Gambar 2.4.Tingkatan derajat skuamasi pada spektrum ketombe-dermatitis seboroik, a kerombe derajat ringan, b ketombe derajat sedang, c ketombe
derajat berat atau dermatitis seboroik.[sumber : Grimalt 2007]
2.1.5 Diagnosis diferensial
Diagnosis ketombe melalui keadaan klinis tidak begitu sulit namun ada beberapa peyakit pada kulit kepala dalam berbagai derajat yang hampir
menyerupai ketombe . Seperti yang tertera pada tabel berikut, Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Kelainan pada kulit kepala
[Sumber : Elewski 2005] Mycotic
Parasiti c
pedicul osis
capitis Inflamatory
psoriasis Dandruff
Seboroich dermatitis
Tinea Capitis
Age After
puberty Infancy-
after puberty
Children,,Occas ionally
adult most common
post- menopousal
woman School-
age Childre
n Any
Fluorescen ce
Wood’s lamp
NA NA
Occasionally M. canis, M.
adouinii, M. distortum,
M. ferrugineum all fluoresce
Yes nits
No
Pruritus Varies
Mild Occasionally
Severe Mild
Scalling Fine white
or gray Large,
greasy yellow
Variable Mild to dense
No Nits
may resemnl
e scales
Well demarcated
silver-gray
Inflamatio n
No Yes
May occur Only
with super
infectio n
Yes
Alopecia No
No Yes
No Occasionally
Adenopath y
No No
Cervical and
post-auricular Only
with superinf
ection,u sually
occypit al
Generally no
History Hair
washimh habbit
Reccurenc e
Exposure to
infected individuals and
animals Exposur
e Family
History
Other Respons
well to
over-the counter
shampoo Post-
Auricular region,
immunoco mpromise,
Neurologi c desease
Affects all
races, more
common in
children of
african and
Hispanic descent
More commo
n in
caucasi an
Nail pitting, onycholysis,
Non scalp
lession, rare on face.
2.2. Jilbab 2.2.1 Definisi Jilbab
Secara terminologi jilbab dimaknai sebagai kerudung lebar yang digunakan wanita muslimah untuk menutupi kepala dan leher hingga dada .
2.2.2 Jilbab di Indonesia
Di kalangan perempuan Indonesia, penggunaan jilbab telah menjadi fenomena yang baru dalam kaitannya dengan cara berpakaian perempuan
muslim.Keadaan ini berbeda jika dilihat dari perkembangan dan keberadaan perempuan muslim pada periode sebelumnya.Seperti yang terjadi pada era-80
an, dimana penggunaan jilbab hanya sebatas simbol keagamaan dari sebagian kelompok perkumpulan saja. Jilbab hanya dikenakan pada acara – acara
kebesaran Islam, dan perbincangan tentang jilbab tidak didukung oleh negara. Penggunaan jilbab dikritik sebagai pengaruh dari budaya Arab yang masuk ke
Indonesia, bukan budaya islam yang berkembang di Indonesia. Negara melarang siswi dan pekerja wanita pada kantor pemerintahan menggunakan
jilbab.Namun,sejalan dengan perubahan sosial yang ada, keberadaan penggunaan jilbab di awal tahun 2000 menjadi hal yang umum dan bukan lagi
menjadi milik kelompok sosial tertentu. Pemakaian jilbab sudah lebih bebas dan perbincangan mengenai jilbab sudah menyatu dengan kebudayaan dan juga era
globalisasi sehingga menghasilkan trend modern yaitu jilbab dengan berbagai kreasi dan variasi Budiastuti, 2012.
2.3 Pemakaian jilbab dan Kejadian Ketombe
Hubungan Ketombe dan pemakaian jilbab mengacu pada pertumbuhan Malassezia sp., yang tumbuh secara baik pada media lembab dan lingkungan
kaya keringat. Pengeluaran keringat dari tubuh dipengaruhi oleh pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Pengeluaran panas dari tubuh dapat terjadi melalui mekanisme :
1. Radiasi
Radiasi adalah pengeluaran energi panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang
panas .Tubuh manusia memancarkan dan menyerap energi radiasi. Sehingga ketika panas dalam tubuh lebih besar daripada panas
lingkungan, energi panas dapat dikeluarkan melalui radiasi.
2. Konduksi
Konduksi adalah pemindahan panas antara benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dimana panas
mengalir menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke
molekul yang menimbulkan gerakan vibrasi. Gerakan vibrasi inilah yang akan menimbulkan panas.
3. Konveksi
Kehilangan panas akibat konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara. Sewaktu tubuh kehilangan panas
melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat.
4. Evaporasi
Pengeluaran panas akibat Evaporasi terjadi saat panas lingkungan melebihi panas dari tubuh.Sehingga tubuh akan berkeringat sebagai
kompensasi pengeluaran
panas melalui
metode Evaporasi
Penguapan.Sheerwood 2007 Pengeluaran panas dari dalam tubuh dipengaruhi oleh penggunaan baju yang
menutupi permukaan tubuh.
Efek Penggunaan baju pada pengeluaran panas melalui metode konduktif
Penggunaan baju menyebabkan udara panas tertahan pada serat baju, sehingga akan meningkatkan ketebalan “private zone” pada udara panas yang
berdekatan dengan kulit dan juga menurunkan aliran udara untuk menggantikan udara panas pada kulit. Sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui teori