya..

v Kedua Orang Tua Ku tercinta yang tiada putus asa akan do’a,

kasih sayang dan pengorbanannya serta yang selalu mengharap keberhasilan buah hatinya ini..

v Saudara-saudaraku tersayang “my truely inspirations”..aku

belajar banyak dari kalian Guys..

v Sahabat-sahabatku seperjuangan di FISIP AN 2005..

v Masa Depan ku..


(6)

M O T T O

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q. S Alam Nasrah : 6, 7, 8)

“Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta, dan ilmu dan agama adalah wajah yang cantik dan tampan”

(Albert Einstein)

“Bersunggunglah saat harapan Anda kecil, lebih bersungguhlah saat Anda mungkin kalah dan makin bersungguh-sungguhlah saat Anda tidak mungkin menang.

Itulah iman. (Penulis)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba. Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk BERHASIL” (Penulis)


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil’Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si selaku Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta nasehat selama penulisan skripsi dan saat penulis menempuh kuliah.

2. Drs. Sudarto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(8)

Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS atas segala ilmu yang diberikan selama penulis kuliah.

5. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.

6. Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta.

7. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini berguna untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.


(9)

(10)

commit to user Halaman HALAMAN JUDUL………... HALAMAN PERSETUJUAN……….... HALAMAN PENGESAHAN………... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN……….. HALAMAN MOTTO………... KATA PENGANTAR………... DAFTAR ISI……….... DAFTAR TABEL……….... DAFTAR GAMBAR………... ABSTRAK……….……….. ABSTRACT... BAB I. PENDAHULUAN...

A. Latar Balakang Masalah……….………... B. Rumusan Masalah……….………... C. Tujuan Penelitian...……….………... D. Manfaat Penelitian...……….………... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………...

A. Pengertian Kinerja………..……….. B. Indikator Kinerja……….. C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta….… D. Izin Mendirikan Bangunan….……….. E. Kerangka Pemikiran………...…………... BAB III. METODE PENELITIAN………...………...

A. Jenis Penelitian………... B. Lokasi Penelitian... C. Teknik Pengumpulan Data………... D. Metode Penarikan Sampel………... E. Teknik Analisis Data ………... F. Validitas Data ………...

i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv 1 1 10 10 11 12 12 17 22 24 29 32 32 32 33 35 35 38


(11)

commit to user

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi ………… 3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta ………. 4. Kepegawaian KPPT Kota Surakarta ……….. 5. Jenis Pelayanan KPPT Kota Surakarta... B. Pembahasan……….. 1. Indikator Produktivitas……… 2. Indikator Kualitas layanan………... 3. Indikator Akuntabilitas……… C. Hambatan yang dihadapi KPPT Surakarta……… BAB V. PENUTUP………

A. Kesimpulan……….. B. Saran………….………

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

42 43 56 56 61 61 70 74 89 95 95 99


(12)

commit to user

Tabel Judul Tabel Halaman 1.1

1.2 1.3 1.4 1.5 1.6

Jumlah Pemohon IMB, SK IMB yang terbit dan Waktu Penyelesaian IMB di KPPT Surakarta periode bulan Januari-Mei 2010... Jadwal Pelayanan KPPT Surakarta………. Inventaris Ruang Kepala KPPT Surakarta……….. Inventaris Ruang Staf KPPT Surakarta………...…………... Inventaris Ruang Rapat………... Rekapitulasi setoran retribusi IMB melalui KPPT Surakarta tahun 2008 dan 2009………...

8 58 58 59 60


(13)

commit to user 1.1

1.2 1.3 1.4 1.5

Kerangka Pemikiran………... Skema Model Analisis Interaktif……... Susunan Organisasi KPPT Kota Surakarta………. Mekanisme Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan IMB………... Prosedur Pelayanan KPPT Kota Surakarta……….

31 37 44 77 79


(14)

commit to user

Eko Apriyanto, D0105065, KINERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN

TERPADU KOTA SURAKARTA DALAM PELAYANAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN, Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 99 Halaman.

Organisasi publik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Organisasi tersebut harus selalu melakukan perubahan kinerjanya kearah perbaikan untuk mengatasi segala hambatan yang ada dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada mayarakat dalam memberikan pelayanan di bidang perijinan yang dibutuhkan masyarakat salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB). IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Kinerja KPPT Surakarta merupakan kemampuan KPPT dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan visi dan misi secara optimal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja KPPT dalam memberikan pelayanan penerbitan ijin IMB di Kota Surakarta dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan perijinan IMB di Kota Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dapat menggambarkan kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Wawancara dilakukan langsung dengan Kepala KPPT Surakarta, Kepala Seksi Evaluasi, Kepala Bagian Tata Usaha serta pemohon IMB. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu menguji data yang sejenis dari berbagai sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja KPPT Surakarta dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu produktivitas, kualitas layanan dan akuntabilitas. Dari ketiga indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja KPPT Surakarta dalam pelayanan ijin IMB dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh KPPT meskipun ada keluhan hanya sebatas kesalahan manusiawi seperti salah ketik. KPPT Surakarta sudah bisa dikatakan akuntabel, karena telah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku, serta selalu rutin membuat laporan kepada Walikota. Namun KPPT dalam memenuhi kinerjanya menemukan beberapa hambatan yang bisa mengganggu pelaksanaan kinerja KPPT dalam pelayanan IMB, hambatan ini datang dari luar KPPT diantaranya dari pihak pemohon sendiri dan pemeriksaan lapangan (survey) yang masih dipegang oleh Dinas Tata Kota (DTK), sehingga saat ini kinerjanya masih tergantung dari kerja Dinas Tata Kota.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai macam aspek kehidupan

masyarakat yang sangat luas dan kompleks. Kinerja organisasi yang baik sangat

berpengaruh terhadap pelayanan publik yang mengutamakan kepuasaan pelanggan

(masyarakat). Namun, selama ini birokrasi di Indonesia belum mampu menunjukkan

kondisi prima sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan salah

satu ketidakberhasilan kinerja birokrasi dalam upaya menuju Good Governance.

Good Governance itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu cara mengatur

pemerintahan yang baik dengan memberikan pelayanan publik secara efisien,

memiliki sistem pengadilan yang dapat diandalkan dan memiliki akuntabilitas publik

(UNDP,1997:5). Karakteristik Good Governance mencakup (1) partisipasi; (2) aturan

hukum; (3) transparansi; (4) responsiveness; (5) berorientasi consensus; (6)

efektivitas dan efisiensi; (8) visi strategis; (9) akuntabilitas (UNDP,1997:7). Sosok

governance suatu negara dikatakan good atau bad dapat dilihat dari kemampuan suatu

pemerintahan dalam melaksanakan prinsip-prinsip tersebut.

Organisasi publik merupakan penyelenggara pemerintahan dan pelayan bagi

warga negara. Peran organisasi publik sangat sentral dalam sistem pemerintahan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga terciptanya suatu kinerja yang


(16)

dapat berjalan secara efektif, efisien dan responsif dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang semakin kompleks.

Karakteristik negatif tentang birokrasi di Indonesia seperti yang dikemukakan

Jay M Shafritz dan E. W Russel (1997) seperti inefisiensi, kaku, prosedural, lamban,

berbelit-belit dan korup terlanjur melekat dalam persepsi masyarakat tentang

birokrasi yang ada di Indonesia. Meskipun setiap instansi pemerintah telah

mengadakan perbaikan dan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun

masih dirasa kurang. Peningkatan kinerja menjadi salah satu faktor utama untuk

memperbaiki kondisi birokrasi di Indonesia. Adanya evaluasi kinerja dalam suatu

organisasi menunjukkan bahwa suatu organisasi itu mulai berusaha untuk

mengupayakan peningkatan kinerja yang optimal. Oleh karenanya penilaian terhadap

kinerja suatu organisasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi

organisasi, karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian keberhasilan suatu

organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian tersebut juga dapat

dijadikan sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja pada organisasi

selanjutnya.

Salah satunya adalah evaluasi kinerja terhadap Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta. Sama halnya dengan instansi publik yang lain,

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta juga berusaha untuk

memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat, yang mana didukung oleh faktor


(17)

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta adalah sebuah

unit baru yang dibentuk dengan dilatarbelakangi oleh dua hal, yang pertama adalah

adanya keluhan-keluhan baik dari masyarakat umum maupun dari kalangan dunia

usaha mengenai penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

yang terkesan berbelit-belit, tidak transparan, dan membutuhkan waktu yang lama.

Yang kedua adalah pemberlakuan otonomi daerah yang berdasarkan UU No.32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang telah memberikan kewenangan yang

luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di

daerahnya masing-masing, termasuk dalam bidang penyelenggaraan pelayanan

publik. Penerapan otonomi daerah dan dukungan kuat dari pemerintah pusat, serta

tuntutan dari masyarakat, khususnya masyarakat Surakarta untuk menyelenggarakan

pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas, telah memberi dorongan kepada

Pemerintah Kota Surakarta untuk mendirikan suatu Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) melalui pola pelayanan satu pintu (one stop service) dengan

berdasar kemudahan pemberian pelayanan. Program one stop service merupakan

kegiatan penyelenggaraan perijinan dan non perijinan yang proses pengelolaannya

dimulai dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dilakukan dalam satu

tempat, sistem pelayanan cepat, memiliki kepastian waktu dan biaya, kejelasan

informasi atau prosedur dan terbebas dari pungutan liar (pungli) jika berhubungan


(18)

Hal tersebut juga sejalan dengan inisiatif Walikota Surakarta yakni Ir. Joko

Widodo untuk mengoperasikan Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) terhadap

masalah perijinan dan pelayanan publik lewat Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta. (http://www.surakarta.go.id)

''Harapan kami, one stop service ini akan meningkatkan iklim usaha di Solo, terutama masuknya investasi. Dengan demikian, peredaran uang akan tinggi dan bisa mendukung tumbuh kembangnya iklim berusaha di Solo,'' kata Wali Kota saat pencanangan one stop service di kompleks Balai Kota. (http://www.suaramerdeka.com).

Penerapan pelayanan satu pintu tersebut kemudian tidak hanya dijadikan

sebagai sebuah program saja namun sesuai dengan Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan

perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) menjadi Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember 2008. Sistem terpadu yang diterapkan

oleh KPPT Surakarta yaitu permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka

persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6

(enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program ini mempunyai arti

percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi

yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan.

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sangat beragam, didalamnya terdapat berbagai jenis


(19)

1. Izin Pemanfaatan Ruang (IPR)

2. Penggantian Biaya Cetak Peta

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

4. Izin Lokasi

5. Izin Usaha Perdagangan (IUP)

6. Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB)

7. Izin Usaha Industri (IUI)

8. Tanda Daftar Gudang (TDG)

9. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

10. Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW) 11. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) 12. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) 13. Izin Gangguan Tempat Usaha (HO) 14. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 15. Izin Pemasangan Reklame

16. Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata 17. Izin Jasa Pemandu Wisata 18. Izin Impresariat

19. Izin Jasa Informasi Pariwisata 20. Izin Jasa Konvensi

21. Izin Hotel

22. Izin Pondok Wisata 23. Izin Restoran 24. Izin Rumah Makan

25. Izin Gedung Pertemuan Umum 26. Izin Usaha Agen Jasa Angkutan 27. Izin Usaha Sekolah Mengemudi 28. Izin Usaha Bengkel Umum

29. Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) 30. Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS)


(20)

Dari sekian banyak jenis pelayanan bidang perizinan yang ada di Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta di atas, penulis tertarik untuk

meneliti proses penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Pertama, karena IMB sangat penting dalam pengembangan pembangunan

terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan

dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), tetapi dalam kenyataannya

masih banyak juga bangunan di Kota Surakarta ini yang belum memiliki IMB. Hal itu

disebabkan adanya anggapan selama ini dalam masyarakat bahwa untuk mengurus

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan banyak sekali persyaratan yang harus

dipenuhi oleh para pemohon serta proses pengurusannya memerlukan waktu yang

lama karena harus melalui beberapa prosedur dan tata cara kepengurusan yang

panjang.

Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Kepala SD Cokroaminoto Pasar

Kliwon Bp. Asmuni sebagai berikut :

“Pengurusan IMB mulai dari memasukan syarat-syarat administrasi sampai keluar IMB ternyata tidak secepat yang diperkirakan sebelumnya. Sebelumnya diberitakan bahwa sejumlah sekolah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) mengeluhkan lambatnya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan dikhawatirkan lambatnya pengurusan IMB ini bisa mengganjal proses pencairan DAK termin kedua. Pasalnya pelampiran Izin Mendirikan Bangunan menjadi salah satu syarat kelengkapan dari SPJ Dana Alokasi Khusus (DAK) termin pertama yang harus segera diajukan sekolah”. (Harian Joglosemar, Rabu 18 November 2009)


(21)

Kedua, penulis menemukan data dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta bahwa dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010 ternyata

terdapat perbedaan jumlah pemohon IMB dengan SK IMB yang dikeluarkan oleh

KPPT Kota Surakarta setiap bulannya. Dan dari SK IMB yang diterbitkan itu ternyata

hampir 80% penyelesaian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Kota

Surakarta tidak sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan oleh Walikota


(22)

Dari data pada tabel 1.1 bisa kita lihat bahwa jumlah pemohon IMB setiap

bulan dengan SK IMB yang diterbitkan ternyata tidak sama. Misalnya saja seperti

yang terjadi pada bulan Februari, jumlah pemohon IMB ada 106 orang, tapi SK IMB

yang terbit hanya 94 SK IMB. Sama halnya dengan bulan-bulan berikutnya terjadi

ketidaksesuaian antara jumlah pemohon dengan SK IMB yang diterbitkan. Hal ini

disebabkan karena adanya beberapa penumpukan berkas permohonan, sehingga

proses pengurusan perijinannya diakumulasikan pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini

sesuai seperti yang di ungkapkan oleh Bp. Drs. Toto Amanto, MM, selaku Kepala

KPPT Kota Surakarta berikut ini :

“Kalo mas lihat memang angka-angka yang ada pada data tersebut tidak sesuai, hal ini terjadi karena ada beberapa penumpukan berkas permohonan disetiap bulannya. Ini disebabkan karena syarat-syarat yang terdapat diberkas para pemohon IMB tersebut dinyatakan kurang lengkap, sehingga kami (KPPT) menunda dulu untuk melanjutkan proses pengurusannya sampai berkas permohonan tersebut dilengkapi syarat-syaratnya gitu mas’. (wawancara, 15 Januari 2011)

Dari pernyataan diatas terungkap bahwa penumpukan berkas ini terjadi karena

ada sebagian sisa berkas permohonan IMB yang belum dikerjakan oleh KPPT

Surakarta dikarenakan beberapa dari berkas permohonan tersebut ada syarat-syarat

yang belum sesuai atau bisa dikatakan belum lengkap. Oleh karena itu KPPT

sementara menunda dulu proses pengurusan permohonan IMB tersebut, sampai

berkas permohonan tersebut dilengkapi. Karena itulah banyak ditemukan berkas

permohonan yang hanya menumpuk saja di KPPT. Selanjutnya setelah berkas-berkas

permohonan tersebut dilengkapi barulah KPPT Surakarta melanjutkan proses


(23)

dari jumlah 512 SK IMB yang diterbitkan mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei

2010 hanya 101 pemohon yang proses pengurusan IMB-nya sesuai dengan jangka

waktu yang telah ditentukan yakni 6 hari. Sedangkan sisanya yaitu 411 pemohon

yang proses penyelesaian IMB-nya lebih dari 6 hari (terlambat). Ini menunjukkan

bahwa waktu penyelesaian pelayanan IMB di KPPT Kota Surakarta sebagian besar

tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditetapkan oleh Walikota

Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan yang telah penulis

ungkapkan diatas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Surakarta

dalam memberikan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan IMB ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk metode ilmiah dalam rangka

pemecahan masalah. Demikian pula dengan penelitian ilmiah ini, pada prinsipnya

adalah usaha untuk menemukan jawaban dari suatu perumusan masalah. Untuk

memberikan suatu arahan maka perlu adanya suatu tujuan dari sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu


(24)

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dalam memberikan

pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai teori tentang kinerja

sebuah pemerintahan daerah terkait masalah pelayanan perijinan.

b. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam mengadakan suatu penelitian

tentang masalah kinerja pelayanan perijinan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta :

Sebagai suatu bahan rekomendasi dan pertimbangan dalam membuat

suatu kebijakan berikutnya untuk meningkatkan kinerja khususnya yang

berkaitan dengan pelayanan perijinan, umumnya pelayanan yang

dilakukan pemerintah daerah.

b. Bagi Penulis dan Masyarakat :

1. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana (strata satu) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dapat di gunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya, yang


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja"

yang menerjemahkan kata dari bahasa asing “prestasi”. Bisa pula berarti “hasil kerja”.

Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara

dalam Joko Widodo (2005) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, visi, organisasi (Joko Widodo, 2005:206).

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan

oleh para cendekiawan sebagai “penampilan untuk kerja” atau prestasi (Yeremias

Keban, 2004:191).

Dalam praktek pengukuran kinerja seringkali dikembangkan secara ekstensif,

instensif, dan eksternal. Pengembangan kinerja secara ekstensif mengandung maksud

bahwa lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja,

sedangkan pengembangan secara eksternal diartikan lebih banyak pihak luar yang

diperhitungkan dalam pengukuran kinerja. Pemikiran seperti ini sangat membantu

untuk dapat lebih secara valid dan objektif melakukan penilaian kinerja karena lebih

banyak parameter yang dipakai dalam pengukuran dan lebih banyak pihak yang


(26)

Menurut Achmad Ruky istilah “kinerja/ prestasi” sendiri sebenarnya adalah

pengalihbahasaan dari kata “PERFORMANCE”. Sebagaimana dikatakan oleh

Bernardin dan Russel dalam Ahmad Ruky (2002) yang memberikan definisi tentang

performance adalah sebagai berikut :

“ Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specificied time period.”

(Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu). (Ruky, 2002:15)

Yang ditekankan disini adalah pengertian prestasi sebagai “hasil” atau “apa

yang keluar” (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi pada organisasi.

Sedangkan menurut Yeremias Keban (2004:209) kinerja yaitu : hasil kerja yang

dijanjikan kepada publik pada setiap tahun anggaran termasuk yang dijanjikan dalam

pemilihan umum atau pengangkatan dalam jabatan.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja

sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun

kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok

individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria

keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai, tanpa

ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat


(27)

Pengertian kinerja, dari berbagai pendapat di atas, pada dasarnya menekankan

apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar

(outcome). Apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan, bila disimak lebih lanjut

merupakan suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja), dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari seseorang atau

kelompok orang dalam organisasi berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam

upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah dan ditentukan dan disepakati

bersama.

Menurut Surya Dharma (2005) bahwa penilaian kinerja didasarkan pada

pemahaman pengetahuan, keahlian, kepiawaian, dan prilaku yang diperlukan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang atribut perilaku

seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk masing-masing pekerjaan. (Surya

Dharma, 2005:101)

Surya Dharma juga mendeskripsikan bahwa kriteria bagi penilaian kinerja

harus berimbang di antara :

· Pencapaian dalam hubungannya dengan berbagai sasaran.

· Perilaku dalam pekerjaan sejauh mempengaruhi peningkatan kinerja.

· Efektifitas sehari-hari. (Surya Dharma, 2005:130)

Penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan

menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi


(28)

pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas.

Penilaian kinerja dari sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi

publik sering kali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna jasa

tidak memiliki alternatif sumber pelayanan.

Dalam pelayanan yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa

yang memiliki pilihan sumber pelayanan, penggunaan pelayanan bisa mencerminkan

kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi publik,

penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada hubungannya sama sekali dengan

kepuasanya terhadap pelayanan. Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila

permintaan akan informasi ditangani dengan segera dan sangat membantu dalam

semangat “can do/ will do” dan disampaikan dalam bentuk yang dikehendaki oleh

pemakai informasi (Surya Dharma, 2005:82). Sedangkan menurut Salim dan

Woodward dalam Agus Dwiyanto (2006) melihat kinerja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, dan persamaan pelayanan. Aspek ekonomi dalam

kinerja diartikan sebagai strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal

mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik (Dwiyanto,

2006:52).

Penilaian terhadap kinerja bagi setiap organisasi merupakan suatu kegiatan

yang sangat penting. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan

suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu dapat pula dijadikan input


(29)

Menurut Radnor and Barnes (2007) dalam International Journal of Public

Sector Management . Vol. 22 No. 6, 2009 pp. 478-498 :

“ Performance measurement is quantifying, either quantitatively or qualitatively, the input, output or level of activity of an event or process (p. 393)” .

(Pengukuran kinerja dinilai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari input, output atau tingkat aktivitas dari sebuah kejadian atau proses).

Sebagaimana diungkapkan oleh Agus Dwiyanto (2006) bahwa penilaian

kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan

sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya (Dwiyanto,

2006:48). Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu

sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi

itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa.

Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja, yang

mana penerapan sistem manajemen kinerja akan membawa dampak positif bagi

sebuah organisasi, karena dengan melakukan penelitian terhadap kinerja organisasi

baik dari level yang paling rendah maupun yang level yang tertinggi dalam

organisasi, akan berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan

juga meningkatkan kualitas dalam kehidupan kerja karyawan.

Hal ini diungkapkan oleh Juhanni Ukko yang ditulis dalam International

Journal of Business Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 (dalam

www.inderscience.com) berikut ini :

“When designing and implementing a PM system there are always some

impacts on the management, leadership and further on the QWL of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring


(30)

out positive impact. If the PM system can support the management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision

making”.

(ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen kinerja (PM) selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk didalamnya kualitas kehidupan pekerja (QWL) dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitmen karyawan, motivasi, dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan).

B. Indikator Kinerja

Menurut Mahmudi (2005), indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk

mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu

sendiri. Indikator berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi yang akan digunakan

oleh manajemen untuk mengambil tindakan tertentu (Mahmudi, 2005:147).

Indikator penyusun kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks

penelitian yang dilakukan, seperti indikator yang diungkapkan oleh Lenvinne dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005) :

1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers

terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan konsumen.

2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan


(31)

ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat

(Ratminto&Winarsih, 2005:174).

Penilaian kinerja adalah hal yang sangat penting karena dengan itu dapat

digunakan untuk mengetahui kinerja organisasi. Dengan melakukan penilaian

terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan dengan

lebih terarah dan sistematis. Sehingga untuk mengukur suatu kinerja organisasi

diperlukan indikator-indikator ukuran yang baku dan relevan.

Pada dasarnya menurut Agus Dwiyanto (2006) terdapat beberapa indikator

yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja. Indikator-indikator yang biasa

digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik antara lain :

1. Produktivitas

Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio

antara input dan output. Konsep Produktivitas dirasa terlalu sempit dan

kemudian General Accaunting Office mencoba mengembangkan satu ukuran

Produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan

publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja

yang penting.

2. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam


(32)

yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat

terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan

demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator

kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan

masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan

masyarakat tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan

terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau

diskusi publik. Akibat akses informasi mengenai kepuasan masyarakat

terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran

kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan

masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Responsivitas disini menunjukkan keselarasan antara program

dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan kedalam salah satu indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan


(33)

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki

kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

Oleh karena itu responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan

responsivitas. (Agus Dwiyanto:2006)

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas berhubungan dengan seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh

rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat

seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa

dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau

pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari

ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang


(34)

berkembang dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja KPPT Kota Surakarta dalam

pelayanan IMB penulis hanya menggunakan indikator diantaranya produktivitas,

kualitas layanan dan akuntabilitas. Indikator produktivitas secara luas digunakan

untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang dihasilkan oleh KPPT

Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan untuk mengukur tingkat

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta dalam penerbitan IMB.

Dan indikator akuntabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar

tanggungjawab KPPT dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam bentuk

laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di atasnya dalam hal ini Walikota

Surakarta.

Penulis mengunakan teori-teori terkait dengan indikator kinerja dari Agus

Dwiyanto dan Ratminto dkk. Dengan alasan bahwa pertama, teori-teori tersebut

merupakan teori yang dinilai relevan dan kompeten dengan kenyataan dilapangan

atau yang dijumpai penulis di KPPT Surakarta khususnya pada pelayanan IMB.

Artinya, tidak ada unsur paksaan memasukkan teori untuk mengukur kinerja KPPT

Kota Surakarta. Kedua, teori-teori tersebut merupakan teori yang baru, dengan kata

lain tidak ketinggalan jaman. Sehingga dinilai sangat relevan dengan kondisi dan

situasi pada saat sekarang. Ketiga, teori tersebut dinilai menggunakan

indikator-indikator pengukuran yang paling praktis dan sederhana. Namun tepat atau valid dan

langsung pada inti permasalahan. Sehingga dengan teori-teori tersebut diharapkan


(35)

C. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) sesuai dengan Perda Kota

Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT). KPPT

merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam

pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta. Secara

lebih tegas, tugas pokok dan fungsi KPPT dipertegas berdasarkan Peraturan Walikota

Surakarta Nomor 36 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata

Kerja KPPT Kota Surakarta.

Fungsi-fungsi KPPT antara lain :

1. Penyelenggaraan kesekretariatan kantor;

2. Pelaksanaan perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;

3. Penyelenggaraan pendaftaran, verifikasi dan penerbitan perijinan;

4. Penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pengaduan;

5. Penyelenggaraan sosialisasi;

6. Pembinaan jabatan fungsional.

Definisi organisasi menurut Hessel Nogi Tangkilisan (2005:132):

“Organisasi adalah suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan yang telah ditentukan secara sistematis dan di dalamnya ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.”


(36)

Menurut Gibson et al. (1993:3) dalam Hessel Nogi (2005:135), dalam

kaitannya dengan tujuan, organisasi itu mengejar tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

yang dapat dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan tindakan yang

dilakukan secara bersama-sama. Organisasi merupakan suatu alat dalam mencapai

tujuan dan sangat diperlukan oleh masyarakat, baik dalam bidang profit maupun jasa

(pelayanan). Tujuan organisasi akan tercapai bilamana tiap-tiap individu yang ada

dalam organisasi sadar akan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sehingga pada

akhirnya tujuan organisasi akan tercapai.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan

kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan, sehingga KPPT sebagai organisasi pemerintah yang memiliki aktivitas

ataupun kegiatan dalam memaksimalkan peran untuk meraih optimalisasi dan tujuan

yang telah ditetapkan.

KPPT dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan,

transparansi, ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik. KPPT

mempunyai program pelayanan satu pintu (one stop service). Program ini mempunyai

arti percepatan penyelesaian perijinan, jaminan kepastian, pembayaran biaya retribusi

yang fleksibel, dan proses perijinan yang transparan. Pelaksanaan program telah

dilakukan yaitu dengan penerapan permohonan ijin yang lebih dari 1 (satu), maka

persyaratan hanya 1 berkas dan akan selesai semua perijinannya secara bersamaan 6

(enam) hari sejak permohonan diajukan lengkap. Program tersebut sesuai dengan


(37)

penyelenggaraan pelayanan publik, serta misi KPPT, yaitu meningkatkan kualitas

publik, mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan publik,

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik, serta

meningkatkan citra aparatur negara menjadi semakin positif. Sesuai dengan tujuan

pembentukan organisasi publik maka Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)

Kota Surakarta sebagai salah satu organisasi pemerintahan yang bertugas melayani

kepentingan masyarakat dalam perijinan dinilai berhasil apabila mampu mewujudkan

tujuan yang dimaksud. Kinerja KPPT berarti menunjukkan seberapa jauh kemampuan

KPPT dalam melayani kebutuhan masyarakat di bidang perijinan yang disesuaikan

dengan tujuan-tujuan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya oleh

pemerintah.

D. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Dalam rangka pengaturan dan pengendalian serta menjaga pelestarian

bangunan yang mempunyai nilai sejarah maka setiap kegiatan mendirikan dan

merobohkan bangunan harus berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Daerah

ini, diwujudkan dengan adanya kewajiban kepada masyarakat yang melakukan

kegiatan mendirikan bangunan untuk memiliki IMB.

Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Peraturan Daerah Kota

Surakarta No. 8 Tahun 2009 adalah : perijinan yang diberikan oleh Walikota kepada

pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan

atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang


(38)

pengertian Mendirikan bangunan yaitu pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya

atau sebagian, baik membangun bangunan baru maupun menambah, merubah,

merehabilitasi, dan atau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan

menggali, menimbun, atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan

mengadakan bangunan. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah wujud

fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

sebagian atau seluruhnya berada diatas dan atau didalam dan atau air yang berfungsi

sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun

kegiatan khusus.

Kewajiban memiliki IMB ini adalah sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2009

yang berbunyi : setiap orang yang akan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu

mendapatkan IMB dari Pemerintah Daerah. Hanya untuk hal-hal tertentu saja ada

pembebasan seperti tercantum dibawah ini yang sesuai dengan Perda No. 8 Tahun

2009, yaitu :

1. Mendirikan bedeng

2. Memplester

3. Memperbaiki retak bangunan

4. Mempebaiki ubin bangunan

5. Memperbaiki daun pintu dan daun jendela

6. Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah


(39)

8. Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi

9. Memperbaiki langit-langit tanpa merubah jaringan utilitas.

Permohonan untuk pembuatan IMB harus dilampiri dengan dokumen

administrasi dan dokumen rencana teknis. Dokumen administrasi meliputi :

a. Legalisasi kelurahan dan kecamatan setempat

b. Fotocopy KTP

c. Fotocopy PBB terbaru

d. Salinan atau fotocopy bukti kepemilikan tanah

e. Persetujuan/izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan diatas

tanah yang bukan miliknya, dan

f. Rekomendasi teknis dari instansi berwenang sesuai fungsi bangunan.

Sedangkan untuk dokumen rencana teknis meliputi :

a. Gambar arsitektur

b. Gambar struktur, dan

c. Gambar utilitas.

Permohonan IMB dapat ditolak, apabila :

a. Bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan dokumen

administrasi dan dokumen rencana teknis,

b. Pada lokasi tersebut sudah ada rencana Pemerintah, dan

c. Bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi


(40)

Selanjutnya Walikota juga dapat mencabut Keputusan IMB apabila :

a. Persyaratan yang menjadi dasar diberikannya IMB terbukti tidak benar,

b. Pelaksanaan pekerjaan mendirikan atau merubah bangunan menyimpang dari

rencana yang disahkan dalam IMB,

c. Setelah 6 (enam) bulan diberikannya IMB pelaksanaan pekerjaan belum dimulai,

d. Setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kemudian dihentikan berturut-turut selama

6 (enam) bulan.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2009, besaran tarif retribusi IMB

ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk bangunan dikenakan sebesar 1,75% dari nilai bangunan,

b. Untuk bangunan fungsi keagamaan dan fungsi murni sosial budaya dikenakan

retribusi sebesar 60% dari nilai retribusi IMB,

c. Untuk merubah bangunan dikenakan sebesar 50% dari nilai retribusi,

d. Nilai bangunan ditetapkan oleh Walikota berdasar pedoman harga permeter

persegi bangunan pemerintah dan Rumah Dinas yang dikeluarkan Oleh Direktur

Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.

Seperti yang telah disebutkan dimuka, bahwa kegiatan mendirikan bangunan

harus terlebih dahulu mempunyai IMB. Oleh sebab itu apabila peraturan ini

dilanggar, maka akan ada sanksi yang dikenakan. Pelanggaran terhadap peraturan


(41)

Sanksi administratif yang dimaksud dapat berupa :

a. Peringatan tertulis,

b. Pembatasan kegiatan pembangunan,

c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan,

d. Penghentian sementara pada pemanfaatan bangunan,

e. Pembekuan ijin mendirikan bangunan,

f. Pencabutan ijin mendirikan bangunan,

g. Pembekuan sertifikat lain fungsi bangunan,

h. Pencabutan sertifikat lain fungsi bangunan, atau

i. Perintah pembongkaran bangunan.

Sanksi pidana dapat berupa :

a. Setiap orang atau badan yang melanggar akan diancam dengan kurungan 3 bulan

atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,-

b. Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalainnya melanggar ketentuan

mengenai bangunan yang telah ditetapkan dalam Perda ini sehingga

mengakibatkan bangunan tidak layak fungsi dapat dipidana kurungan atau denda

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya diancam kurungan paling


(42)

E. Kerangka Berpikir

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta sesuai dengan

Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Surakarta, merupakan perubahan dari Unit Pelayanan Terpadu (UPT).

KPPT merupakan sebuah organisasi milik pemerintah yang mempunyai kewenangan

dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah di bidang perijinan di Kota Surakarta.

Prosedur pelayanan yang diselenggarakan di KPPT meliputi penerimaan berkas dari

para pelanggan, pemrosesan berkas, hingga penerbitan ijin. Hal tersebut sesuai

dengan sistem pelayanan satu pintu (one stop service) yang berlaku di KPPT sebagai

pengganti dari sistem pelayanan satu atap.

Kinerja KPPT Kota Surakarta merupakan kemampuan KPPT dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dalam pelayanan jasa di bidang pelayanan perijinan

guna mencapai tujuan dan misi secara optimal. Kinerja ini diharapkan mampu

menjelaskan apakah organisasi KPPT Surakarta mampu melaksanakan tugas-tugas

dan fungsi-fungsi yang diembankan kepadanya secara optimal agar berhasil di dalam

melayani masyarakat sebagai pengguna jasa, khususnya dalam pelayanan IMB.

Kriteria yang digunakan di dalam mengukur kinerja KPPT Surakarta ini

adalah produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas. Indikator produktivitas

secara luas digunakan untuk mengukur dan mengetahui output atau keluaran yang

dihasilkan oleh KPPT Surakarta. Kemudian indikator kualitas layanan digunakan

untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan KPPT Surakarta


(43)

apakah KPPT Surakarta telah melaksanakan tugas dan kegiatannya sesuai dengan

prosedur/aturan yang ada dan pertanggungjawaban KPPT dalam melaksanakan tugas

dan kegiatannya dalam bentuk laporan kepada lembaga atau birokrat yang ada di

atasnya dalam hal ini Walikota Surakarta.

Dalam penelitian ini Kinerja KPPT Surakarta dikatakan berhasil apabila

Pertama, dalam melaksanakan pelayanan IMB apakah sudah dilakukan sesuai dengan

prosedur yang berlaku yaitu sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Surakarta No:

065/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta.

Kedua, pelayanan yang diberikan apakah berorientasi pada kepuasan pelanggan

KPPT dalam hal ini pemohon IMB sehingga dapat diketahui apa saja

keluhan-keluhan yang dihadapi KPPT Surakarta dan bagaimana para pegawai menyelesaikan

keluhan/masalah-masalah tersebut. Ketiga, apakah capaian penerimaan retribusi yang

diperoleh dari pembayaran IMB melalui KPPT Surakarta sudah sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Keempat, apakah pertanggungjawaban yang disampaikan oleh

KPPT Surakarta dalam bentuk laporan kepada Walikota Surakarta sudah dilakukan

secara rutin tiap bulan dan setahun sekali.

Supaya kinerja KPPT Surakarta berhasil, maka perlu diketahui

hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh KPPT dalam pelaksanaan pelayanan

penerbitan IMB, sehingga nantinya hambatan-hambatan tersebut bisa diatasi dan pada

akhirnya dapat tercapai keberhasilan kinerja dari KPPT Surakarta dalam

melaksanakan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Kerangka berfikir dari


(44)

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Kinerja KPPT Kota Surakarta :

- Produktivitas

- Kualitas layanan

- Akuntabilitas

Keberhasilan Kinerja KPPT Surakarta dalam melaksanaan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB)

Hambatan-hambatan yang dihadapi KPPT dalam melaksanakan pelayanan


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

pendekatan yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai berbagai hal yang

ada menjadi bahan penelitian dengan cara menggali, mendalami, menemukan

fakta-fakta dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan

melalui penafsiran dan dianalisa menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987) penelitian kualitatif merupakan

penelitian atas dasar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

menggunakan berbagai metode yang ada (Lexy J. Moleong, 2002:5). Jadi penelitian

ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana kinerja Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dengan menggunakan beberapa

indikator kinerja dalam memberikan pelayanan penebitan IMB. Sebagian besar data

yang ada berupa kata-kata, namun ada pula data yang berupa angka. Data-data yang

terkumpul ini dianalisis sesuai dengan apa yang ditemui di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)

Kota Surakarta yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman No.2. Adapun pemilihan


(46)

- KPPT Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang

melakukan fungsi pelayanan publik. KPPT Kota Surakarta sebagai instansi

yang paling berwenang dalam penerbitan perijinan, dituntut mengoptimalkan

kinerjanya dalam penerbitan perijinan guna menciptakan kemudahan bagi

masyarakat kota Surakarta.

- Adanya kesempatan dan ijin penelitian yang diberikan pihak KPPT Kota

Surakarta kepada penulis untuk melakukan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Pengumpulan informasi dari sumber data ini memerlukan teknik wawancara,

dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam

dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada informan. Disini peneliti

menggunakan pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah.

Penulis melakukan wawancara dengan informan yang dirasa berkompeten dan

tahu menahu mengenai objek penelitian. Wawancara tersebut penulis lakukan

dengan:

1. Bp. Drs. Toto Amanto, MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu (KPPT) Kota Surakarta.

2. Ibu. Esti Partiwi, SE selaku Kepala Sub Bagian TU KPPT Kota Surakarta.

3. Ibu. Siti Khotimah, S.Sos selaku Kepala Evaluasi, Pelaporan dan

Pengaduan KPPT Kota Surakarta.


(47)

b) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dari sumber data yang berupa tulisan,

angka, gambar atau grafik serta rekaman gambar yang dilakukan melalui pengamatan

langsung terhadap obyek penelitian dengan menggunakan alat indera pendengaran

dan penglihatan terhadap fenomena sosial yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi

difokuskan pada kinerja KPPT dalam pelayanan IMB dan hambatan-hambatan apa

saja yang dihadapi KPPT dalam memberikan pelayanan itu.

Penulis mengamati bagaimana dokumen masuk ke KPPT dari para pemohon.

Bagaimana proses serta urut-urutan yang terjadi dalam pelayanan IMB, namun disini

penulis tidak ikut dalam pemantauan di lapangan, jadi hanya sebatas pengamatan

tentang kegiatan yang terjadi di KPPT dalam proses penerbitan perijinan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari,

mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan penelitian berupa

Surat Keputusan Walikota Surakarta No: 065/187/1/2005 Tentang Tata Laksana

Pelayanan Perijinan pada KPPT Surakarta, Perda No. 8 Tahun 2009 tentang

Bangunan, dokumen-dokumen tentang profil KPPT Surakarta, dan brosur-brosur


(48)

D. Metode Penarikan Sampel

Penulis dalam menentukan narasumber menggunakan purposive sampling,

yaitu penulis menggunakan pertimbangan tentang informasi atau narasumber yang

akan dipilih berdasarkan penilaian bahwa informasi tersebut memenuhi syarat

penelitian. Dalam penelitian ini informasi berasal dari dalam instansi yakni aparat

yang dianggap bisa memberikan informasi yang dibutuhkan.

Informan yang dipilih oleh penulis adalah Kepala KPPT, Kepala Sub Bagian

TU KPPT, Kepala Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengaduan KPPT Kota Surakarta,

dan Pelanggan KPPT (pemohon IMB).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis data yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan simpulan.

a) Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. (Miles dan Huberman,

1992:15)

Pengertian diatas dengan kata lain merupakan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada. Berfungsi untuk

mempertegas, memperpendek dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Proses


(49)

b) Penyajian data

Merupakan susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya

untuk merakit dan memudahkan melihat informasi dalam bentuk yang

kompak. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan

banyak menolong peneliti sendiri. Penyajian data harus mengacu pada

rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian

sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci

untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

c) Penarikan simpulan

Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa arti

dan hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan, pokok

pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan

proposi-proposisi. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir (Sutopo, 2002:93). Simpulan perlu diverifikasi

agar bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi dapat berupa kegiatan yang

dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian dengan cara melakukan

pengulangan pengecekan data untuk tujuan pemantapan, atau melihat kembali

catatan-catatan lapangan pada waktu penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang

dianalisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus


(50)

Aktifitas diantara ketiga komponen tersebut dilaksanakan dalam bentuk

interaktif dalam proses pengumpulan data dalam suatu proses siklus. Dalam bentuk

ini penelitian berlangsung. Kemudian peneliti bergerak diantara 3 (tiga) komponen

analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

Ketiga komponen tersebut diatas, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan simpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama,

dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar, untuk membangun wawasan

umum yang disebut analisis. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model

interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2 Model Analisis Interaktif

Sumber : HB. Sutopo, 2002 : 96

Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat dilihat pada

waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data.

Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan

refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut

Penyajian Data Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan simpulan/Verifikasi


(51)

peneliti menyusun rumusan pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok

temuan yang penting dalam arti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut

reduksi data. Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis

dan logis dengan suntingan penelitinya supaya makna peristiwanya menjadi lebih

jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks, gambar,

dan sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian.

Reduksi dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah

mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada

waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan

pegumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada

juga bagi pendalaman data. (H.B. Sutopo, 2002:95-96)

F. Validitas Data

Peneliti dalam menentukan keabsahan data atau validitas data, menggunakan

teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan yang lain untuk pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam trianggulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang


(52)

Hal ini menurut Lexy J. Moleong (2002) dapat dicapai dengan langkah :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang berbeda, dan orang pemerintahan.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Berdasarkan langkah di atas maka dalam penelitian ini pengumpulan data

dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara dari berbagai sumber yang berbeda yang tersedia. Dengan demikian data


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Sejarah Pembentukan KPPT Kota Surakarta

Masyarakat sering mengeluhkan proses pelayanan perijinan oleh pemerintah

yang berbelit dan perlu biaya ekstra. Ada yang harus bolak-balik mengurus surat

perijinan dari satu kantor ke kantor lainnya. Sehingga kinerja pelayanan umum dinilai

tidak efisien oleh masyarakat. Pemerintah pusat mulai menyadari kecenderungan

praktek semacam itu sehingga mulai merintis upaya-upaya untuk memperbaiki

kualitas pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik mulai memperhatikan

dan menerapkan pola penyelenggaraan, prinsip, standar, biaya pelayanan, tingkat

kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan serta evaluasi kinerja pelayanan

publik. Pola penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan secara fungsional, terpusat,

terpadu satu pintu dan terakhir gugus tugas.

Merespon masalah tersebut, Pemerintah Kota Surakarta membentuk Unit

Pelayanan Terpadu (UPT) Pemkot Surakarta, yang dibentuk berdasar Keputusan

Walikota Surakarta No. 04 Tahun 1998 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kotamadya Surakarta yang pada saat pembentukannya

masih menggunakan pola satu atap. Berselang kemudian karena dipandang sudah


(54)

Surakarta mengeluarkan Surat Keputusan Walikota No. 65/187/1/2005 tentang Tata

Laksana Pelayanan Perijinan pada Unit Pelayanan Terpadu Surakarta, yang dimana

pada intinya UPT berwenang melaksanakan pemrosesan dan penyelenggaraan

pelayanan perijinan yang berada pada semua instansi perangkat daerah Kota

Surakarta. Dengan tata laksana yang baru tersebut UPT Surakarta menggunakan pola

pelayanan satu pintu. Dan kemudian untuk memberikan kewenangan kepada UPT

mengenai masalah pembinaan dan pertimbangan perijinan di UPT, Walikota

Surakarta menerbitkan Keputusan Walikota Surakarta No. 006/188/2005 tentang Tim

Pembina dan Tim Pertimbangan Perijinan UPT Kota Surakarta dan Peraturan

Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan

Walikota kepada Koordinator UPT Kota Surakarta.

Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Surakarta dibentuk sejak 08 September 1998

dengan menggunakan pelayanan satu atap. Baru pada 07 Desember 2005

menggunakan pelayanan satu pintu. Pelayanan satu pintu tersebut direalisasikan

dalam Perda Kota Surakarta No. 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kota Surakarta, dengan perubahan Unit Pelayanan Terpadu (UPT)

menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) pada tanggal 31 Desember

2008. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) berlokasi di dalam kompleks

Balaikota Surakarta, di Jl. Jenderal Sudirman No. 2 Surakarta 57111, telepon (0271)


(55)

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi, Visi dan Misi

a. Kedudukan KPPT Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Surakarta merupakan kantor

pelayanan perijinan satu pintu. KPPT adalah lembaga pelayanan daerah yang

kedudukannya dibawah Pemerintah Kota dan bertanggungjawab langsung kepada

Walikota. KPPT dipimpin seorang Kepala yang bertanggungjawab atas sebagian

kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggungjawaban disampaikan oleh

Kepala melalui Sekretaris Daerah kepada Walikota.

b. Tugas Pokok dan Fungsi KPPT Surakarta

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) mempunyai tugas pokok yaitu

melayani masyarakat umum dibidang perijinan di lingkungan Pemerintah Kota

Surakarta (meliputi wilayah Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan

Serengan, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Pasar Kliwon). Dan untuk

meyelenggarakan tugas pokok tersebut KPPT mempunyai fungsi : Menerima

berkas-berkas pengajuan ijin, dan memproses perijinan.

c. Visi dan Misi KPPT Surakarta

Visi yang di emban, yaitu :

“ Dipercaya sebagai lembaga yang menjunjung kesederhanaan, transparansi,

ketepatan waktu dan kualitas dalam pelayanan publik” .

Untuk merealisasikan visi tersebut, UPT mempunyai misi :

1. Meningkatkan kualitas publik,


(56)

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan publik,

4. Meningkatkan citra aparatur Negara menjadi semakin positif.

3. Susunan Organisasi KPPT Surakarta

Sesuai dengan Perwali No. 36 Tahun 2008, tentang Penjabaran TUPOKSI dan

Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, dan sesuai dengan SMM ISO 9001

KPPT Kota Surakarta, menguraikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari


(57)

a. Kepala KPPT.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai KPPT

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM perusahaan

3. Menetapkan dan mengkaji ruang lingkup penerapan dari SMM

4. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan

5. Mengesahkan kebijakan dan sasaran mutu perusahaan

6. Menyediakan sunber daya yang diperlukan untuk penerapan, pemeliharaan,

dan perbaikan dari SMM

7. Menetapkan uraian tugas masing-masing karyawan

8. Mengesahkan pedoman SMM

9. Memimpin rapat tinjauan manajemen

Ø Kewenangan :

1. Menunjuk wakil Manajemen dan anggota-anggota tim ISO

2. Merubah :

- Lingkup penerapan

- Pedoman SMM

- Elemen-elemen SMM

- Kebijakan Mutu


(58)

b. Wakil Manajemen SMM.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Memastikan bahwa SMM telah diterapkan dengan benar disemua

dep/fungsi dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan ISO 9001 2008 dan

peraturan-peraturan yang berlaku

2. Merencanakan dan menerapkan system komunikasi internal

3. Memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM telah dikendalikan dan

didistribusikan sesuai prosedur

4. Memastikan bahwa pengendalian operasi telah ditetapkan untuk semua

aktivitas-aktivitas yang berdampak terhadap mutu layanan dan kepuasaan

pemohon dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

5. Memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran terhadap kinerja-kinerja

SMM telah dilaksanakan termasuk pencapaian sasaran mutu

6. Memastikan bahwa catatan-catatan mutu di masing-masing fungsi telah

dipelihara sesuai prosedur

7. Menyelenggarakan audit SMM internal

8. Menyiapkan dan menyelenggarakan rapat tinjauan mamajemen sesuai

prosedur

9. Memeriksa dan mengesahkan prosedur-prosedur SMM

Ø Kewenangan :

1. Mengusulkan perbaikan-perbaikan sistem manajemen muyu kepada Ka


(59)

2. Mengusulkan Tim dan pengendali dokumen kepada Ka KPPT

3. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

4. Menolak dan menyetujui permintaan untuk perubahan dokumen SMM

c. Pengendali Dokumen.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Pengendalian dan distribusi dokumen-dokumen SMM baik internal ataupun

eksternal

2. Menyusun draft dokumen

3. Menyimpan master dokumen, menggandakan dan mendistribusikan

dokumen terkendali

4. Menarik dan memusnahkan dokumen kadaluarsa

d. Ka Si Pendaftaran.

Ø Tugas dan Tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Si

Pendaftaran

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Pendaftaran

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokuman-dokumen SMM, baik internal maupun

eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan

5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa


(60)

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan/pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Merubah instruksi kerja dan sasaran sesuai kebutuhan

e. Staf Pendaftaran.

Ø Tugas dan tanggungjawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Pendaftaran

2. Mematui prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memenuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

f. Ka Si Verifikasi.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai ka Si Verifikasi

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Verifikasi

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun

eksternal, telah tersedia di bagian-bagian yang membutuhkan

5. Ikut menetapkan persyaratan kompetensi karyawan dan memastikan bahwa


(61)

Ø Kewenangan :

1. Menerbitkan nota permintaan perbaikan /pencegahan untuk ketidaksesuaian

yang ditemui

2. Merubah intruksi kerja dan sasaran sesuai kebuutuhan

g. Staf Verifikasi.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Mempelajari berkas permohonan ijin sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

2. Menyampaikan informasi tentang penolakan dan pemrosesan berkas izin

lebih lanjut kepada petugas untuk disampaikan kepada pemohon, setelah

mendapat persetujuan dari Kasi Verifikasi

3. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap dan benar kepada Tim Teknis

untuk diadakan Pemeriksaan dan Peninjauan Lapangan dengan persetujuan

Kasi Verifikasi,

4. Menghitung skor dan menghitung biaya retribusi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan berpedoman kepada berita acara

pemeriksaan lapangan

5. Menyerahkan berkas permohonan ijin yang sudah lengkap kepada petugas

seksi penerbitan

6. Menyerahkan berkas yang sudah lengkap kepada tim teknis

7. Mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan rapat, baik yang diadakan


(62)

8. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan

9. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memenuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

h. Ka Si Penerbitan.

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Staf Penerbitan

2. Mematuhi prosedur/instruksi kerja/ketentuan yang berlaku

Ø Kewenangan :

1. Menghentikan/menolak berkas permohonan yang tidak memnuhi

persyaratan

2. Mengusulkan perbaikan sarana/prasarana yang diperlukan

i. Ka Subbag TU

Ø Tugas dan tanggung jawab :

1. Melaksanakan Uraian Tugas yang telah ditetapkan sebagai Ka Subbag TU

penerbitan

2. Menjaga dan memperbaiki efektivitas dan kinerja SMM Seksi Subbag TU

3. Mensosialisasikan dan mengukur pencapaian sasaran mutu

4. Ikut memastikan bahwa dokumen-dokumen SMM, baik internal maupun


(1)

commit to user

6. Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya ruangan

yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu hambatan yang dihadapi oleh KPPT Surakarta dalam memberikan pelayanan terhadap para pelanggannya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutrisno Warga Begalon, RT.05/04 Panularan Laweyan berikut ini :

“Kalau masalah ruang tunggu pelanggan mas, KPPT masih termasuk kurang, apalagi ditambah dengan adanya pelayanan PKMS, para pencari PKMS itu jumlahnya lebih banyak daripada pencari ijin lainnya, sampai-sampai sebagian pelayanannya dilaksanakan di luar ruangan. Fasilitasnya memang bagus mas tempatnya juga bersih, tapi sayangnya ruang tunggu kursinya kurang kalau pas banyak pemohon, umpek-umpekan gitu rasanya, sampe berdiri nungguin di luar, mas.” (wawancara, 27 November 2010)


(2)

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di dalam BAB IV tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) dalam pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Surakarta dikatakan sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga indikator, yaitu produktivitas, kualitas layanan, dan akuntabilitas.

KPPT Surakarta bisa dikatakan cukup produktif hal ini bisa dilihat dari capaian target retribusi IMB per tahun yang diperoleh melalui KPPT Surakarta dalam 2 tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009. Meskipun capaian retribusi di tahun 2009 terjadi sedikit penurunan daripada tahun 2008, karena di tahun 2009 tidak ada pembayaran retribusi dari bangunan-bangunan yang tergolong besar seperti yang terjadi di tahun 2008. Tapi untuk target tahunan pada 2009 KPPT Surakarta sudah tercapai. Selain itu produktivitas KPPT Surakarta cukup baik dilihat dari penyelesaian proses pengurusan IMB meskipun tidak keseluruhan, karena masih ada faktor yang menghambat yang datang dari luar KPPT seperti dari Dinas Tata Kota dan juga dari pemohonnya sendiri. Kualitas layanan KPPT Surakarta secara keseluruhan bisa dikatakan baik. Hal itu bisa kita lihat dari kesediaan dan ketanggapan pegawai KPPT Surakarta dalam melayani para pelanggannya serta minimnya keluhan yang masuk ke KPPT Surakarta, meskipun


(3)

commit to user

ada keluhan hanya sebatas kesalahan manusiawi seperti salah ketik, tetapi hal itu bisa langsung dengan cepat diselesaikan oleh pegawai KPPT Surakarta. KPPT Surakarta dalam memberikan pertanggungjawaban juga sudah sangat akuntabel. Hal tersebut bisa dilihat dari pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas KPPT Surakarta sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan menurut peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan pada SK Walikota Surakarta No.65/187/1/2005 tentang Tata Laksana Pelayanan Perijinan pada KPPT Kota Surakarta. Pertanggungjawaban juga dilakukan secara rutin dan transparan dalam waktu tertentu oleh KPPT Surakarta dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kepada Walikota Surakarta yaitu setiap bulan dan tiap tahun sekali. Materi laporan tersebut berisi antara lain jumlah pemohon IMB yang masuk dan jumlah SK IMB yang terbit dalam waktu sebulan beserta keterangan-keterangan lainnya seperti nama dan alamat pemohon, alamat bangunan, peruntukan dan luas bangunan, tanggal masuk permohonan dan tanggal diterbitkannya SK, serta tarif retribusi yang dibayar.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di KPPT Surakarta ditemui berbagai permasalahan, yaitu :

1. Pemeriksaan lapangan masih dipegang oleh petugas dari DTK (Dinas Tata

Kota). Pelaksanaan pemeriksaan (survey) lapangan sampai saat ini belum dilaksanakan oleh KPPT Surakarta sendiri, tetapi masih dipegang oleh petugas dari DTK sehingga ketepatan waktu penyelesaian masih tergantung dari kinerja mereka (Dinas Tata Kota). Walaupun dari pihak


(4)

commit to user

KPPT Surakarta sendiri telah bekerja dengan maksimal, tapi kadang kala petugas/pegawai dari DTK baru menyerahkan berita acara pemeriksaan (BAP) melebihi dari waktu yang telah ditentukan, yaitu 2-4 hari. Apalagi pegawai dari DTK yang bertugas melakukan survey lapangan hanya dua orang untuk satu kecamatan. Padahal rata-rata permohonan IMB yang masuk tiap bulannya diKPPT Surakarta bisa mencapai 70-90 permohonan. 2. Masih terbatasnya jumlah pegawai di KPPT Surakarta. Pelanggan yang

datang setiap hari di KPPT Surakarta seringkali dalam jumlah banyak, hal ini tidak diimbangi dengan jumlah petugas pelayanan di KPPT Surakarta,

sehingga terkadang petugas kewalahan dalam melayani para

pelanggannya. Khususnya lagi jumlah pegawai yang mengerti masalah teknis bangunan sangat sedikit sekali padahal itu dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti IMB. Karena pegawai yang berkompeten dibidang teknik sangat dibutuhkan pada saat proses validasi dokumen perijinan IMB. Pada proses validasi pegawai bagian IMB akan meneliti berkas permohonan yang telah masuk. Salah satu yang harus diteliti adalah gambar atau sketsa bangunan yang telah dibuat oleh pemohon. Namun hanya ada tiga orang saja yang mengerti masalah teknis mengenai bangunan khususnya masalah gambar atau sketsa bangunan padahal sebagian besar masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh para pemohon saat mengajukan syarat-syarat permohonan adalah pada denah bangunan. 3. Kepala KPPT Surakarta yang terkadang tidak berada ditempat juga dapat


(5)

commit to user

KPPT Surakarta sedang melaksanakan tugas dinas di luar kota atau berhalangan datang, maka untuk sementara waktu SK IMB maupun dokumen ijin lainnya yang seharusnya ditandatangani, akhirnya terpaksa ditunda sampai beliau hadir kembali. Hal tersebut akhirnya bisa menyebabkan proses penyelesaian pelayanan IMB menjadi terhambat dan bisa melebihi waktu 6 hari.

4. Adanya pemohon yang kurang mengerti syarat-syarat permohonan IMB terutama masalah gambar atau sketsa bangunan. Banyak sekali ditemui oleh pegawai KPPT pemohon yang tidak mengerti secara benar mengenai masalah teknis gambar bangunan. Akibatnya mereka harus bolak-balik ke KPPT hanya untuk mengurusi masalah gambar bangunan.

5. Sarana dan prasarana seperti komputer dan printer kurang memadai. Komputer dan printer tersebut berfungsi untuk menyimpan data pemohon dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan. Di bagian IMB hanya terdapat dua buah komputer dan satu buah printer saja. Hal itu jelas sekali bisa menghambat para pegawai untuk bekerja dengan optimal. Bila terjadi lonjakan permohonan maka akan merepotkan petugas/pegawai dan bisa menyebabkan pelayanan IMB menjadi terganggu.

6. Ruang tunggu yang sempit dan terbatasnya kursi tunggu. Terbatasnya ruangan yang ada di KPPT Surakarta juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh KPPT Surakarta dalam memberikan pelayanan terhadap para pelanggannya.


(6)

commit to user

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang akan penulis sampaikan sehubungan dengan kinerja KPPT dalam memberikan pelayanan penerbitan IMB di Kota Surakarta, yaitu antara lain :

1. Untuk menunjang kinerja para pegawai KPPT Surakarta khususnya dalam

pelayanan IMB hendaknya diadakan penambahan sarana dan prasarana yang terasa masih kurang terutama penambahan komputer dan printer. Apalagi komputer dan printer tersebut merupakan sarana yang sangat vital yang berfungsi untuk menyimpan data pemohon IMB dan juga untuk mencetak dokumen-dokumen perijinan IMB. Di KPPT Surakarta sendiri saat ini hanya terdapat dua unit komputer dan satu printer untuk pelayanan IMB. Untuk menunjang kinerja pegawai dan mengantisipasi lonjakan pemohon hendaknya perlu diadakan penambahan dua unit komputer dan tiga unit printer lagi. Dengan ditambahnya beberapa unit komputer dan printer tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kinerja para pegawai.

2. Selain itu perlu juga dilakukan penambahan kursi tunggu bagi para pelanggan KPPT Surakarta. Karena kursi tunggu yang ada saat ini dirasa masih kurang mencukupi, apabila terjadi antrian yang panjang banyak sekali dari pelanggan KPPT Surakarta yang harus menunggu antrian dengan berdiri bahkan diantaranya juga ada yang sampai menunggu diluar kantor. Untuk itu penambahan kursi tunggu juga sangat diutamakan demi kenyamanan pelanggan di KPPT Surakarta.