Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012

(1)

38

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN Yth, Saudara/i

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Setelah itu, hasil skor yang didapat dari responden akan dianalisis. Bila telah didapatkan hasil, maka dapat diupayakan usaha yang lebih optimal sehubungan dengan hasil yang telah didapat.

Untuk memperoleh keterangan di atas, suatu alat penelitian yang disebut kuesioner dan metode angket akan digunakan. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 21 pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Identitas responden akan dirahasiakan dan data penelitian hanya digunakan untuk keperluan penelitian serta tidak akan dipublikasi dalam bentuk apapun.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Saudara/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Saudara/i yang terpilih menjadi sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan ikut dalam penelitian yang telah dipersiapkan.

Jika masih terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini, Saudara/i dapat menghubungi saya, Caterine (HP: 085362123876). Atas perhatian Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya, Caterine


(2)

39

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,_______________2015 Yang membuat pernyataan

(_______________________) Nama dan Tanda Tangan


(3)

40

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Tahun Masuk 2012

A. IDENTITAS RESPONDEN Usia:

Usia Menarche (Haid Pertama) : B. DATA ANTROPOMETRI

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Indeks Massa Tubuh (IMT) : C. SIKLUS MENSTRUASI

1. Bagaimana frekuensi siklus menstruasi Anda 3 bulan terakhir? a. 21-35 hari

b. <20 hari c. >35 hari Tuliskan :

D. DATA TAMBAHAN

1. Apakah Anda sudah menikah?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Anda sudah pernah melahirkan?


(4)

41

3. Apakah Anda mempunyai penyakit yang berhubungan dengan hormonal?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan: E. STRES

Kuesioner ini dikutip dari DASS 42 ( Depression Anxiety and Stress Scales) oleh Lovibond yang telah dialihbahasakan oleh Damanik dan dimodifikasi menjadi 14 poin).

Beri tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda.

NO Pernyataan Tidak

Pernah

Kadang-Kadang

Sering Selalu 1 Saya merasa bahwa diri saya

menjadi marah karena hal-hal sepele.

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

3 Saya merasa sulit untuk bersantai. 4 Saya menemukan diri saya mudah

merasa kesal.

5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas. 6 Saya menemukan diri saya menjadi

tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu). 7 Saya merasa bahwa saya mudah

tersinggung.

8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.

11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.

12 Saya sedang merasa gelisah.

13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang


(5)

42

sedang saya lakukan.

14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Caterine Aprilia Manurung Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Sidamanik, 04 April 1994 Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat :Jl. Harmonika no. 64, Padang Bulan, Medan Nomor Handphone : 085362123876

Alamat Email : chaterinemanurung@yahoo.com RiwayatPendidikan :

1. SDN 091409 Sidamanik (2000-2006) 2. SMPN 1 Sidamanik (2006-2009)

3. SMA Swasta RK. Budi Mulia Pematangsiantar (2009-2012) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)


(7)

Data Induk Responden

C1 28 8 Normal Normal 16.8 Underweight

C2 36 15 Normal Tidak Normal 22.4 Normal

C3 28 6 Normal Normal 22.2 Normal

C4 28 10 Normal Normal 21.4 Normal

C5 28 20 Sedang Normal 27.6 Overweight

C6 28 3 Normal Normal 21.1 Normal

C7 28 13 Normal Normal 20 Normal

C8 36 10 Normal Tidak Normal 32.4 Overweight

C9 36 28 Berat Tidak Normal 24.3 Overweight

C10 28 22 Sedang Normal 18 Underweight

C11 28 16 Ringan Normal 20.7 Normal

C12 28 11 Normal Normal 18.4 Underweight

C13 28 5 Normal Normal 22 Normal

C14 28 9 Normal Normal 26.5 Overweight

C15 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal

C16 28 2 Normal Normal 25.5 Overweight

C17 28 10 Normal Normal 26.7 Overweight

C18 28 5 Normal Normal 17.5 Underweight

C19 28 11 Normal Normal 20 Normal

C20 28 15 Normal Normal 22.3 Normal

C21 28 9 Normal Normal 18.5 Normal

C22 28 5 Normal Normal 17.1 Underweight

C23 28 8 Normal Normal 20.6 Normal

C24 28 13 Normal Normal 22 Normal


(8)

C25 28 0 Normal Normal 26.4 Overweight

C26 28 15 Normal Normal 18.3 Underweight

C27 28 11 Normal Normal 20.4 Normal

C28 28 5 Normal Normal 24.3 Overweight

C29 20 9 Normal Tidak Normal 32 Overweight

C30 28 8 Normal Normal 21.2 Normal

C31 28 13 Normal Normal 18.4 Underweight

C32 28 19 Sedang Normal 18.9 Normal

C33 28 22 Sedang Normal 26.2 Overweight

C34 28 14 Normal Normal 17.8 Underweight

C35 28 17 Ringan Normal 16.4 Underweight

C36 20 6 Normal Tidak Normal 21.4 Normal

C37 20 24 Sedang Tidak Normal 25 Overweight

C38 20 22 Sedang Tidak Normal 17 Underweight

C39 28 27 Berat Normal 31.2 Overweight

C40 28 8 Normal Normal 24 Overweight

C41 36 16 Ringan Tidak Normal 17.6 Underweight

C42 28 9 Normal Normal 20 Normal

C43 20 22 Sedang Tidak Normal 22.5 Normal

C44 36 21 Sedang Tidak Normal 23 Overweight

C45 28 21 Sedang Normal 23.1 Overweight

C46 28 6 Normal Normal 20 Normal

C47 28 7 Normal Normal 18.4 Underweight

C48 28 13 Normal Normal 20.5 Normal

C49 28 34 Sangat Berat Normal 25.2 Overweight

C50 28 18 Ringan Normal 28.8 Overweight


(9)

C52 28 15 Normal Normal 20.3 Normal

C53 28 16 Ringan Normal 25 Overweight

C54 28 6 Normal Normal 21.9 Normal

C55 28 15 Normal Normal 24.2 Overweight

C56 28 6 Normal Normal 26.4 Overweight

C57 28 20 Sedang Normal 18 Underweight

C58 28 4 Normal Normal 19.7 Normal

C59 28 16 Ringan Normal 21 Normal

C60 28 16 Ringan Normal 16 Underweight

C61 28 14 Normal Normal 26.3 Overweight

C62 20 10 Normal Tidak Normal 25.3 Overweight

C63 28 29 Berat Normal 21.4 Normal

C64 28 6 Normal Normal 17.6 Underweight

C65 28 13 Normal Normal 19.9 Normal

C66 28 28 Berat Normal 20.5 Normal

C67 28 16 Ringan Normal 22.2 Normal

C68 20 15 Normal Tidak Normal 21 Normal

C69 28 8 Normal Normal 21.9 Normal

C70 36 25 Sedang Tidak Normal 19.2 Normal

C71 28 12 Normal Normal 24 Overweight

C72 28 25 Sedang Normal 19.1 Normal

C73 36 12 Normal Tidak Normal 21.7 Normal

C74 28 6 Normal Normal 19.2 Normal

C75 28 12 Normal Normal 23.4 Overweight

C76 20 7 Normal Tidak Normal 20 Normal

C77 28 10 Normal Normal 29.7 Overweight


(10)

C79 28 13 Normal Normal 21.5 Normal

C80 28 14 Normal Normal 18.8 Normal

C81 28 2 Normal Normal 28.6 Overweight

C82 28 11 Normal Normal 19.7 Normal

C83 28 17 Ringan Normal 21.3 Normal

C84 28 10 Normal Normal 23.1 Overweight

C85 28 18 Ringan Normal 22.2 Normal

C86 36 9 Normal Tidak Normal 28.3 Overweight

C87 28 12 Normal Normal 17.6 Underweight

C88 28 0 Normal Normal 20.7 Normal

C89 28 10 Normal Normal 21.6 Normal

C90 28 9 Normal Normal 29.4 Overweight

C91 28 14 Normal Normal 17.2 Underweight

C92 28 14 Normal Normal 22.5 Normal

C93 28 26 Berat Normal 32.8 Overweight

C94 28 14 Normal Normal 19.7 Normal

C95 28 17 Ringan Normal 17 Underweight

C96 28 22 Sedang Normal 24.8 Overweight

C97 28 13 Normal Normal 20.1 Normal

C98 20 15 Normal Tidak Normal 24.9 Overweight

C99 28 11 Normal Normal 20.9 Normal

C100 28 21 Sedang Normal 21.2 Normal

C101 20 13 Normal Tidak Normal 20.5 Normal

C102 28 11 Normal Normal 22.6 Normal

C103 28 8 Normal Normal 27.8 Overweight

C104 28 21 Sedang Normal 22 Normal


(11)

C106 28 6 Normal Normal 20.7 Normal

C107 28 8 Normal Normal 18 Underweight

C108 28 7 Normal Normal 16.3 Underweight

C109 28 8 Normal Normal 20.7 Normal

C110 28 7 Normal Normal 25 Overweight

C111 28 7 Normal Normal 23.6 Overweight

C112 28 11 Normal Normal 19.7 Normal

C113 28 9 Normal Normal 20.4 Normal

C114 28 18 Ringan Normal 28.5 Overweight

C115 28 21 Sedang Normal 17.9 Underweight

C116 28 10 Normal Normal 21.3 Normal

C117 28 28 Berat Normal 18.6 Normal

C118 28 9 Normal Normal 23.2 Overweight

C119 28 2 Normal Normal 21.2 Normal

C120 28 7 Normal Normal 19.5 Normal

C121 20 21 Sedang Tidak Normal 22.1 Normal

C122 28 12 Normal Normal 17 Underweight

C123 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal

C124 28 7 Normal Normal 19.2 Normal

C125 20 19 Sedang Tidak Normal 22.8 Normal

C126 28 17 Ringan Normal 19.1 Normal

C127 28 15 Normal Normal 25.5 Overweight

C128 28 9 Normal Normal 24 Overweight

C129 28 18 Ringan Normal 21.2 Normal

C130 28 13 Normal Normal 27 Overweight

C131 28 26 Berat Normal 25 Overweight


(12)

C133 28 23 Sedang Normal 21.2 Normal

C134 28 7 Normal Normal 19.2 Normal

C135 28 13 Normal Normal 16.2 Underweight

C136 28 6 Normal Normal 16.2 Underweight

C137 28 11 Normal Normal 27.2 Overweight

C138 28 9 Normal Normal 26.8 Overweight

C139 28 25 Sedang Normal 24.6 Overweight

C140 28 19 Sedang Normal 22.5 Normal

C141 28 4 Normal Normal 19.7 Normal

C142 28 13 Normal Normal 22.5 Normal

C143 28 12 Normal Normal 23 Overweight

C144 28 5 Normal Normal 22 Normal

C145 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal

C146 28 9 Normal Normal 21.6 Normal

C147 28 7 Normal Normal 19.6 Normal

C148 28 4 Normal Normal 20.8 Normal

C149 28 18 Ringan Normal 22 Normal

C150 28 4 Normal Normal 20.1 Normal

C151 28 15 Normal Normal 18.4 Underweight

C152 36 10 Normal Tidak Normal 19.7 Normal

C153 28 10 Normal Normal 20 Normal

C154 28 14 Normal Normal 18.8 Normal

C155 28 14 Normal Normal 18.2 Underweight

C156 28 14 Normal Normal 24 Overweight

C157 28 18 Ringan Normal 18.6 Normal

C158 28 12 Normal Normal 24.6 Overweight


(13)

C160 20 15 Normal Tidak Normal 18.5 Normal

C161 28 17 Ringan Normal 19.7 Normal

C162 20 11 Normal Tidak Normal 19.8 Normal

C163 28 8 Normal Normal 21 Normal

C164 20 12 Normal Tidak Normal 20.8 Normal

C165 28 12 Normal Normal 21.8 Normal

C166 28 4 Normal Normal 21.9 Normal

C167 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal

C168 36 10 Normal Tidak Normal 22.6 Normal

C169 28 9 Normal Normal 18.5 Normal

C170 36 11 Normal Tidak Normal 21.7 Normal

C171 20 8 Normal Tidak Normal 21.2 Normal

C172 36 18 Ringan Tidak Normal 18.6 Normal

C173 28 14 Normal Normal 19.2 Normal

C174 28 3 Normal Normal 15.8 Underweight

C175 28 3 Normal Normal 20.8 Normal

C176 20 9 Normal Tidak Normal 19.9 Normal

C177 28 14 Normal Normal 17.9 Underweight

C178 28 11 Normal Normal 20 Normal

C179 20 20 Sedang Tidak Normal 19.1 Normal


(14)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 180

Normal Parametersa,b Mean 27,6888889 Std. Deviation ,06948037

Most Extreme Differences

Absolute ,081

Positive ,081

Negative -,044

Kolmogorov-Smirnov Z 1,085

Asymp. Sig. (2-tailed) ,190

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Statistics

Kelompok tingkat stres N

Valid 180

Missing 0

Kelompok tingkat stres

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Normal 127 70,6 70,6 70,6

ringan 22 12,2 12,2 82,8

sedang 22 12,2 12,2 95,0

berat 8 4,4 4,4 99,4

sangat berat 1 ,6 ,6 100,0


(15)

Frequencies

Statistics

Klasifikasi siklus menstruasi N

Valid 180

Missing 0

Klasifikasi siklus menstruasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

normal 149 82,8 82,8 82,8

tidak normal 31 17,2 17,2 100,0

Total 180 100,0 100,0

Frequencies Statistics

Klasifikasi IMT

N Valid 180

Missing 0

Klasifikasi IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Normal 104 57,8 57,8 57,8

Underweight 28 15,6 15,6 73,3

Overweight 48 26,7 26,7 100,0


(16)

Nonparametric Correlations

Correlations

Siklus menstruasi responden

Tingkat stres responden

Spearman's rho

Siklus menstruasi responden

Correlation Coefficient 1,000 ,012

Sig. (2-tailed) . ,869

N 180 180

Tingkat stres responden

Correlation Coefficient ,012 1,000

Sig. (2-tailed) ,869 .

N 180 180

Klasifikasi IMT * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation

Count

Klasifikasi siklus menstruasi Total normal tidak normal

Klasifikasi IMT

Normal 83 21 104

Underweight 26 2 28

Overweight 40 8 48

Total 149 31 180

Klasifikasi IMT 2 * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation

Count

Klasifikasi siklus menstruasi Total normal tidak normal

Klasifikasi IMT 2 Normal 83 21 104

Tidak normal 66 10 76


(17)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,524a 1 ,217

Continuity Correctionb 1,071 1 ,301

Likelihood Ratio 1,560 1 ,212

Fisher's Exact Test ,237 ,150

Linear-by-Linear Association 1,516 1 ,218

N of Valid Cases 180

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,09. b. Computed only for a 2x2 table


(18)

36

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, T. A., Rahayu, I. T., & Sholichatun, Y. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Damanik, E. D. 2011. Pengujian Reliabilitas, Validitas, Analisis Item dan Pembuatan Norma.

Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-94859.pdf Ganong, W. F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 12. Singapura: Elsevier.

Hidayat, D. R. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: TIM.

Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. 1995. Depression, Anxiety, and Stress Scales. Available from: http://serene.me.uk/test/dass-42.pdf

Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM.

Maramis, W. F. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta: EGC.


(19)

37

Primastuti, H. N. 2012. Hubungan Obesitas dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi. Skripsi , 33-36.

Available from: http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/26060 Rakhmawati, A. 2012. HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN

GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA DEWASA MUDA. Artikel Penelitian , 5-6. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/38607/1/504_ASNIYA_RAKHMAWATI_G2C00 8010.pdf

Ranabir, S., & Reetu, K. 2011. Stress and Hormones. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism , 2-4. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3079864/

Saerang, A. 2014. Hubungan Antara Stres Dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Angkatan 2010. Jurnal e- Clinic . Available from: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5759

Sastrawinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2013. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.


(20)

21

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DIFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka peneliti mengembangkan kerangka konsep yang terdiri dari 2 variabel, yaitu:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 : Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala Stres Segala

masalah atau tuntutan penyesuai-an diri dpenyesuai-an karena itu sesuatu meng-ganggu

keseim-Kuesioner DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale) oleh Lovibon, dialihbahasa kan oleh Damanik dan telah

Mengisi kuesioner

1.Normal (skor 0-14) 2.Stres ringan (skor 15-18) 3.Stres sedang (skor 19-25) 4.Stres berat (skor 26-33) Numerik

STRES SIKLUS


(21)

22

bangan diri

dimodifika-si menjadi 14 poin (Damanik, 2011) Menstruasi Siklus

menstruasi adalah siklus bulanan perdara-han fisiologis uterus, yang menanda-kan

kesuburan.

Kuesioner Mengisi kuesioner

1.Teratur (frekuensi menstruasi 21-35 hari) 2.Tidak teratur (frekuensi menstruasi <21 hari atau >35 hari)

Numerik

3.3 Hipotesis

Ada hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.


(22)

23

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September s/d Oktober 2015. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

4.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, dimana semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlikan terpenuhi (Sudigdo, 2013).


(23)

24

Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 yang aktif mengikuti kuliah b. Mahasiswi FK USU yang bersedia sebagai responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Responden yang tidak mengisi dengan lengkap jawaban kuesioner b. Mempunyai penyakit hormonal

c. Responden yang sudah menikah dan melahirkan

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

n = besar sampel

N = Populasi (329 orang)

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)

n = 180


(24)

25

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (data primer) berupa kuesioner yang telah di uji validasi dan realibilitasnya, kemudian diisi oleh responden (mahasiswi) secara langsung.

4.4.1 Data Sekunder

Jumlah mahasiswi tahun masuk 2012 diperoleh dari bagian kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, sebelum meninggalkan tempat penelitian, kelengkapan jawaban kuesioner diperiksa terlebih dahulu oleh peneliti. Kedua coding yaitu memberikan kode angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan SPSS. Keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).

Data penelitian yang diperoleh akan dianalisa dengan analisis univariat dan bivariat. Univariat untuk mendistribusikan semua data berdasarkan usia haid pertama, BMI, tingkat stres, dan siklus menstruasi. Bivariat untuk menunjukkan hubungan kedua variabel dimana sebelumnya semua data akan diuji normalitasnya dengan menggunakan kolmogorov smirnov test. Jika data berdistribusi normal (p> 0,05) maka digunakan uji korelasi pearson, sedangkan jika tidak berdistribusi normal (p< 0,05) maka digunakan uji spearman.


(25)

26

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di jalan dr. Mansyur NO. 5, Medan, Sumatera Utara. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 yang berjumlah 180 orang, satu orang telah dikeluarkan karena adanya penyakit yang berhubungan dengan hormonal.

5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.1)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

f %

Umur

 19 tahun 19 10,6  20 tahun 25 13,8  21 tahun 124 68,8

 22 tahun 12 6,8 Jumlah 180 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur, dimana responden yang terbanyak yaitu umur 21 tahun sebanyak 124 orang


(26)

27

(68,8%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu umur 22 tahun sebanyak 12 orang (6,8%).

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan usia menarche dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche f % Usia Menarche

 12 tahun 46 25,6  13 tahun 55 30,5  14 tahun 79 43,9 Jumlah 180 100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur menarche, dimana responden yang terbanyak yaitu menarche pada umur 14 tahun sebanyak 79 orang (43,9%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu menarche pada umur 12 tahun sebanyak 46 orang (25,6%).

5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Stres

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan tingkatan stres dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres Tingkatan Stres n (%) Tidak stres 127 70,6 Ringan 22 12,2 Sedang 22 12,2 Berat 8 4,4 Sangat berat 1 0,6 Jumlah 180 100

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan tingkatan stres, dimana yang terbanyak yaitu yang tidak stres sebanyak 127 orang (70,6%).


(27)

28

Sedangkan yang paling sedikit yaitu dengan stres berat sebanyak 1 orang (0,6%). Jumlah responden yang mengalami stres sebanyak 53 orang.

5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan siklus menstruasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi n (%) Normal 149 82,8 Tidak normal 31 17,2 Jumlah 180 100

Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden dengan siklus menstruasi normal lebih banyak daripada responden dengan siklus menstruasi tidak normal. 5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.5).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh n (%) Normal 104 57,8 Overweight 48 26,7 Underweight 28 15,6 Jumlah 180 100

Dari tabel 5.5 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan indeks massa tubuh, dimana yang terbanyak yaitu responden dengan IMT normal sebanyak 104 orang (57,8%).


(28)

29

5.1.2.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkat Stres Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkatan Stres

Tingkat Stres Siklus Menstruasi Jumlah Normal Tidak Normal

n % n % Tidak Stres 107 84,2 20 15,7 127 Ringan 20 90,9 2 9,1 22 Sedang 14 63,6 8 36,4 22 Berat 7 87,5 1 12,5 8 Sangat berat 1 100 0 0 1 Jumlah 149 31 180

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaan tidak stres lebih banyak mengalami siklus menstruasi yang tidak normal (15,7%). 5.1.2.7 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Indeks Massa Tubuh Tabel 5.7 Distribusi frekuensi siklus menstruasi menurut IMT

IMT Siklus Menstruasi Jumlah Normal Tidak Normal

n % n %

Normal 83 79,8 21 20,2 104 Overweight 40 83,3 8 16,7 48 Underweight 26 92,8 2 7,2 28 Jumlah 149 31 180

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden dengan indeks massa tubuh normal lebih banyak mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur (20,2%).


(29)

30

5.1.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Tabel 5.8 Analisis Uji Korelasi Spearman

Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Variabel Stres Siklus Menstruasi Stres 0,869 Sikls Menstruasi 0,869

Melalui uji normalitas, didapat bahwa data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal. Hubungan stres dengan siklus menstruasi pada penelitian ini diidentifikasi dengan dengan uji statistik Spearman.

Tabel 5.8 menunjukkan nilai p = 0,869 (p>0,05). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tidak ada hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

5.2 Pembahasan 5.2.1 Tingkatan Stres

Melalui Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa tingkatan stres pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 lebih banyak pada keadaan tidak stres. Dimana responden yang tidak stres sebanyak 127 orang (70,6%), sedangkan responden dengan stres sebanyak 53 orang (29,4%). Responden dengan stres terbagi menjadi beberapa tingkatan. Responden dengan stres ringan sebanyak 22 orang (12,2%), stres sedang 22 orang (12,2%), stres berat 8 orang (4,4%), dan stres sangat berat 1 orang (0,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2012) dimana dilakukan penelitian pada 60 wanita umur 19-25 tahun dan ditemukan responden dalam keadaan tidak stres lebih banyak daripada


(30)

31

responden dalam keadaan stres. Responden yang tidak stress sebanyak 63,3% dan dengan tingkatan stress sebanyak 36,7%.

Namun ditemukan hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Nur’Aini (2011) pada mahasiswi salah satu asrama putri Universitas Andalas. Dari 178 responden ditemukan stres sedang lebih banyak yaitu sebanyak 75,28%. Purwati (2012) mendapatkan perbedaan tingkatan stres berdasarkan usia, jenis kelamin, indeks prestasi, dan kondisi kesehatan pada mahasiswa jalur regular di Universitas Indonesia. Hal ini menerangkan bahwa stres pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.

Ditemukan juga hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Rozaq (2014) pada mahasiswa dalam proses mengerjakan skripsi di UIN Sunan Ampel, dimana ditemukan stres berat sebanyak 30,7% dan stres sedang sebanyak 69,3% dari responden yang berjumlah 26 orang. Dalam penelitiannya tidak ditemukan responden yang tidak stres.

5.2.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dalam penelitian ini lebih banyak dalam keadaan normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4 dimana jumlah responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 149 orang (82,8%), sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 31 orang (17,2%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shoufiah (2015) pada mahasiswa usia 18-21 tahun, dimana ditemukan responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 54,5% sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 45,5% dari keseluruhan responden yang berjumlah 132 orang.

Pinasti (2012) melalui penelitiannya pada Siswi di SMA N 1 Kendal menemukan hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Dalam penelitiannya ditemukan lebih banyak responden dengan siklus menstruasi normal yaitu


(31)

32

sebanyak 56,1%, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 43,9% dari 66 orang responden.

Dewi,dkk (2014) menemukan hasil yang berbeda melalui penelitiannya pada mahasiswi tahun keempat STIKES Wira Medika Bali. Dalam penelitiannya ditemukan responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 24,2%, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak75,8% dari keseluruhan responden yang berjumlah 66 orang.

Hasil yang berbeda juga ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh Toduho, dkk (2014). Penelitian ini dilakukan pada siswi SMAN 3 Tidore yang berjumlah 68 orang. Melalui penelitiannya ditemukan reponden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 38,2%, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 61,8%.

5.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Dapat dilihat melalui Tabel 5.8 yaitu dengan nilai p = 0,869 (p>0,05). Hasil penelitian menunjukkan responden dengan siklus menstruasi yang tidak teratur lebih banyak pada keadaan tidak stres dan indeks massa tubuh yang normal. Hal ini dapat akibat adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh, hormonal, dan konsumsi obat-obat yang dapat menghambat siklus menstruasi.

Beberapa penelitian menyimpulkan adanya hasil yang signifikan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Menurut Nasution (2011), terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi. Responden dalam penelitian berjumlah 139 orang. Hasil penelitian menunjukkan 79,1% responden dengan stres didapati 23,7% responden mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur dan dari 20,9% yang tidak stres didapati 0,7% mengalami siklus menstruasi yang


(32)

33

tidak teratur. Berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus menstruasi dimana p value 0,003 (p < 0,05).

Shoufiah (2015), melalui penelitiannya pada mahasiswi jalur umum usia 18-21 tahun menemukan adanya hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Ditemukan bahwa dari 65 responden yang tidak mengalami stres, sebanyak 72,3% mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 27,7% mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Sedangkan dari 67 responden yang mengalami stres, sebanyak 37,3% mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 62,7% mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.

Melalui beberapa penelitian, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh telah berhasil dibuktikan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Sri Mulyani, dkk (2008), menyimpulkan bahwa aktivitas fisik intensitas tinggi bisa sebagai faktor risiko terhadap gangguan siklus menstruasi walaupun hanya bersifat sementara. Ini berarti aktivitas fisik intensitas tinggi tidak selalu menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Karena aktivitas fisik intensitas tinggi yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu yang menyebabkan stres psikologis, deplesi massa tubuh, defisit kalori kronis,dan lain-lain. Melalui penelitiannya, ditemukan 34 orang dengan aktivitas fisik intensitas rendah dan sedang, dimana 24 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 10 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur. Sedangkan untuk aktivitas fisik intensitas tinggi sebanyak 11 orang, dimana 7 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 4 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur (p = 0,717).

Primastuti (2012), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan siklus menstruasi. Obesitas berisiko 3,5 kali lipat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur (OR = 3,5). Dari total 176 orang responden, 30 responden memiliki BMI > 25kg/m2 (obesitas) dan 46 sampel memiliki IMT antara 18,5-24,9 kg/m2. Hasil pengujian data untuk hubungan obesitas dengan siklus menstruasi menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,035 (p < 0,05). Obesitas dapat menyebabkan kelainan siklus menstruasi


(33)

34

melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen dan androgen (Rakhmawati, 2012).

Gudmundsdottir, dkk (2011) membuktikan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p = 0,033), riwayat merokok dengn siklus menstruasi (p = 0,05), stres psikologis dengan siklus menstruasi (p = 0,00) dan pendidikan dengan siklus menstruasi (p = 0,132).

5.2.4 Kelemahan Penelitian

Di dalam penelitian ini terdapat kelemahan yang dapat menyebabkan hipotesa ditolak. Kuesioner stres diisi bersamaan waktunya dengan kuesioner siklus menstruasi 3 bulan terakhir yang dapat menyebabkan bias pada data. Dimana kemungkinan 3 bulan sebelum pengumpulan data siklus menstruasi responden belum dipengaruhi oleh stres psikologis ketika data dikumpulkan. Sehingga stres dengan siklus menstruasi responden tidak dapat dihubungkan. Penelitian mungkin akan signifikan apabila siklus menstruasi responden di-follow up dengan kalender menstruasi selama 3 bulan, supaya data siklus menstruasi lebih nyata dan tidak dikarang oleh responden sampai tingkat stres ditemukan dan dihitung rata-rata siklus menstruasinya.


(34)

35

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 (p>0,05)

2. Stres responden terdiri dari berbagai tingkatan, dimana lebih banyak responden yang tidak stres

3. Siklus menstruasi responden lebih banyak siklus menstruasi yang normal

6.2 Saran

1. Penelitian dilakukan dengan follow up menstruasi selama 3 bulan dengan menggunakan kalender menstruasi

2. Mahasiswi FK USU dengan kelainan siklus menstruasi melakukan evaluasi pribadi untuk mengetahui penyebab kelainan siklus menstruasi 3. Mahasiswi FK USU dengan keadaan stres harus mengatasi stres


(35)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres

2.1.1 Definisi Stres

Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2012). Sebagian stres ini akan mengakibatkan besar dari stres ini akan mengaktifkan respon tanggapan (counteractions) di tingkat molekul, sel, atau sistemik yang cenderung memulihkan sebelumnya, yaitu, respon tersebut adalah reaksi homeostasis (Ganong, 2012).

2.1.2 Patofisiologi Stres

Respon terhadap stres dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh hipotalamus. Hipotalamus menerima masukan stresor fisik atau emosi dari hampir semua bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respons, hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis, mengeluarkan CRH ( Corticotropin Releasing Hormon) untuk merangsang pengeluaran ACTH dan kortisol, serta memicu pelepasan vasopresin. Stimulasi simpatis, pada gilirannya menyebabkan sekresi epinefrin, yang sama-sama memiliki efek pada sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas. Selain itu, vasokonstriksi arteriol aferen ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung merangsang renin dengan mengurangi aliran darah beroksigen ke ginjal. Renin, selanjutnya, mengaktifkan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Dengan cara ini, hipotalamus mengintegrasikan respon sistem saraf simpatis dan sistem endokrin selama stres (Sherwood, 2012).

Agen penginduksi respon secara tepat disebut sebagai stresor, sementara stres merujuk kepada keadaan yang ditimbulkam oleh stresor. Jenis-jenis rangsangan yang mengganggu berikut ini menggambarkan ragam faktor yang


(36)

5

dapat menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan, panas atau dingin hebat); kimia (penurunan pasokan O2,ketidakseimbangan asam-basa); fisiologik (olahraga berat, syok hemoragik, nyeri); infeksi (invasi bakteri); psikologis atau emosional (rasa cemas, ketakutan, kesedihan); dan sosial (konflik perorangan, perubahan gaya hidup (Sherwood,2012).

2.1.3 Perubahan Hormon Akibat Stres

Adapun hormon-hormon yang mengalami perubahan selama stres, yaitu : a. Kortisol

Kortisol berperan kunci dalam adaptasi terhadap stres. Segala jenis stres merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi kortisol. Meskipun peran persis kortisol dalam adaptasi terhadap stres belum diketahui namun penjelasan yang spekulatif tetapi masuk akal adalah sebagai berikut. Manusia primitif atau hewan yang terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus bertahan tanpa makan. Pergeseran dari penyimpanan protein dan lemak ke peningkatan simpanan karbohidrat dan ketersediaan glukosa darah yang ditimbulkan oleh kortisol akan membantu melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa terpaksa tersebut. Juga, asam-asam amino yang dibebaskan oleh penguraian protein akan menjadi pasokan yang siap digunakan untuk memperbaiki jaringan jika terjadi cedera fisik. Karena itu, terjadi peningkatan cadangn glukosa, asam amino, dan asam lemak yang dapat digunakan sebagai kebutuhan.

Peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh susunan saraf pusat melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-ACTH, terjadi sebagai respon terhadap segala jenis situasi stres. Besar peningkatan konsentrasi kortisol plasma umumnya setara dengan intensitas stimulasi stres berat menyebabkan peningkatan sekresi kortisol yang lebih besar daripada stres ringan (Ganong, 2012).


(37)

6

b. Katekolamin

Stimulasi sumbu hipofisis - adrenal dikaitkan dengan pelepasan katekolamin. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung, aliran darah ke otot rangka, retensi natrium, penurunan motilitas usus, vasokonstriksi kulit, peningkatan glukosa, dilatasi bronkiolus, dan aktivasi perilaku.

Perbedaan antara persepsi keadaan internal atau eksternal menyebabkan tanggapan stres yang melibatkan beberapa sistem homeostatis. Keadaan seperti hipoglikemia, hipoksia, perdarahan, kolaps sirkulasi menimbulkan aktivasi SAMS termasuk stimulasi jantung, splanchnic, kulit, dan vasokonstriksi ginjal. Dalam situasi ini, aktivitas SAMS berkoordinasi dengan sistem saraf parasimpatis, sistem hipofisis-adrenocortical, dan mungkin beberapa sistem neuropeptida (Ranabir, S., & Reetu, K., 2011).

c. Vasopresin dan Renin-Angiotensin-Aldosteron

Secara bersama-sama, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma dengan mendorong retensi garam dan H2O. Peningkatan volume plasma diperkirakan berfungsi sebagai tindakan protektif untuk mempertahankan tekanan darah seandainya terjadi kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau berkeringat berlebihan selama periode bahaya. Vasopresin dan angiotensin juga memiliki efek vasopresor langsung, yang dapat bermanfaat dalam mempertahankan tekanan arteri jika terjadi kehilangan darah akut. Vasopresin juga dipercayai mampu mempermudah proses belajar, yang berdampak pada adaptasi terhadap stres di mana mendatang (Sherwood, 2012).

d. Gonadotropin

Stres menyebabkan penekanan gonadotropin dan hormon steroid lainnya yang akan menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Tekanan psikologis dan sosial yang akut dan kronis dapat mengganggu sekresi hormon reproduksi dalam berbagai spesies primata, bukan hanya manusia. Gangguan ini bisa halus, yang terdiri dari penekanan ringan pada sekresi hormon reproduksi yang mendasari


(38)

7

penurunan tingkat kesuburan dan perilaku reproduksi. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap variabilitas respon sumbu reproduksi termasuk jenis stres, besarnya dan durasi stres, persepsi stres oleh individu, status sosial individu, tingkat bersamaan perilaku agresif yang ditampilkan oleh individu, dan aktivitas reproduksi. Namun, lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari penurunan sumbu reproduksi oleh tekanan psikologis dan sosial, serta mekanisme yang mendasari perbedaan kerentanan terhadap gangguan stres yang disebabkan fungsi reproduksi dalam individu. Terlalu lama stres dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi . Perjalanan gonadotrophin releasing hormon ke hipofisis menurun karena peningkatan sekresi CRH (Ranabir, S., & Reetu, K., 2011).

e. Hormon Tiroid

Fungsi tiroid biasanya menurun selama kondisi stres. Stres menghambat sekresi thyroid- stimulating hormone (TSH) melalui aksi glukokortikoid pada sistem saraf pusat. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stres akut dan berulang dapat mengubah sekresi hormon (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).

f. Hormon Pertumbuhan

Kegagalan pertumbuhan tanpa etiologi bisa terkait dengan gangguan perilaku dan stres psikososial. Kondisi ini meliputi gagal tumbuh, pengerdilan sekunder, kekurangan gizi kronis, dan hipopituitarisme idiopatik. Beberapa anak menunjukkan pertumbuhan yang memuncak spontan ketika dihindarkan dari sumber stres (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).

2.1.4 Sumber Stres

Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Stressor adalah keadaan atau situasi, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum, stressor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu stressor fisik, sosial, dan psikologis.


(39)

8

a. Stressor Fisik

Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi).

b. Stressor Sosial

i. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi yang cepat, kejahatan.

ii. Keluarga, misalnya peran seks, iri,cemburu, kematian anggota keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan atau anggota keluarga yang lain.

iii. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.

iv. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk.

c. Stressor Psikologik 1. Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada hambatan.

2. Ketidakpastian

Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior (Dede, 2009).

2.1.5 Gejala Stres

Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala, yaitu: a. Gejala Fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah : nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, susah tidur, dan lain-lain.


(40)

9

b. Gejala Psikis

Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak terkendali (Dede, 2009).

2.1.6 Tingkatan Respon Terhadap Stres

Hans Selye membagi stres menjadi tiga, yaitu: a. Eustress

Eustress adalah respon stres ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus ujian, atau kondisi ketika menghadapi perkawinan. b. Distress

Distress merupakan respon stres yang buruk dan menyakitkan, sehingga tidak mampu lagi diatasi.

c. Optimal Stress

Optimal stress atau Neustress adalah stres yang berada antara eustress dan distress, merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang sehingga seseorang merasa tertantang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing (Dede, 2009).

2.1.7 Tahapan Stres

Tahapan Stres menurut Amberg (dalam) memiliki enam tahapan, yaitu: a. Stres Tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai perasaan-perasaan sebagai berikut:

1. Semangat besar


(41)

10

3. Energi dan gugup yang berlebihan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya

4. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang bertambah semangat, tanpa disadari bahwa cadangan energinya sedang menipis

b. Stres Tingkat II

Pada tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan yang sering digunakan sebagai berikut:

1. Merasa letih sewaktu bangun pagi 2. Merasa letih sesudah makan siang 3. Merasa lelah menjelang sore hari

4.Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar

5. Perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk (belakang leher) 6. Perasaan tidak santai

c. Stres Tingkat III

Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai gejala sebagai berikut:

1. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ke belakang) 2. Otot-otot terasa lebih tegang

3. Perasaan tegang yang semakin meningkat

4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi

5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)

6. Pada tahap ini eksekutif harus berkonsultasi pada dokter, psikolog, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi guna memulihkan suplai energi.


(42)

11

d. Stres Tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ditandai dengan gejala sebagai berikut:

1. Untuk bertahan sepanjang hari terasa lebih sulit

2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan terasa semakin sulit

3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat

4. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari

5. Perasaan negativistik

6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam

7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa

e. Stres Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV, dengan gejala sebagai berikut:

1. Keletihan yang mendalam (physical dan psychological exhaution) 2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sedehana saja terasa kurang mampu

3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang

4. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik

f.Stres Tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak jarang eksekutif dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala dalam tahap ini cukup mengerikan.

Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena zat adrenalin yang dikeluarkan akibat stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, nafas sesak, megap-megap, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kurang lagi, pingsan atau kolaps (Dede, 2009).


(43)

12

2.1.8 Klasifikasi Stres

Klasifikasi stres menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut: a. Stres Ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang terjadi.

b. Stres sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih cenderung memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

c. Stres Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

2.2. Menstruasi

2.2.1 Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak progesteron dan estrogen pada akhir siklus haid ovarium. Efek pertama adalah penurunan rangsangan sel-sel endometrium oleh kedua hormon tersebut, diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium itu sendiri sampai sekitar 65 persen tebal sebelumnya. Selama 24 jam sebelumnya mulai menstruasi, pembuluh darah yang menuju ke lapisan mukosa endometrium menjadi vasospastik, mungkin karena beberapa efek involusi, seperti pengeluaran zat vasokonstriktor. Vasospasme dan kehilangan rangsang hormonal mulai menimbulkan nekrosis pada endometrium. Sebagai akibatnya, darah merembes dalam lapisan vaskular endometrium, area perdarahan mulai terbentuk setelah 24 sampai 36 jam. Lambat laun, lapisan luar endometrium yang nekrotik terlepas dari uterus pada tempat perdarahan, pada 48 jam setelah


(44)

13

mulainya menstruasi, semua lapisan superfisisal endometrium telah mengalami deskuamasi. Jaringan deskuamasi dan darah dalam kubah uterus memulai kontraksi uterus yang mengeluarkan isi uterus.

Selama menstruasi normal, sekitar 35 ml darah dan 35 mL cairan serosa hilang. Cairan menstruasi ini dalam keadaan normal tidak membeku, karena fibrinolisin dikeluarkan bersama dengan endometrium yang nekrotik.

Dalam tiga sampai tujuh hari setelah menstruasi mulai, perdarahan berhenti karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi penuh (Guyton, 2011).

Menurut Sarwono (2011), siklus menstruasi terbagi atas : 1. Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de Graaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel granulosa menyintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron, dan estreadiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen.

Di dalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif.


(45)

14

2. Fase Ovulasi

Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pascapuncak kadar estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pascapuncak LH. Di lapangan awal lonjakan LH digunakan sebagai pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34-36 jam pascaawal lonjakan LH.

Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik, menyebabkan dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada tikus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat pada oosit, menjadi longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat pada dinding folikel.

3. Fase Luteal

Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, sel granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi, yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, luteinisasi dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang membentuk korpus luteum sulit dibedakan asal muasalnya.

Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan granulosa menuju ke tengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan angiopoetin. Kemudian VEGF


(46)

15

dan angiopetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan pembuluh darah ini merupakan hal yang penting pada proses luteinisasi. Pada hari ke 8-9 pascaovulasi vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan dengan puncak kadar progesteron dan estradiol.

Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan korpus luteum yang baik/normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang terbentuk cukup adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan menghasilkan korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen, maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pascalonjakan LH, kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Bila terjadi pembuahan, sekresi progesteron tidak menurun karena adanya stimulus dari human Chorionic Gonadotropin (hCG), yang dihasilkan oleh sel trofoblast buah kehamilan.

2.2.2 Kelainan Menstruasi

Sebagian wanita yang tidak subur mengalami siklus anovulatorik; mereka tidak mengalami ovulasi, tetapi mendapat haid dengan interval yang relatif teratur. Siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada 1-2 tahun pertama setelah menarche dan juga sebelum menopause.

Amenorea berarti tidak adanya periode haid. Bila perdarahan menstruasi tidak pernah terjadi, keadaan tersebut dinamai amenorea primer. Beberapa wanita dengan amenorea primer memiliki payudara berukuran kecil dan tanda kegagalan pematangan seksual lainnya. Terhentinya siklus pada wanita yang sebelumnya mengalami daur yang normal disebut amenorea sekunder. Penyebab tersering amenorea sekunder adalah kehamilan. Penyebab lain amenorea adalah rangsangan emosi, perubahan lingkungan, kelainan hipotalamus, gangguan hipofisis, kelainan ovarium primer, dan berbagai penyakit sistemik. Bukti memeperlihatkan bahwa


(47)

16

pada beberapa wanita dengan amenorea hipotalamus, frekuensi pulsatil GnRH melambat akibat aktivitas opioid yang berlebihan di hipotalamus.

Istilah hipomenorea dan menoragia masing-masing mengacu pada darah haid yang sedikit dan berlebihan, pada daur yang teratur. Metroragia adalah perdarahan dari uterus yang terjadi di antara periode haid, dan oligomenorea adalah frekuensi haid yang berkurang (Sylvia, 2002; Lorraine, 2002).

Menurut Manuaba, 2010 beberapa kelainan siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Kelainan Menstruasi

Bentuk Kelainan Manifestasi Kliniknya Sebabnya Hipermenorea  Perdarahan banyak saat haid,

gumpalan melebihi 8 hari.  Irreguler shedding, gamgguan

tumbuh endometrium.  Banyaknya melebihi 8 cc.

 Hormonal

esterogen dominan, pelepasan

endometrium tidak normal-tidak teratur.

 Sebab fisik organ genital, seperti: mioma uteri, endometrial atau servikal polip, endometrium proliferase

 Terapinya, yaitu: miomektomi, dan lain-lain.

Hipomenorea  Perdarahan sedikit dan lamanya kurang dari 3 hari.

 Gangguan uterus karena resoptor


(48)

17

 Endometrium kurang subur.  Fertilitas tidak terganggu.

esterogennya kurang

 Defisiensi Vit. E  Pos ablasio uteri  Pos supravaginal

histerektomi, darah berasal dari sisa serviks yang masih aktif.

Polimenorea  Frekuensi menstruasi pendek kurang dari 21 hari.

 Jumlah dan lama perdarahan sama.

 Gangguan

hormonal, korpus luteum defisiensi  Sebab lainnya,

yaitu:

endometriosis dan infeksi ovarium Oligomenorea  Siklus menstruasi panjang

melebihi 35 hari.

 Jumlah dan lama perdarahan relatif sama.

 Patrun ovulatoir menstruasi fertilitas tidak terganggu.

 Perdarahan oligomenorea berkurang dan durasinya makin pendek.

 Sebabnya cukup kompleks.

Amenorea  Terhentinya menstruasi lebih dari 3 bulan.

 Pembagiannya, yaitu: primer amenorea dan sekunder amenorea.

 Sistem hormonal  Kongenital organ  Kelainan genetik

Metroragia  Perdarahan yang banyak di luar menstruasi.

 Gangguan hormonal


(49)

18

 Berlangsung di antara 2 siklus menstruasi.

 Gangguan fisik uterus

 Gangguan

pembekuan darah  Infeksi dan

perlukaan alat reproduksi

 Perdarahan uterus fungsional/tidak ada hubungan dengan organik Spotting  Perdarahan sedikit di antra

dua menstruasi

 Tidak banyak tetapi mengagetkan

 Gangguan emosi  Pemakaian

terapi/KB hormonal  Pemakaian IUD Kontak berdarah  Perdarahan yang terjadi saat

hubungan seksual.

 Hubungannya perlukaan keganasan serviks.

 Hubungan seksual saat hamil  Kelainan reproduksi eksternal Endometrial/servi kal polip

 Kelainan pada uterus  Keganasan Premenstrual

tension

 Ketegangan menjelang menstruasi

 Emosional, insomnia, gelisah, tertekan, cepat marah

 Mamae tegang, sakit kepala  Gangguan

konsentrasi/ketakutan

 Ketidakseimban-gan hormonal dengan dominan estrogen


(50)

19

Mastodinia  Rasa nyeri pada mamae, menjelang menstruasi

 Akibat pengaruh esterogen

 Konsentrasi esterogen menyebabkan retensio air dan garam pada mamae, sehingga ujung saraf tertekan

Mittelschmriz  Rasa sakit saat ovulasi, pada abdomen bagian bawah  Diikuti peningkatan

temperatur basal

 Perdarahan intraabdominal bleeding mirip kehamilan ektopik terganggu

 Perdarahan intraabdominal/ akut abdomen dilakukan

laparotomi

Dismenorea  Rasa nyeri menstruasi dan disertai gangguan menjalankan tugas sehari-hari  Pembagiannya, yaitu: primer dismenorea dan sekunder dismenorea

 Primer dismenorea: tidak dijumpai kelainan anatomis reproduksi

 Sekunder dismenorea:

dijimpai kelainan anatomis

reproduksi

2.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Dalam penelitian sebelumnya tentang hubungan antara stres dan siklus menstruasi, ditemukan adanya keterkaitan keduanya. Sebuah analisis cross-sectional satu tahun data dari 206 wanita menunjukkan adanya korelasi antara tingkat stres, yang diukur dengan jumlah dan tingkat keparahan peristiwa


(51)

20

kehidupan dengan stres, dan karakteristik siklus, termasuk panjang selang, durasi berdarah, dan variabilitas dalam kedua hal tersebut.

Ada juga hipotesis lain yang mengatakan bahwa wanita dengan tingkat stres yang lebih tinggi akan lebih mungkin mengalami siklus yang tidak normal dan berhubungan dengan panjang fase folikuler dan panjang fase luteal. Ada kecenderungan non-signifikan bagi perempuan untuk melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi selama siklus oligomenorea dan jelas dibandingkan dengan siklus normal (Mansfield Et al, 2004).

Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan 27,63% ber-BMI obesitas.

Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado. Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden (76,7%).


(52)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus kehidupan. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Pematangan pertumbuhan dan perkembangan secara fisik ini meliputi berbagai organ salah satunya yaitu organ reproduksi. Kesehatan reproduksi pada tahap ini sangatlah penting karena berkaitan erat dengan fertilitas (Rakhmawati, 2012).

Jika tercapai pubertas (akil balik), maka terjadilah perubahan-perubahan pada ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun. Kejadian yang terpenting pada pubertas ialah haid atau menstruasi. Paling awal terjadinya pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disertai dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya. Hal ini lah yang disebut menstruasi (Sastrawinata, 2012).

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta fracture tulang. Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus menstruasi menggambarkan adanya perubahan hormon reproduksi. Pemendekan masa folikuler menyebab siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) berhubungan dengan penurunan kesuburan dan kegugguran, sedangkan pemanjangan siklus menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian anovulasi, invertilitas, dan keguguran. Siklus menstruasi dikatakan normal jika jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi berikutnya terjadi dengan selang waktu 21-35 hari.


(53)

2

Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stres, usia, dan penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus (Rakhmawati, 2012).

Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan 27,63% ber-BMI obesitas.

Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado. Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden (76,7%).

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sering sekali membuat mahasiswi merasa kesulitan dan berakhir dengan stres. Pada saat ini kemungkinan besar terjadi peningkatan jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) tahun masuk 2012 dengan masalah siklus menstruasi akibat stres yang berlebihan dalam mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 yang sedang menyusun dan mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012?


(54)

3

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Mengetahui tingkatan stres pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 2. Mengetahui siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Menambah wawasan tentang siklus menstruasi untuk pembaca. 2. Mengetahui masalah-masalah siklus menstruasi akibat stres.

3. Bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan stres dengan siklus menstruasi.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir.


(55)

ii

ABSTRAK

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta fracture tulang. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti stres, gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, usia, dan penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus. Stres cenderung semakin meningkat pada mahasiswa tahun akhir. Ini dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012.

Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012. Jumlah sampel sebanyak 180 orang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data tingkat stress dilakukan dengan pengisian kuesioner DASS 42 dan data siklus menstruasi diisi pada identitas responden.

Hasil penelitian dengan uji analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi, dengan nilai p=0,896 (p>0,05).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan stress dengan siklus menstruasi .


(56)

iii

ABSTRACT

Menstrual disorders is an important indicator that shows the function of the reproductive system disorders that may be associated with an increased risk of various diseases such as cervical and breast cancer, infertility and bone fracture. The menstrual cycle is influenced by shared factors such as stress, hormonal disorders, reproductive organ growth, nutritional status, age, and metabolic diseases such as diabetes mellitus. Stress tends to increase in the end of the year students. This can lead to disruption of the menstrual cycle. Therefore it is necessary to investigate the relationship of stress to the menstrual cycle student of the Faculty of Medicine at the University of North Sumatra entrance year of 2012.

This research is an analytical, cross-sectional study design. The study population is a student of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra registered in 2012. The total sample of 180 people selected with consecutive sampling technique. Stress level data collection is done by filling out the questionnaire DASS 42 and filled menstrual cycle data on the identity of the respondents.

The results of research to test Spearman analysis showed no relationship stress with the menstrual cycle, with a value of p = 0.896 (p> 0.05).

The conclusion in this study there was no association of stress with the menstrual cycle.


(57)

HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2012

Oleh :

Caterine Aprilia Manurung

120100158

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(58)

HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2012

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

Caterine Aprilia Manurung

120100158

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(59)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2012

Nama : Caterine Aprilia Manurung

NIM : 120100158

Pembimbing Penguji I

(dr.Dedi Ardinata, M.Kes) (dr.Edhie Djohan Utama, Sp.MK)

NIP: 196812271998021002 NIP: 130535845

Penguji II

(Dr. dr. Nazaruddin Umar, Sp.An, KNA).

NIP. 195107121981031002

Medan, Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(60)

ii

ABSTRAK

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta fracture tulang. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti stres, gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, usia, dan penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus. Stres cenderung semakin meningkat pada mahasiswa tahun akhir. Ini dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012.

Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012. Jumlah sampel sebanyak 180 orang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data tingkat stress dilakukan dengan pengisian kuesioner DASS 42 dan data siklus menstruasi diisi pada identitas responden.

Hasil penelitian dengan uji analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi, dengan nilai p=0,896 (p>0,05).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan stress dengan siklus menstruasi .


(61)

iii

ABSTRACT

Menstrual disorders is an important indicator that shows the function of the reproductive system disorders that may be associated with an increased risk of various diseases such as cervical and breast cancer, infertility and bone fracture. The menstrual cycle is influenced by shared factors such as stress, hormonal disorders, reproductive organ growth, nutritional status, age, and metabolic diseases such as diabetes mellitus. Stress tends to increase in the end of the year students. This can lead to disruption of the menstrual cycle. Therefore it is necessary to investigate the relationship of stress to the menstrual cycle student of the Faculty of Medicine at the University of North Sumatra entrance year of 2012.

This research is an analytical, cross-sectional study design. The study population is a student of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra registered in 2012. The total sample of 180 people selected with consecutive sampling technique. Stress level data collection is done by filling out the questionnaire DASS 42 and filled menstrual cycle data on the identity of the respondents.

The results of research to test Spearman analysis showed no relationship stress with the menstrual cycle, with a value of p = 0.896 (p> 0.05).

The conclusion in this study there was no association of stress with the menstrual cycle.


(1)

ABSTRACT

Menstrual disorders is an important indicator that shows the function of the reproductive system disorders that may be associated with an increased risk of various diseases such as cervical and breast cancer, infertility and bone fracture. The menstrual cycle is influenced by shared factors such as stress, hormonal disorders, reproductive organ growth, nutritional status, age, and metabolic diseases such as diabetes mellitus. Stress tends to increase in the end of the year students. This can lead to disruption of the menstrual cycle. Therefore it is necessary to investigate the relationship of stress to the menstrual cycle student of the Faculty of Medicine at the University of North Sumatra entrance year of 2012.

This research is an analytical, cross-sectional study design. The study population is a student of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra registered in 2012. The total sample of 180 people selected with consecutive sampling technique. Stress level data collection is done by filling out the questionnaire DASS 42 and filled menstrual cycle data on the identity of the respondents.

The results of research to test Spearman analysis showed no relationship stress with the menstrual cycle, with a value of p = 0.896 (p> 0.05).

The conclusion in this study there was no association of stress with the menstrual cycle.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012, yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan masukan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Edhie Djohan Utama, Sp.MK dan DR. dr. Nazaruddin Umar, Sp.An, KNA selaku dosen penguji yang memberikan masukan untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Staff pengajar Departemen Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memeberi pengajaran mengenai metodologi penelitian sehingga penulis memahami metode penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Ayah (P. Manurung), Ibu (N. Sidabutar), serta saudara kandung penulis (Jeriko Pangeran, Fenny Melida, Nikita Anju) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(3)

6. Staff Medical Education Unit FK USU, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Sahabat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( Septian H. Malau, Yolanda Sinaga, Ester Sinaga, Elisabet Pardede, Daniel Tambunan, Daman Manik) yang selalu mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Teman Kos 64 (Sepno Semsa, Resnita Simbolon, Mariance Harianja, Bunga Sona) yang selalu memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Kelompok kecil Oculi (dr. Fiora Purba) yang selalu mendukung dalam doa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran dari pembaca sebagai sarana evaluasi kedepannya.

Medan, 06 Desember 2015


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran ... vii

Daftar Tabel ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 2

1.3 . Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Stres ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Patofisiologi ... 4

2.1.3. Perubahan Hormon Akibat Stres ... 5

2.1.4. Sumber Stres ... 7

2.1.5. Gejala Stres ... 8

2.1.6. Tingkatan Respon Terhadap Stres ... 9

2.1.7. Tahapan Stres ... 9


(5)

2.2. Menstruasi ... 12

2.2.1. Siklus Menstruasi Normal ... 12

2.2.2. Kelainan Menstruasi... 15

2.2.3. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 21

3.1. Kerangka Konsep ... 21

3.2. Definisi Operasional... 21

3.3 Hipotesis ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi ... 30

5.2. Pembahasan ... 30

5.2.1. Tingkatan Stres ... 30

5.2.2. Siklus Menstruasi ... 31

5.2.3. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi ... 32


(6)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

DAFTAR LAMPIRAN ... 38

Lampiran 1 ... 38

Lampiran 2 ... 39

Lampiran 3 ... 40

DAFTAR TABEL ... 16

Tabel 2.1 Kelainan Menstruasi... 16

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 21

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 26

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche 27 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres 27 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi 28 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT ... 28

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkat Stres 29 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut IMT ... 29