Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi.

sebanyak 56,1, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 43,9 dari 66 orang responden. Dewi,dkk 2014 menemukan hasil yang berbeda melalui penelitiannya pada mahasiswi tahun keempat STIKES Wira Medika Bali. Dalam penelitiannya ditemukan responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 24,2, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak75,8 dari keseluruhan responden yang berjumlah 66 orang. Hasil yang berbeda juga ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh Toduho, dkk 2014. Penelitian ini dilakukan pada siswi SMAN 3 Tidore yang berjumlah 68 orang. Melalui penelitiannya ditemukan reponden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 38,2, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 61,8.

5.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Dapat dilihat melalui Tabel 5.8 yaitu dengan nilai p = 0,869 p0,05. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan siklus menstruasi yang tidak teratur lebih banyak pada keadaan tidak stres dan indeks massa tubuh yang normal. Hal ini dapat akibat adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, hormonal, dan konsumsi obat-obat yang dapat menghambat siklus menstruasi. Beberapa penelitian menyimpulkan adanya hasil yang signifikan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Menurut Nasution 2011, terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi. Responden dalam penelitian berjumlah 139 orang. Hasil penelitian menunjukkan 79,1 responden dengan stres didapati 23,7 responden mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur dan dari 20,9 yang tidak stres didapati 0,7 mengalami siklus menstruasi yang Universitas Sumatera Utara tidak teratur. Berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus menstruasi dimana p value 0,003 p 0,05. Shoufiah 2015, melalui penelitiannya pada mahasiswi jalur umum usia 18-21 tahun menemukan adanya hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Ditemukan bahwa dari 65 responden yang tidak mengalami stres, sebanyak 72,3 mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 27,7 mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Sedangkan dari 67 responden yang mengalami stres, sebanyak 37,3 mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 62,7 mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Melalui beberapa penelitian, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh telah berhasil dibuktikan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Sri Mulyani, dkk 2008, menyimpulkan bahwa aktivitas fisik intensitas tinggi bisa sebagai faktor risiko terhadap gangguan siklus menstruasi walaupun hanya bersifat sementara. Ini berarti aktivitas fisik intensitas tinggi tidak selalu menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Karena aktivitas fisik intensitas tinggi yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu yang menyebabkan stres psikologis, deplesi massa tubuh, defisit kalori kronis,dan lain- lain. Melalui penelitiannya, ditemukan 34 orang dengan aktivitas fisik intensitas rendah dan sedang, dimana 24 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 10 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur. Sedangkan untuk aktivitas fisik intensitas tinggi sebanyak 11 orang, dimana 7 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 4 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur p = 0,717. Primastuti 2012, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan siklus menstruasi. Obesitas berisiko 3,5 kali lipat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur OR = 3,5. Dari total 176 orang responden, 30 responden memiliki BMI 25kgm 2 obesitas dan 46 sampel memiliki IMT antara 18,5-24,9 kgm 2 . Hasil pengujian data untuk hubungan obesitas dengan siklus menstruasi menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,035 p 0,05. Obesitas dapat menyebabkan kelainan siklus menstruasi Universitas Sumatera Utara melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen dan androgen Rakhmawati, 2012. Gudmundsdottir, dkk 2011 membuktikan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi p = 0,033, riwayat merokok dengn siklus menstruasi p = 0,05, stres psikologis dengan siklus menstruasi p = 0,00 dan pendidikan dengan siklus menstruasi p = 0,132.

5.2.4 Kelemahan Penelitian