Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dika Asrika Asrul

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 29 November 1994

Agama : Islam

Alamat : Jln.Raya Medan Tenggara No.359 Medan

Riwayat Pendidikan :

1.Sekolah Dasar Negeri 064028 Kota Medan 2001-2007

2.Sekolah menengah Pertama Negeri 6 Kota Medan 2007-2009

3.Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan 2009-2012


(2)

Riwayat Pelatihan, Seminar, dan Simposium :

1. Manajemen mahasiswa Baru “be an Excelent be a 7 Stars Doctors” (2012)

2. Seminar dan workshop “Vital Sign, essential skills for general practitioner”(2012)

Riwayat Organisasi :


(3)

-LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya, Dika Asrika Asrul, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Sehubungan dengan ini saya mohon izin kepada Saudari :

Nama Mahasiswi:

Untuk pendataan mengenai kondisi kesehatan dan mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil dari penelitian ini tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Jika anda bersedia, maka saya mengharapkan anda menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan ini dan mengisi kuesioner yang telah dilampirkan bersama dengan lembar penjelasan ini.

Atas perhatian dan kerjasama anda saya ucapkan terimakasih.

Medan,...2015 Hormat saya

Penulis


(4)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Stambuk :

Dengan ini menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang dilakukan oleh,

Nama : Dika Asrika Asrul

Judul : Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015

Instansi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan,...2015

( ) Nama dan Tanda Tangan Responden


(5)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEBIASAAN PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP KEJADIAN KETOMBE PADA MAHASISWI FAKULTAS

KEDOKTERAM SUMATERA UTARA TAHUN 2015

I. Identitas Responden Nama :

Umur : Alamat : Stambuk : No.HP :

II. Pertanyaan Penelitian

1. Saya menemukan sisik putih berbentuk bulat kecil atau serpihan setelah menggaruk kulit kepala saya

a.ya b.tidak

2. Saya memiliki sisik putih tipis berbentuk bulat kecil atau serpihan pada baju

a.ya b.tidak

3. Saya memiliki sisik putih tipis berbentuk bulat kecil atau serpihan pada rambut saya

a.ya b.tidak

4. Saya memiliki sisik putih atau kuning tebal berbentuk bulat kecil atau lebih besar selain pada kulit kepala saya (apabila jawaban anda setuju sebutkan di daerah mana)

a.ya (pada : ) b.tidak

5. Lama Penggunaan Jilbab dalam satu hari a.>12 jam

b< 12 jam

6. Warna jilbab yang dominan digunakan a.Gelap


(6)

7. Jumlah lapis jilbab a.>1 lapis

b.1 lapis

8. Kebiasaan menggunakan dalaman jilbab a.memakai dalaman jilbab

b.tidak memakai dalaman jilbab

9. Saya mengeringkan rambut saat basah terlebih dahulu sebelum menggunakan jilbab

a.ya b.tidak


(7)

(8)

DATA INDUK

No Kode Umur Stambuk Ketombe Lama

penggu naan Warna domina n Jumlah lapisan Dalaman jilbab 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 AAA AAB AAC AAD AAE AAF AAG AAH AAI AAJ AAK AAL AAM AAN AAO AAP AAQ AAR AAS AAT AAU AAV AAW AAX AAY AAZ BBA BBB BBC 22 22 20 21 21 20 20 20 20 21 20 20 19 20 21 21 18 18 20 21 20 21 21 20 21 21 24 21 21 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2012 2013 2015 2015 2013 2015 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 tidakketombe tidakketombe ketombe tidakketombe tidakketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe <12jam >12jam <12jam <12jam >12jam <12jam <12jam >12jam <12jam >12jam <12jam <12jam >12jam >12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam >12jam >12jam <12jam <12jam >12jam <12jam >12jam <12jam <12jam <12jam gelap gelap terang gelap terang terang terang terang terang gelap terang gelap gelap gelap gelap gelap terang terang terang gelap terang terang gelap terang gelap gelap terang gelap gelap 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis memakai memakai memakai tidak tidak tidak memakai tidak memakai memakai tidak tidak memakai tidak tidak memakai tidak memakai tidak memakai tidak tidak tidak memakai tidak tidak memakai tidak memakai


(9)

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 BBD BBE BBF BBG BBH BBI BBJ BBK BBL BBM BBN BBO BBP BBQ BBR BBS BBT BBU BBV BBW BBX BBY BBZ CCA CCB CCC CCD CCE CCF CCG CCH CCI CCJ 20 20 19 21 21 20 21 21 19 22 20 19 21 20 22 22 21 20 22 22 21 21 21 20 20 21 21 20 20 21 20 21 22 2012 2013 2013 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 ketombe tidakketombe tidakketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe ketombe tidakketombe tidakketombe ketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam >12jam <12jam >12jam <12jam <12jam <12jam >12jam <12jam >12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam >12jam <12jam >12jam >12jam <12jam <12jam >12jam >12jam >12jam gelap gelap terang terang terang terang gelap gelap terang terang terang terang gelap gelap gelap gelap gelap gelap terang terang gelap gelap gelap terang terang terang gelap gelap gelap gelap gelap gelap gelap 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis tidak tidak tidak memakai tidak tidak tidak memakai memakai memakai tidak tidak tidak tidak tidak memakai tidak memakai memakai memakai tidak tidak memakai tidak memakai tidak tidak tidak tidak memakai tidak memakai tidak


(10)

63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 CCK CCL CCM CCN CCO CCP CCQ CCR CCS CCT CCU CCV CCW CCX CCY CCZ DDA DDB DDC DDD DDE DDF DDG DDH DDI DDJ DDK DDL DDM DDN DDO 20 18 18 19 18 19 19 19 19 17 18 18 19 20 20 20 21 21 22 21 21 21 19 19 19 22 20 21 20 20 20 2012 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2014 2014 2012 2013 2012 2012 2013 2013 tidakketombe ketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe ketombe ketombe ketombe ketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe tidakketombe ketombe ketombe <12jam >12jam <12jam >12jam >12jam <12jam <12jam <12jam <12jam >12jam <12jam <12jam <12jam >12jam >12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam >12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam <12jam terang gelap gelap terang gelap gelap gelap gelap gelap terang terang gelap gelap terang gelap gelap gelap terang gelap gelap gelap gelap terang gelap gelap gelap terang terang terang gelap gelap 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis >1 lapis >1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis >1 lapis >1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis 1 lapis tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak memakai memakai memakai tidak tidak tidak memakai tidak tidak tidak tidak memakai memakai tidak tidak tidak tidak tidak


(11)

HASIL UJI STATISTIK

ketombe * lamapenggunaan Crosstabulation

lamapenggunaan

Total >12jam <12jam

ketombe ketombe Count 15 35 50 % within ketombe 30,0% 70,0% 100,0% tidakketombe Count 12 31 43 % within ketombe 27,9% 72,1% 100,0%

Total Count 27 66 93

% within ketombe 29,0% 71,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,049a 1 ,825

Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,049 1 ,824

Fisher's Exact Test 1,000 ,504

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,48. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,107

ln(Estimate) ,102

Std. Error of ln(Estimate) ,459

Asymp. Sig. (2-sided) ,825

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,450 Upper Bound 2,723 ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -,798 Upper Bound 1,002


(12)

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

ketombe * warnadominan Crosstabulation

warnadominan

Total gelap terang

ketombe ketombe Count 31 19 50 % within ketombe 62,0% 38,0% 100,0% tidakketombe Count 25 18 43 % within ketombe 58,1% 41,9% 100,0%

Total Count 56 37 93

% within ketombe 60,2% 39,8% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,144a 1 ,705

Continuity Correctionb ,028 1 ,868 Likelihood Ratio ,144 1 ,705

Fisher's Exact Test ,832 ,433

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,11. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,175

ln(Estimate) ,161

Std. Error of ln(Estimate) ,425

Asymp. Sig. (2-sided) ,705

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,511 Upper Bound 2,701 ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -,672 Upper Bound ,994


(13)

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

ketombe * jumlahlapisan Crosstabulation

jumlahlapisan

Total >1 lapis 1 lapis

ketombe ketombe Count 13 37 50 % within ketombe 26,0% 74,0% 100,0% tidakketombe Count 8 35 43 % within ketombe 18,6% 81,4% 100,0%

Total Count 21 72 93

% within ketombe 22,6% 77,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,723a 1 ,395

Continuity Correctionb ,362 1 ,547 Likelihood Ratio ,730 1 ,393

Fisher's Exact Test ,461 ,275

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,71. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,537

ln(Estimate) ,430

Std. Error of ln(Estimate) ,507

Asymp. Sig. (2-sided) ,397

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,469 Upper Bound 4,156 ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -,565 Upper Bound 1,425


(14)

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

ketombe * dalamanjilbab Crosstabulation

dalamanjilbab

Total memakaidalama

njilbab

tidakmemakaida lamanjilbab

ketombe ketombe Count 18 32 50

% within ketombe 36,0% 64,0% 100,0%

tidakketombe Count 13 30 43

% within ketombe 30,2% 69,8% 100,0%

Total Count 31 62 93

% within ketombe 33,3% 66,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,346a 1 ,556

Continuity Correctionb ,135 1 ,713 Likelihood Ratio ,347 1 ,556

Fisher's Exact Test ,660 ,357

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,33. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,298

ln(Estimate) ,261

Std. Error of ln(Estimate) ,444

Asymp. Sig. (2-sided) ,557

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,544 Upper Bound 3,099 ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -,609 Upper Bound 1,131 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(15)

ketombe * mengeringkan rambut Crosstabulation

mengeringkan rambut

Total ya tidak

ketombe ketombe Count 44 6 50 Expected Count 43,5 6,5 50,0 tidakketombe Count 37 6 43 Expected Count 37,5 5,5 43,0

Total Count 81 12 93

Expected Count 81,0 12,0 93,0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square ,079a 1 ,779

Continuity Correctionb ,000 1 1,000 Likelihood Ratio ,078 1 ,780

Fisher's Exact Test 1,000 ,510

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,55. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,189

ln(Estimate) ,173

Std. Error of ln(Estimate) ,619

Asymp. Sig. (2-sided) ,780

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,354 Upper Bound 4,000 ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -1,040 Upper Bound 1,386 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(16)

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 1 1,1 1,1 1,1

18 7 7,5 7,5 8,6

19 13 14,0 14,0 22,6

20 30 32,3 32,3 54,8

21 31 33,3 33,3 88,2

22 10 10,8 10,8 98,9

24 1 1,1 1,1 100,0

Total 93 100,0 100,0

stambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2012 64 68,8 68,8 68,8

2013 12 12,9 12,9 81,7 2014 10 10,8 10,8 92,5

2015 7 7,5 7,5 100,0

Total 93 100,0 100,0

ketombe

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid ketombe 50 53,8 53,8 53,8

tidakketombe 43 46,2 46,2 100,0 Total 93 100,0 100,0


(17)

Daftar Pustaka

Budiastuti., 2012. Jilbab dalam Perspektif Sosiologi.Fakultas Sosiologi Universitas Indonesia, Jakarta: 1-28

Badan Pusat Statistik,2010.Penduduk menurut wilayah dan agama yang di anut. Avaiable from http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321 . [Accesed 18 Mei 2015]

Clavaud, Cécile., 2013. Dandruff is Associated with Disequilibrium in the Propostion of the Major Bacterial and Fungal Populations Colonizing the Scalp.PloS ONE, 8(3)

Gaitani, Georgios., Magiatis, Prokopios.,Hantschke, Markus.,Bassukas, Ioanis.D.,Velegraki, Aristea., 2012.The Malassezia Genus in Skin andystemic Disease.Clinical Microbiology Journal.(25): 106-141

Grimalt, Ramon., 2007. A Practical Guide to Scalp Disorder. Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceedings.(12): 10-14

Piérard-Franchimont, C., Xhauflaire-Uhoda, E., Piérard, G.E., 2006.Revisiting Dandrufff. International Journal of Cosmetic Science (28): 311-318

Ranganathan, S., Mukodphay, T., 2010.Dandruff: The Most Commercially Exploited Skin Desease.Indian Journal of Dermatology 55(2): 130-134

Haustein, U.F., Nenoff, P., 2013.Antidandruff. in Elners, P., Merk, H.F., Maibach, H.I.,(eds).2013.Cosmetics: Controlled Efficacy Studies and Regulation,New York:Springer: 140-150


(18)

Schwartz, James.R.,et al, 2013.A Comprehensive Pathophysiology of Dandruff and Seborrheic Dermatitis a More Precise Definition of Scalp Health. Acta Derm Venereol (93): 131–137

Sheerwood, Lauralee., 2007. Human Physiology : From Cell to System 6th Ed.Singapore : 701-722

Sinaga, Rejeki .S ., 2012. Uji Banding Efektivitas Perasa Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC) dengan Zinc Phyrithion 1% terhadap Pertembuhan Pityrosporum Ovale Pada Penderita Berketombe.Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang : 1

Tania, Inggrid., 2012. Formulasi, Uji Stabilitas Fisik dan Uji Manfaat Shampoo Mikroemulsi Minyak Biji Mimba pada Ketombe Derajat Ringan – Sedang.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok : 1-2

Turner, G.A., Hoptroff, M., Harding, C.R., 2012. Stratum Corneum dysfunction in Dandruff.International Journal of Cosmetic Science (34) : 298-306

Thomas, L.,Dawson, Jr., 2007. Malassezia Globosa and restrica: Breakthrough Understanding of the Etiology and Treatment of Dandruff and seborrheic Dermatitis through Whole-Genome Analysis. Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceeding (12) : 15-19

Vashti, Mada.A., 2014. Faktor Risiko Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe Pada Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta : 27-28


(19)

Zahra, S., 2011. Hubungan Penggunaan Jilbab dengan Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas kedokteran UNS. Avaiable from : http://fk.uns.ac.id/index.php/abstrakskripsi/baca/144 . [Accessed 11 Mei 2015].

Zhu, Chunhong., Takatera, Masayuki., 2012. Change of Temperature of Cotton and Polyester Fabrics in Wetting and Drying Process.Journal of Fiber Bioenginering & Informatics 5 (4) : 433-446


(20)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur

Variabel Independen a.Penggunaan jilbab per-hari

Lama responden menggunak an jilbab per-hari (dilaporkan dalam jam)

Kuesioner Pengisian kuesioner

0. >12 jam 1. <12 jam

Nominal Kebiasaan

Penggunaan Jilbab :  Penggunaan

Jilbab per-hari  Warna Jilbab  Jumlah

Lapisan Jilbab  Penggunaan

Dalaman Jilbab


(21)

b.Warna Jilbab Warna jilbab yang dominan digunakan responden

Kuesioner Pengisian Kuesioner 0. Gelap 1. Terang Nominal c.Jumlah lapisan jilbab Jumlah lapisan jilbab yang dominan digunakan responden

Kuesioner Pengisian Kuesioner

0. >1 lapis 1. 1 lapis

Nominal

d.Dalaman Jilbab

Dalaman jilbab yang dominan digunakan responden

Kuesioner Pengisian Kuesioner 0. Memakai Dalaman 1. Tidak memakai dalaman Nominal Variabel dependen a.Dependen Ketombe

Sisik putih tipis

berbentuk bulat atau serpihan yang terdapat pada kulit kepala atau rambut

Kuesioner Pengisian Kuesioner

0. Ketombe 1. Tidak

Ketombe


(22)

3.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara kebiasaan penggunaan jilbab terhadap kejadian ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015.


(23)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan studi Cross- Sectional untuk melihati hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan pertimbangan mayoritas mahasiswi muslim telah menggunakan jilbab, dan belum ada penelitian tentang ini sebelumnya.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Juli 2015 hingga September 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengenakan jilbab .

4.3.2 Sampe Penelitian

Sampel adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012-2015 dengan usia 17-25 tahun yang mengenakan jilbab dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.


(24)

a. Kriteria inklusi

1. Mahasiswi yang mengenakan jilbab berusia 17-25 tahun 2.Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Kriteria eksklusi

1. Memiliki penyakit immunodefisiensi 2. Memiliki penyakit psoriasis

3. Tidak dapat berbahasa Indonesia

Tehnik pengambilan pada penelitan ini dilakukan dengan cara purposive sampling dan penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sample untuk data analitik kategorik tidak berpasangan (independen), yaitu :

n1= n2 = jumlah sample

Zα = derivat baku alpha 95% ( 1,96) Z Q = derivat baku beta (0,84)

P1 = proporsi efek yang yang diteliti

P2 = proporsi efek pada kelomok yang telah diketahui nilainya Q1 = 1-P1

Q2 = 2-Q2

P = proporsi total 1 2(P1+P2)

Q =1-P

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,2)

Berdasarkan rumus yang telah dipaparkan, maka total sampel penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :

N1=N2= ( , ( , , ) , ( , , , , )

( , , ) = 93


(25)

4.4 Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder . Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner.Sebelum kuesioner dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap 20 responden .

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui pencatatan dokumen dari administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5 Pengolahan dan analisis data

Analisis data penelitian ini terdiri dari analisis univariat yaitu melakukan analisis data berdasarkan distribusi frekuensi data terhadap variabel independen dan dependen. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat , yaitu melakukan analisis statistik dengan ,menggunakan uji chi square pada taraf nyata 95% (p<0,05) untuk mengetahui hubungan kebiasaan pemakai dan jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(26)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berlokasi di jl.Dr.T Mansur no.5, Kampus USU.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dengan metode purposive sampling, didapatkan 93 responden yaitu mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012-2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasaran Umur

No Umur (Tahun) Jumlah(Orang) Persentase

1. 17 1 1,1

2. 18 7 7,5

3. 19 13 14,0

4. 20 30 32,2

5. 21 31 33,3

6. 22 10 10,8

7. 24 1 1,1

Total 93 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada umur 21 yaitu sebanyak 31 orang (33,3%) dan umur 20 sebanyak 30 orang (32,2 %).Kelompok responden paling sedikit berada pada umur 17 tahun yaitu


(27)

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Stambuk

No Stambuk Jumlah(Orang) Persentase

1. 2012 64 68,8

2. 2013 12 12,9

3. 2014 10 10,8

4. 2015 7 7,5

Total 93 100

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berasal dari stambuk 2012 sebanyak 64 orang (68,8%) . Kelompok responden paling sedikit berasal dari stambuk 2015 yaitu berjumlah 7 orang (7,5 %).

5.1.3. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Sebelum dibagikan, dilakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner terhadap 30 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.3.1 Uji Validitas

Butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Dengan menggunakan responden yang berjumlah 30, maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui rabel r product moment pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, jadi 30-2 = 28 maka r tabel = 0,312.

5.1.3.2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpha > 0,60 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Pada pengujian Reabilitas didapati Cronbach’s Alpha adalah 0,873 maka kuesioner reliabel.


(28)

5.1.4. Hasil Analisis Data

a. Angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4. Angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

n (%)

Ketombe 50 53,8

tidakketombe 43 46,2

Total 93 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang menderita ketombe berjumlah 50 orang (53%). Sedangkan responden yang tidak menderita ketpmbe sebanyak 43 orang (46,2%).

b. Analisis Hubungan Antara Lama Penggunaan Jilbab dalam satu hari terhadap Kejadian Ketombe

Tabel 5.5. Hubungan Lama Pemakaian Jilbab dalam saru hari terhadap Kejadian Ketombe

Lama penggunaan

>12 jam <12 jam Total

(n) (%) (n) (%) (n) (%) p value Ketombe 15 30 35 70 50 100 0,825 tidak ketombe 12 27,9 31 72,1 43 100

Total 27 29,0 66 71,0 93 100

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan jilbab <12 jam dalam satu hari berjumlah 66 orang (71,0 %) dan responden yang

Tabel 5.3. Uji Reabilitas Kuesioner Cronbach's

Alpha

N of Items


(29)

menggunakan jilbab >12 jam dalam satu hari berjumlah 27 orang (29,0 %). Angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan jilbab < 12 jam dalam satu hari adalah 35 orang (70 %) sedangkan angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan jilbab >12 jam dalam satu hari adalah 15 orang (30%).

Beradasarkan uji statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p (nilai signifikansi) > 0,05 (0,825) (CI 95%). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara lama penggunaan jilbab dalam satu hari terhadap kejadian ketombe.

Hasil odds ratio yang didapat dari uji statistik adalah 1,000 dengan interval kepercayaan 95% sebesar 0,450 – 2,723.Sehingga 1,000 termasuk dalam interval kepercayaan, maka dapat dikatakan faktor resiko tidak bermakna sehingga mendukung kesimpulan lama penggunaan jilbab dalam satu hari tidak berpengaruh terhadap kejadian ketombe.

c. Analisis Hubungan Antara Warna Dominan Jilbab digunakan terhadap Kejadian Ketombe

Tabel 5.6. Hubungan Warna Dominan Jilbab yang digunakan terhadap kejadian Ketombe

Lama penggunaan

gelap terang Total

(n) (%) (n) (%) (n) (%) p value Ketombe 31 62 19 38 50 100 0,705 tidak ketombe 25 58,1 18 41,9 43 100

Total 56 60,2 37 39,8 93 100

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan jilbab dengan warna dominan gelap berujumlah 56 orang (60,2%) dan responden yang menggunakan warna dominan terang berjumlah 37 orang (39,8%). Angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan warna


(30)

dominan gelap adalah 31 orang (62,0 %) dan angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan warna dominan terang adalah 19 orang (38,0 %).

Berdasarkan uji chi-square didapati nilai p (nilai signifikansi) > 0,05 (0,705)(CI 95%). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antar warna dominan jilbab yang digunakan terhadap kejadian ketombe.

Hadil odds ratio yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0,832 dengan interval kepercayaan 95 % sebesar 0,511-2,701. Sehingga 0,832 termasuk dalam interval kepercayaan , maka dapat dikatakan faktor resiko tidak bermakna sehingga mendukung kesimpulan warna dominan jilbab yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kejadian ketombe

d. Analisis Hubungan Antara Jumlah Lapisan Jilbab yang digunakan dengan Kejadian Ketombe

Tabel. 5.7. Hubungan Antara Jumlah Lapisan Jilbab yang digunakan dengan Kejadian Ketombe

Lama penggunaan

>1 lapis 1 lapis Total

(n) (%) (n) (%) (n) (%) p value Ketombe 13 26 37 74 50 100 0,395 tidak ketombe 8 18,6 35 81,4 43 100

Total 21 22,6 72 77,4 93 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan jilbab >1 lapis berjumlah 21 orang (22,6%) dan responden yang menggunakan jilbab 1 lapis berjumlah 71 orang (77,4 %). Angka kejadian ketombe pada responden menggunakan jilbab >1 lapis adalah 13 orang (26,0 %) dan angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan jilbab 1 lapis adalah 37 orang (74,0%).


(31)

Berdasarkan uji chi-square didapati nilai p (nilai signifikansi) > 0,05 (0,395)(CI 95%). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara jumlah lapisan yang digunakan terhadap kejadian ketombe.

Hadil odds ratio yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0,461 dengan interval kepercayaan 95 % sebesar 0,469-4,156. Sehingga termasuk dalam interval kepercayaan , maka dapat dikatakan faktor resiko tidak bermakna sehingga mendukung kesimpulan jumlah lapisan jilbab yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kejadian ketombe

e. Analisis Hubungan Penggunaan Dalaman Jilbab dengan Kejadian Ketombe

5.8 Hubungan Penggunaan Dalaman Jilbab dengan Kejadian Ketombe Pemakaian dalaman jilbab

Ya Tidak Total

(n) (%) (n) (%) (n) (%) p value Ketombe 18 36 32 64 50 100 0,346 tidak ketombe 13 30,2 30 69,8 43 100

Total 31 33,3 62 66,7 93 100

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan dalaman jilbab berjumlah 31 orang (33,3%) dan responden yang tidak menggunakan dalaman jilbab berjumlah 62 orang (66,7%). Angka kejadian ketombe pada responden yang menggunakan dalaman jilbab adalah 18 orang (36,0 %) dan angka kejadian ketombe pada responden yang tidak menggunakan dalaman jilbab adalah 30 orang (64,0 %).

Berdasarkan uji chi-square didapati nilai p (nilai signifikansi) > 0,05 (0,346)(CI 95%). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara penggunaan dalaman jilbab terhadap kejadian ketombe.


(32)

Hadil odds ratio yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0,660 dengan interval kepercayaan 95 % sebesar 0,544-3,099. Sehingga 0,660 termasuk dalam interval kepercayaan , maka dapat dikatakan faktor resiko tidak bermakna sehingga mendukung kesimpulan penggunaan dalaman jilbab tidak berpengaruh terhadap kejadian ketombe

e. Analisis Hubungan Kebiasaan Mengeringkan Rambut sebelum Memakai Jilbab dengan Kejadian Ketombe

5.9 Hubungan Kebiasaan Mengeringkan Rambut sebelum Memakai Jilbab dengan Kejadian Ketombe

Pemakaian dalaman jilbab Ya Tidak Total

(n) (%) (n) (%) (n) (%) p value Ketombe 44 43,5 6 6,6 50 100 1,000 tidak ketombe 37 37,5 6 5,5 43 100

Total 81 81,0 12 12,0 93 100

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa responden yang mengeringkan rambut sebelum memakai jilbab berjumlah 81 orang (81,0%) dan responden yang tidak mengeringkan rambut sebelummenggunakan jilbab berjumlah 12 orang (12,0%). Angka kejadian ketombe pada responden yang mengeringkan rambut sebelum menggunakan jilbab 44 orang (43,5 %) dan angka kejadian ketombe pada responden yang tidak mengeringkan rambut sebelum menggunakan jilbab adalah 6 orang (6,5%).

Berdasarkan uji chi-square didapati nilai p (nilai signifikansi) > 0,05 (1,000)(CI 95%). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara penggunaan dalaman jilbab terhadap kejadian ketombe.

Hadil odds ratio yang didapatkan dari penelitian ini adalah 0,779 dengan interval kepercayaan 95 % sebesar 0,345-4,000. Sehingga 0,779 termasuk dalam interval kepercayaan , maka dapat dikatakan faktor resiko tidak bermakna sehingga mendukung kesimpulan kebiasaan mengeringkan rambut sebelum memakai jilbab tidak berpengaruh terhadap kejadian ketombe.


(33)

5.2. Pembahasan

Pitiriasis Kapitis atau dandruff atau ketombe merupakan suatu kelainan pada kulit kepala yang ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala (scalp) berwarna putih atau abu-abu yang tersebar pada rambut.

Pertumbuhan ketombe sendiri didasari oleh tiga faktor, yaitu kolonisasi Malassezia.sp, peningkatan produksi sebum dan faktor predisposisi pada individu. (Clavaud, et al.,2013; Schwartz,2013).

Ketombe didapati pada 50% populasi global pasca-pubertas dan remaja, ketombe juga dapat mengenai semua etnis dan jenis kelamin,namun jarang ditemukan pada anak-anak, jikapun ada biasanya dalam bentuk yang ringan .Tingkat keparahan ketombe dipengaruhi oleh usia terutama masa pubertas dan usia menengah (mencapai pada usia 20 tahun) dan jarang terjadi pada usia 50 tahun. (Haustein and Nenoff 2013)

hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana didapati penderita ketombe berusia 17-24 tahun.

Pertumbuhan ketombe sendiri dapat dipicu oleh meningkatnya kelembaban pada kulit kepala dan meningkatnya aktivitas kelenjar sebum. Dan berdasarkan salah satu penelitian mengenai hubungan pemakaian jilbab dengan kejadian ketombe didapati peningkatan risiko kejadian ketombe sebesar 7,57 kali pada mahasiswi yang menggunakan jilbab dan yang tidak menggunakan jilbab (Zahra, 2011).Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vashti (2014) yang mendapati beberapa faktor resiko dalam pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe yaitu , jumlah lapisan jilbab yang digunakan, warna jilbab dan penggunaan ciput( dalaman jilbab).

Walaupun demikian, peneliti mendapatkan hasil statistik yang menggambarkan tidak adanya hubungan antara kebiasaan dalam pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe. Penyebab tidak adanya hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada penelitian ini adalah pemakaian jilbab bukanlah satu-satunya faktor dalam menyebabkan ketombe.


(34)

Salah satu faktor dalam perkembangan ketombe ialah kerentanan individu.. Diduga hal ini disebabkan karena perbedaan dari fungsi barrier stratum korneum, perbedaan respon imun dari protein dan polisakarida yang berasal dari Malassezia sp. dari setiap individu (Thomas and dawson, 2007).

Selain itu faktor higienitas juga berpengaruh dimana membersihkan rambut secara rutin dapat mencegah terjadinya ketombe.Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah aktivitas fisik setiap individu. Dimana aktivitas yang berat dapat memicu produksi sebum yang lebih banyak sehingga meningkatkan kejadian ketombe dan individu dengan pekerjaan harian yang ringan memiliki produksi sebum yang lebih sedikit.

Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat yang paling baik adalah desain cohort dimana pengamatan dan follow up dilakukan sampai periode tertentu di masa depan untuk melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti, sedangkan penelitian ini menggunakan desain cross sectional dimana pengamatan dan pengambilan data hanya dilakukan pada satu waktu saja sehingga sulit untuk menentukan hubungan sebab akibat.

Walaupun dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe, tetapi berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti terdapat hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lagi dalam pelaksanaannya mengatasi masalah-masalah yang ada di kemukakan diatas terutama mengenai faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan ketombe dan desain penelitian yang lebih baik agar didapatkan hasil yang lebih valid dan reliable.


(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Didapati angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebesar 53%

2. Tidak didapati adanya hubungan antara kebiasaan mengeringkan rambut sebelum menggunakan jilbab erhadap kejadian ketombe dengan p value : 1,000

3. Tidak didapati adanya hubungan antara lama penggunaan jilbab dalam satu hari terhadap kejadian ketombe dengan p value : 0,825

4. Tidak didapati adanya hubungan antara warna jilbab yang dominan digunakan terhadap kejadian ketombe dengan p value : 0,705

5. Tidak didapati adanya hubungan antara jumlah lapisan jilbab yang digunakan terhadap kejadian ketombe dengan p value : 0,395

6. Tidak didapati adanya hubungan antara penggunaan dalaman jilbab terhadap kejadian ketombe dengan p value : 0,346


(36)

6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah : 1. Perlu dilaksanakan penelitian yang memperdalam lebih

jauh topik mengenai kebiasaan pemakaian jilbab dan kejadian ketombe dengan cakupan jumlah responden dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi.

2. Banyak faktor resiko yang mempengaruhi kejadian ketombe. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan lebih banyak penelitian yang meneliti faktor resiko lain seperti higienitas dan aktivitas fisik individu,

3. Penelitian dalam topik ini lebih baik dilakukan dengan desain cohort study (studi prospektif) agar hasil lebih valid dan reliabel.


(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketombe 2.1.1 Definisi

Pitiriasis Kapitis atau dandruff atau Ketombe merupakan suatu kelainan yang ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala (scalp) berwarna putih atau abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat disertai rasa gatal, dengan atau sedikit disertai tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika. Tanda-tanda tersebut terjadi akibat adanya perubahan pada stratum korneum yang menunjukkan terganggunya kohesi corneocyte dan hiperproliferasi sel. (Clavaud, et,al.,2013; Schwartz,2013).Adanya ketombe dapat menyebabkan rasa tertekan secara psikis gangguan estetika atau kosmetik dan keluhan rasa gatal yang menyertainya. Ketombe dapat menyebabkan rasa malu,khawatir,tidak nyaman bahkan tidak jarang mengganggu kualitas hidup dan mempengaruhi kehidupan sosial penderitanya.(Pierard-Franchimont, 2006; Chen, et.al, dalam Inggrid 2012) Ketombe umunya sulit dibedakan dengan dermatitis seboroik, namun bila didapati adanya inflamasi dan skuamasi diluar kulit kepala, seperti wajah , lipatan nasolabial, daerah retroaurikular, kanalis auditorius, dahi, alis mata dan badan bagian atas diagnosis ketombe dapat disingkirkan.Secara klinis telah disimpulkan bahwa ketombe adalah bentuk ringan dari dermatitis seboroik, dimana pada ketombe dijumpai inflamasi secara minimal dan subklinis.(Ranganathan dan Mukhopadhyay 2010; Elewski 2005).


(38)

2.1.2 Etiologi

1. Aktifitas Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea merupakan tipe kelenjar holokrin yang terdapat pada dermis yang mensekresikan sebum menuju folikel rambut, aktivitas kelenjar ini berhubungan dengan peningkatan kejadian ketombe pada usia remaja dan dewasa muda dan menurun pada umur lebih dari 50 tahun.Ketombe dapat muncul pada kulit kepala yang kaya akan sebum. Trigliserida dan ester yang merupakan komponen dari sebum yang akan dipecah mikroflora menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas.Asam lemak bebas akan memulai respon iritan, termasuk hiperproliferasi dari kulit kepala.Pemecahan dari sebum menjadi bahan iritatif menunjukkan bahwa sebum bukan merupakan penyebab primer dari ketombe.Ketombe dapat ditemukan pada kulit kepala yang terdiri dari banyak sebum atau tidak hal ini juga menunjukkan bahwa sebum bukan merupakan penyebab primer ketombe.

2. Metabolisme Mikroflora

Pada kulit manusia terdapat flora normal seperti yang ditemukan pada organ tubuh lain.Salah satu flora normal pada kulit adalah Malassezia sp. yang amat berperan pada kelainan yang terjadi pada kulit kepala salah satunya ketombe.Malassezia sp. menimbukan kelainan apabia jumlahnya berlebih.Ketika jumlahnya normal, Malassezia sp. hanya menjadijamur komensal.Malssezia banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang panas dan lembab.

Terdapat dua klasifikasi Malassezia sp , yaitu lipid dependent dan non-lipid dependent. Lipid dependent diantaranya adalah, M.Globosa, M.Restritica, M.Furfur, M.Obtusa, M.Slooffiae, M.Syympodialis, M.japonica, M.Nana, M.Dermatis, M.Sympodialis. Sedangkan non-lipid dependent terdiri dari zoopholix species, dan M.Pachydermatis.

Jenis Malassezia sp. yang paling sering menyebabkan kelainan pada kulit adalah Malassezia Globosa dan Malassezia Restrica.


(39)

Peningkatan sebum dan metabolisme mikroflora berhubungan erat, dimana mikroflora malassezia sp. hidup di daerah yang kaya akan sebum.Malassezia sp. mensekresi enzim hidrolitik termasuk lipase menuju ekstraseluler millieu, dimana enzim lipase akan menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak tersaturasi spesifik dan asam lemak tidak tersaturasi serta gliserol. Asam lemak tersaturasi tersebut digunakan Malassezia sp. untuk berproliferasi sedangkan asam lemak tidak tersaturasi yang akan mengiritasi dengan merusak pertahanan kulit kepala dengan merusak barrier pertahanan kulit sehingga menyebabkan deskuamasi pada kulit kepala.

3. Kerentanan Individu

Salah satu faktor dalam perkembangan ketombe ialah kerentanan individu.Namun, belum diketahui pasti bagaimana kerentanan individu dapat mempengaruhi ketombe.Diduga hal ini disebabkan karena perbedaan dari fungsi barrier stratum korneum, perbedaan respon imun dari protein dan polisakarida yang berasal dari Malassezia sp. dari setiap individu (Thomas and dawson, 2007).

2.1.3 Patofisiologi ketombe

Terdapat beberapa urutan patofisiologi terjadinya ketombe : 1. Ekosistem Malassezia dan interaksi Malassezia pada epidermis 2. Inisiasi dan perkembangan dari proses infamasi

3. Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi pada epidermis 4. Kerusakan barrier secara fungsional maupun struktural


(40)

Gambar 2.1.Patofisiologi ketombe [sumber : Schwartz,2013]

1. Infiltrasi Malassezia sp. pada stratum korneum epidermis

Malassezia sp. adalah yeast komensal pada daerah kaya sebum.Malassezia sp. dapat menginfiltrasi stratum korneum dari epidermis.Malassezia sp. akan memecah komponen sebum ( Trigliserida menjadi asam lemak yang tersaturasi spesifik dan asam lemak yang tidak tersaturasi spesifik) dimana hal tersebut akan menimbulkan gejala inflamasi dan sisik yang merupakan rangkaian patofisiologi Malassezia sp.berikutnya


(41)

Gambar 2.2.Peran Malassezia dalam terjadinya dandruff. [sumber: Schwartz, 2013]

2. Inisiasi dan perkembangan proses inflamasi

Pada tahap ini , akan timbul gejala berupa eritema, gatal, panas, rasa terbakar, teranggunya kualitas dari rambut.Pada proses ini, gejala yang timbul tergantung dari tingkatan keparahan dari dermatitis seboroik.Dimana ketombe merupakan tingkatan dermatitis seboroik yang paling rendah, dimana biasanya tidak sampai ditemukan tanda-tanda inflamasi seperti pada dermatitis seboroik atau biasanya tanda inflamasi yang didapati hanya berupa eritema.

Inisisasi dari proses inflamasi diakibatkan oleh teraktifasinya mediator inflamasi karena infiltrasi dari Malassezia sp. pada stratum korneum.Sitokin yang teraktifasi adalah : Interleukin-1α, Interleukin-1ra, Interleukin-8, Tumor Necrosis Factor -α, dan Interferon γ dan juga pengeluaran histamin.Sehingga mengakibatkan tanda-tanda yang lebih dominan pada gejala ketombe adalah sisik tipis dan gatal.


(42)

Gambar.2.3.Grafik Temuan pada kulit kepala ketombe,dermatitis seboroik,dan normal.

[sumber : Schwartz, 2013]

3. Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi pada epidermis

Setelah Malassezia sp.memicu pengeluaran mediator inflamasi, mulai terjadi proliferasi dan diferensiasi serta kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya pada kulit kepala .Ketika Malassezia sp. berkembang terjadi pemecahan trigliserida yang menimbulkan iritasi dan hiperproliferasi epidermis. Akibatnya, keratinosit yang terbentuk menjadi tidak matang dengan jumlah nukleus yang lebih banyak. Nukleus yang jumlahnya lebih banyak akan mengalami retensi pada stratum korneum. Hiperproliferasi dari epidermis menyebabkan adanya gambaran sisik pada kulit kepala atau dengan bentul bergelung seperti debu disebut ketombe.

4. Kerusakan barrier epidermis secara fungsional dan struktural

Kerusakan barrier pada epidermis dapat menyebabkan Transpidermal water loss yang dapat menimbulkan rasa kering pada kulit kepala.Peryataan ini amat bertolak belakang, karena pada keadaan dermatitis seboroik biasanya kulit


(43)

kepala terasa lembab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketombe dapat terjadi pada kulit kepala yang kering maupun berminyak. Selain itu pada proses ini juga terjadi perubahan dari struktur lamellar yang dibentuk ceramides menjadi struktur lemak yang tidak terstruktur.

2.1.4 Gambaran klinis

Gejala klinis dari deskuamasi yang ditemukan pada pasien yeng mengalami ketombe dan dermatitis seboroik pada umumnya didapati rasa gatal ( 66%), iritasi (25%), dan rasa kering pada kulit kepala (59%). Gejala klasik pada ketombe adalah skuama kecil berwarna putih atau abu-abu yang tidak melekat erat pada kulit kepala , sementara skuama yang didapati pada dermatitis seboroik berwarna kuning dan berminyak.Skuama pada ketombe dan dermatitis seboroik dapat terlokalisir membentuk bercak pada permukaan dari kulit kepala atau dapat terssebar secara difus.(Grimalt, 2007)

A

A


(44)

Gambar 2.4.Tingkatan derajat skuamasi pada spektrum ketombe-dermatitis seboroik, (a) kerombe derajat ringan, (b) ketombe derajat sedang, (c) ketombe derajat berat atau dermatitis seboroik.[sumber : Grimalt 2007]

2.1.5 Diagnosis diferensial

Diagnosis ketombe melalui keadaan klinis tidak begitu sulit namun ada beberapa peyakit pada kulit kepala dalam berbagai derajat yang hampir menyerupai ketombe . Seperti yang tertera pada tabel berikut,

Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Kelainan pada kulit kepala [Sumber : Elewski 2005]

Mycotic Parasiti

c pedicul osis capitis

Inflamatory psoriasis Dandruff Seboroich

dermatitis

Tinea Capitis

Age After

puberty

Infancy-after puberty

Children,,Occas ionally adult (most common

post-menopousal woman)

School-age Childre n

Any

Fluorescen ce

(Wood’s lamp)

N/A N/A Occasionally

(M. canis, M. adouinii,

M. distortum, M. ferrugineum all fluoresce)

Yes (nits)

No


(45)

Scalling Fine white or gray

Large, greasy yellow

Variable (Mild to dense) No (Nits may resemnl e scales) Well demarcated silver-gray Inflamatio n

No Yes May occur Only

with super infectio n

Yes

Alopecia No No Yes No Occasionally

Adenopath y

No No Cervical and

post-auricular Only with superinf ection,u sually occypit al Generally no

History Hair washimh habbit

Reccurenc e

Exposure to infected

individuals and animals

Exposur e

Family History

Other Respons

well to

over-the counter shampoo Post-Auricular region, immunoco mpromise, Neurologi c desease

Affects all races, more

common in

children of african and Hispanic

descent

More commo n in caucasi an

Nail pitting, onycholysis, Non scalp lession, rare on face.


(46)

2.2. Jilbab

2.2.1 Definisi Jilbab

Secara terminologi jilbab dimaknai sebagai kerudung lebar yang digunakan wanita muslimah untuk menutupi kepala dan leher hingga dada .

2.2.2 Jilbab di Indonesia

Di kalangan perempuan Indonesia, penggunaan jilbab telah menjadi fenomena yang baru dalam kaitannya dengan cara berpakaian perempuan muslim.Keadaan ini berbeda jika dilihat dari perkembangan dan keberadaan perempuan muslim pada periode sebelumnya.Seperti yang terjadi pada era-80 an, dimana penggunaan jilbab hanya sebatas simbol keagamaan dari sebagian kelompok perkumpulan saja. Jilbab hanya dikenakan pada acara – acara kebesaran Islam, dan perbincangan tentang jilbab tidak didukung oleh negara. Penggunaan jilbab dikritik sebagai pengaruh dari budaya Arab yang masuk ke Indonesia, bukan budaya islam yang berkembang di Indonesia. Negara melarang siswi dan pekerja wanita pada kantor pemerintahan menggunakan jilbab.Namun,sejalan dengan perubahan sosial yang ada, keberadaan (penggunaan) jilbab di awal tahun 2000 menjadi hal yang umum dan bukan lagi menjadi milik kelompok sosial tertentu. Pemakaian jilbab sudah lebih bebas dan perbincangan mengenai jilbab sudah menyatu dengan kebudayaan dan juga era globalisasi sehingga menghasilkan trend modern yaitu jilbab dengan berbagai kreasi dan variasi (Budiastuti, 2012).

2.3 Pemakaian jilbab dan Kejadian Ketombe

Hubungan Ketombe dan pemakaian jilbab mengacu pada pertumbuhan Malassezia sp., yang tumbuh secara baik pada media lembab dan lingkungan kaya keringat. Pengeluaran keringat dari tubuh dipengaruhi oleh pengeluaran panas dari dalam tubuh.


(47)

Pengeluaran panas dari tubuh dapat terjadi melalui mekanisme : 1. Radiasi

Radiasi adalah pengeluaran energi panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas .Tubuh manusia memancarkan dan menyerap energi radiasi. Sehingga ketika panas dalam tubuh lebih besar daripada panas lingkungan, energi panas dapat dikeluarkan melalui radiasi.

2. Konduksi

Konduksi adalah pemindahan panas antara benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dimana panas mengalir menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke molekul yang menimbulkan gerakan vibrasi. Gerakan vibrasi inilah yang akan menimbulkan panas.

3. Konveksi

Kehilangan panas akibat konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara. Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat.

4. Evaporasi

Pengeluaran panas akibat Evaporasi terjadi saat panas lingkungan melebihi panas dari tubuh.Sehingga tubuh akan berkeringat sebagai kompensasi pengeluaran panas melalui metode Evaporasi (Penguapan).(Sheerwood 2007)

Pengeluaran panas dari dalam tubuh dipengaruhi oleh penggunaan baju yang menutupi permukaan tubuh.

Efek Penggunaan baju pada pengeluaran panas melalui metode konduktif Penggunaan baju menyebabkan udara panas tertahan pada serat baju, sehingga akan meningkatkan ketebalan “private zone” pada udara panas yang berdekatan dengan kulit dan juga menurunkan aliran udara untuk menggantikan udara panas pada kulit. Sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui teori


(48)

konduksi dan konveksi menurun.Panas yang keluar akan disebarkan pada serat pakaian daripada di konduksikan ke lingkungan. Dengan demikian ketika seseorang menggunakan lapisan pakaian lebih dari satu, lebih banyak udara yang akan disimpan di dalam serat pakaian sehingga pengeluaran panas lebih sedikit terjadi.

Ketika baju dalam keadaan lembab, pertahanan akan panas tubuh dari dalam tubuh melalui pakaian akan berkurang tetapi panas dari lingkungan yang masuk ke dalam tubuh akan meningkat (Vashti, 2014). Karena air memiliki konduktivitas tinggi, sehingga ketika keadaan lingkungan panas, panas lebih mudah di transfer ke seluruh tubuh (Zhu, 2012).

Efek warna dalam mengabsorbsi panas

Penggunaan jilbab berwarna gelap berhubungan dengan hubungan warna dalam mengabsorbsi panas. Warna gelap akan mengabsorbsi panas lebih besar dibandingkan dengan warna terang yang akan mengabsorbsi dan merefleksikan energi panas yang di dapat.Warna hitam adalah warna yang mengabsorbsi panas paling besar karena warna hitam tidak merefleksikan cahaya sama sekali dari energi panas.

Ketika terdapat sebuah benda berwarna dan ada cahaya yang menyinari benda tersebut benda tersebut akan menampilkan warna sesuai warna benda tersebut.Warna hitam yang terlihat adalah bukti bahwa semua energi cahaya diabsorbsi seluruhnya oleh benda tersebut sehingga menimbulkan kesan warna hitam (Vashti,2014)

Efek penggunaan dalaman jilbab

Dalaman jilbab dapat dianalogikan sebagai pakaian ketat yang digunakan.Ketika kita memakai bahan ketat pada tubuh dapat menyebabkan akumulasi dari keringat dengan sangat cepat. Sehingga keringat menjadi lebih banyak (Vashti, 2014).


(49)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pitiriasis Kapitis atau dandruff atau ketombe merupakan suatu kelainan pada kulit kepala yang ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala (scalp) berwarna putih atau abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat disertai rasa gatal, tanpa atau sedikit tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika. Tanda-tanda tersebut terjadi akibat adanya perubahan pada stratum korneum yang menunjukkan terganggunya kohesi corneocyte dan adanya hiperproliferasi sel (Clavaud, et al.,2013; Schwartz,2013).

Ketombe didapati pada 50% populasi global pasca-pubertas dan remaja, ketombe juga dapat mengenai semua etnis dan jenis kelamin,namun jarang ditemukan pada anak-anak, jikapun ada biasanya dalam bentuk yang ringan .Tingkat keparahan ketombe dipengaruhi oleh usia terutama masa pubertas dan usia menengah (mencapai pada usia 20 tahun) dan jarang terjadi pada usia 50 tahun. (Haustein and Nenoff 2013)

Ketombe umumnya terjadi pada lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi dan panas (Gaitani, 2012). Banyak dari penduduk Indonesia pernah mengalami ketombe, hal ini dikarenakan Indonesia beriklim tropis, bersuhu tinggi, dan memiliki kelembaban udara yang tinggi. Prevalensi populasi masyarakat Indonesia yang menderita ketombe menurut International Data Base, US sensus Bureau 2004 adalah 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa dan menempati urutan keempat setelah Cina,India, dan US (Prawito 2001 dalam Sinaga 2012).

Pertumbuhan ketombe sendiri didasari oleh tiga faktor, yaitu kolonisasi Malassezia.sp, peningkatan produksi sebum dan faktor predisposisi pada individu. Waktu dan pola pertumbuhan ketombe bergantung pada ketiga faktor tersebut. Malassezia sp. adalah yeast lipofilik yang merupakan organisme


(50)

komensal (flora normal) yang didapati pada kulit kepala yang sehat maupun pada scalp yang ditemui pada penderita ketombe. Pada pria dan wanita pada masa pubertas kelenjar sebum yang telah mature menghasilkan sebum dengan jumlah yang lebih banyak. Malassezia sp. menggunakan lipid pada sebum tersebut sebagai sumber nutrisi, sehingga produksi tersebut menjadi hipotesis yang mendukung atas pertumbuhan Malassezia sp. Namun sifat komensal Malassezia tersebut menyiratkan bahwa ada faktor predisposisi lain yang menyebabkan individu-individu tertentu lebih rentan mengalami ketombe, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit kepala, diantaranya adalah stres lingkungan,misalnya iklim,musim,kolonisasi mikroba dan perubahan hormonal (Turner, 2012).

Banyak kepustakaan yang menyebutkan bahwa faktor genetik juga memegang peranan penting dalam patogeneisis ketombe (Sutipinitharm, 1999 dalam Tania, 2012).

Penggunaan jilbab memiliki kaitan erat dengan dengan kelembaban dan panas, hal ini diakibatkan kebiasaan penggunaan jilbab yang kurang tepat dan perawatan rambut yang salah (Elmir, 2008 dalam Vashti, 2014), dari salah satu penelitian mengenai hubungan pemakaian jilbab dengan kejadian ketombe didapati peningkatan risiko kejadian ketombe sebesar 7,57 kali pada mahasiswi yang menggunakan jilbab dan yang tidak menggunakan jilbab (Zahra, 2011).

Pada penelitian lain juga didapati adanya hubungan faktor risiko penggunaan jilbab terhadap kejadian ketombe yang diantaranya adalah,jumlah lapisan jilbab yang dikenakan, dimana didapati risiko kejadian kejadian ketombe sebesar 3,011 kali pada mahasiswi yang menggunakan lapisan jilbab >1 lapis dibandingkan mahasiswi yang menggunakan jilbab 1 lapis (Vashti, 2014).

Pemakain jilbab sendiri merupakan merupakan kewajiban bagi wanita muslimah, dan Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam , yaitu mencapai 87,18% (BPS, 2010), dan pemakaian jilbab sendiri telah diperbolehkan sejak tahun 1990, setelah sebelumnya pemakaian jilbab sempat dilarang bagi siswi sekolah pada tahun 1980-an (Budiati, 2011).


(51)

Peraturan pada Fakultas Kedokteran Sumatera Utara juga mewajibkan mahasiswa berpakaian “sopan dan rapi” serta tidak ada pelarangan dalam menggunakan jilbab. Pada Fakultas kedokteran Sumatera Utara sendiri didapati mayoritas mahasiswi muslim telah menggunakan jilbab.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan masalah yaitu : Apakah terdapat hubungan kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat hubungan kebiasaan pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera tahun 2015 .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Mengetahui kebiasaan tertentu dalam pemakaian jilbab yang berhubungan dengan kejadian ketombe.

3. Mengetahui hubungan lama pemakaian jilbab perhari terhadap kejadian ketombe

4. Mengetahui hubungan warna jilbab yang dikenakan terhadap kejadian ketombe

5. Mengetahui hubungan jumlah lapisan yang dikenakan terhadap kejadian ketombe

6. Mengetahui hubungan pemakaian dalaman jilbab terhadap kejadian ketombe


(52)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan serta kemampuan menggali informasi mengenai ketombe (Pitiriasis kapitis) dan sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti dalam bidang riset

2. Bagi Institusi hasil penelitian dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian berikutnya terkait kejadian ketombe dalam hubungannya dengan pemakaian jilbab

3. Bagi masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai ketombe 4. Menambah pengetahuan masyarakat tentang hubungan kebiasaan

tertentu dalam pemakaian jilbab terhadap kejadian ketombe .


(53)

ABSTRAK

Angka kejadian ketombe didunia cukup tinggi, khususnya pada negara tropis, dikarenakan kelembaban udara yang tinggi yang merupakan salah satu penyebab ketombe yang ditandai dengan gejala adanya sisik tipis pada kulit

kepala.Pemakaian jilbab sendiri memiliki kaitan dengan kelembaban pada kulit kepala.Kejadian ketombe cukup tinggi pada usia dewasa muda dan jarang

dijumpai pada usia lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab dengan kejadian ketombe pada Mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional dan menggunakan sampel sebesar 93 orang yang diambil secara purposive sampling selama bulan September dan Oktober 2015 di Fakultas kedokteran Universitas

Sumatera Utara.Analisis menggunakan SPSS dengan uji hipotesis chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan

penggunaan jilbab terhadap kejadian ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (p>0,05).Terdapat 50 orang responden ketombe (53%) dengan rata-rata usia responden 20 tahun.

Kara kunci : Ketombe, Kebiasaan, Pemakaian Jilbab


(54)

ABSTRACT

The incidence of dandruff in the world is quite high, especially in tropical countries, due to the high humidity which is one cause of dandruff which characterized by symptoms of scales on the scalp.Using of hijab itself has connection with moisture on the scalp.Incidence of dandruff quite high in young adults and is rarely found in the elderly. This study aims to determine whether there is a relationship between the habit of wearing the hijab with the incidence of dandruff on the Medical Faculty’s

student in the University of North Sumatra

This research is an analytic research with cross sectional design and the amount of the sample is 93 people which taken by purposive sampling during September and October 2015 at the Medical Faculty of the University of Sumatera

Utara.data Analyze using SPSS with chi square hypothesis test. The results showed there was no correlation between habitual use of the Hijab towards the incidence of dandruff in the Student Faculty of Medicine,

University of North Sumatra (p> 0.05) .There are 50 respondents (53%) with dandruff with average age of respondents 20 years.


(55)

Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian

Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Tahun 2015

Oleh :

DIKA ASRIKA ASRUL

120100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(56)

Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian

Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Tahun 2015

Oleh :

DIKA ASRIKA ASRUL

120100257

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(57)

(58)

ABSTRAK

Angka kejadian ketombe didunia cukup tinggi, khususnya pada negara tropis, dikarenakan kelembaban udara yang tinggi yang merupakan salah satu penyebab ketombe yang ditandai dengan gejala adanya sisik tipis pada kulit

kepala.Pemakaian jilbab sendiri memiliki kaitan dengan kelembaban pada kulit kepala.Kejadian ketombe cukup tinggi pada usia dewasa muda dan jarang

dijumpai pada usia lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebiasaan pemakaian jilbab dengan kejadian ketombe pada Mahasiswi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional dan menggunakan sampel sebesar 93 orang yang diambil secara purposive sampling selama bulan September dan Oktober 2015 di Fakultas kedokteran Universitas

Sumatera Utara.Analisis menggunakan SPSS dengan uji hipotesis chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan

penggunaan jilbab terhadap kejadian ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (p>0,05).Terdapat 50 orang responden ketombe (53%) dengan rata-rata usia responden 20 tahun.

Kara kunci : Ketombe, Kebiasaan, Pemakaian Jilbab


(59)

ABSTRACT

The incidence of dandruff in the world is quite high, especially in tropical countries, due to the high humidity which is one cause of dandruff which characterized by symptoms of scales on the scalp.Using of hijab itself has connection with moisture on the scalp.Incidence of dandruff quite high in young adults and is rarely found in the elderly. This study aims to determine whether there is a relationship between the habit of wearing the hijab with the incidence of dandruff on the Medical Faculty’s

student in the University of North Sumatra

This research is an analytic research with cross sectional design and the amount of the sample is 93 people which taken by purposive sampling during September and October 2015 at the Medical Faculty of the University of Sumatera

Utara.data Analyze using SPSS with chi square hypothesis test. The results showed there was no correlation between habitual use of the Hijab towards the incidence of dandruff in the Student Faculty of Medicine,

University of North Sumatra (p> 0.05) .There are 50 respondents (53%) with dandruff with average age of respondents 20 years.


(60)

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk persetujuan pelaksanaan penelitian demi menyelesaikan program S-1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk melihat hubungan menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan landasan pemikiran yang logis. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015”.

Dalam Penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr.Flora Marlita Lubis, Sp.KK, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga proposal karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ayah dan Ibunda tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan, nasehat, dan doa restu selama menuntut ilmu dan menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini

4. Dosen penguji, dr. Khairina, SpKK dan Prof. dr. Abdul Majid,Sp.PD-KKV yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini


(61)

6. Pihak-pihak lain yang ikut mendukung proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Seperti peribahasa tak ada gading yang tak retak, karya tulis ilmiah ini ini juga tak luput dari kesalahan ataupun kekurangan disebabkan oleh keterbatasan pengalaman, pengetahuan dan kepustakaan penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.Akhir kata, semoga proposal karya tulis ilmah ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran bagi kita semua.

Medan, 7 november 2015


(62)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan... i

Abstrak...ii

Abstract ...iii

Kata pengantar...iv

Daftar Tabel...viii

Daftar gambar...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ..5

2.1 Ketombe...5

2.1.1 Definsi Ketombe...5

2.1.2 Etiologi Ketombe... 5

2.1.3 Patofisiologi Ketombe... 7

2.1.4 Gambaran Klinis Ketombe ...11

2.1.5 Diagnosis Diferensial Ketombe ...12

2.2 Jilbab ...14

2.2.1 Definisi Jilbab ...14

2.2.2 Jilbab di Indonesia... 14

2.3 Pemakaian jilbab dan Ketombe... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...17

3.1 Kerangka Konsep ...17

3.2 Definisi Operasional ...17

3.3 Hipotesis...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20


(63)

4.2 Lokasi dab Waktu Penelitian...20

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...20

4.4 Metode Peengumpulan Data ...22

4.5 Pengolahan dan Analisis Data...22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...23

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 23

5.1.3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner... 24

5.1.3.1 Uji Validitas...24

5.1.3.2 Uji reliabilitas...25

5.1.4 Hasil Analisis Data...25

5.2 pembahasan...30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan...32

b. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA ...33 LAMPIRAN


(64)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Kelainan pada kulit kepala...12

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasaran Umur...23

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Stambuk...24

Tabel 5.3. Uji Reabilitas Kuesioner ...25

Tabel 5.4. Angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ...25

Tabel 5.5. Hubungan Lama Pemakaian Jilbab dalam saru hari terhadapn Kejadian Ketombe ...25

Tabel 5.6. Hubungan Warna Dominan Jilbab yang digunakan terhadap kejadian Ketombe ...26

Tabel. 5.7. Hubungan Antara Jumlah Lapisan Jilbab yang digunakan dengan Kejadian Ketombe...27

Tabel 5.8 Hubungan Penggunaan Dalaman Jilbab dengan Kejadian Ketombe ...28

Tabel5.9 Hubungan Kebiasaan Mengeringkan Rambut sebelum Memakai Jilbab dengan Kejadian Ketombe ...29


(65)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Patofisiologi ketombe... 8

Gambar 2.2.Peran Malassezia dalam terjadinya dandruff ...9 Gambar.2.3.Grafik Temuan pada kulit kepala ketombe,dermatitis

seboroik,dan normal...10 Gambar 2.4.Tingkatan derajat skuamasi...11


(1)

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk persetujuan pelaksanaan penelitian demi menyelesaikan program S-1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk melihat hubungan menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan landasan pemikiran yang logis. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Hubungan Kebiasaan Pemakaian Jilbab terhadap Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2015”.

Dalam Penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr.Flora Marlita Lubis, Sp.KK, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberi banyak arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga proposal karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ayah dan Ibunda tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan

dukungan, nasehat, dan doa restu selama menuntut ilmu dan menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini

4. Dosen penguji, dr. Khairina, SpKK dan Prof. dr. Abdul

Majid,Sp.PD-KKV yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini


(2)

6. Pihak-pihak lain yang ikut mendukung proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Seperti peribahasa tak ada gading yang tak retak, karya tulis ilmiah ini ini juga tak luput dari kesalahan ataupun kekurangan disebabkan oleh keterbatasan pengalaman, pengetahuan dan kepustakaan penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.Akhir kata, semoga proposal karya tulis ilmah ini dapat memberikan manfaat dan bahan pembelajaran bagi kita semua.

Medan, 7 november 2015 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan... i

Abstrak...ii

Abstract ...iii

Kata pengantar...iv

Daftar Tabel...viii

Daftar gambar...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ..5

2.1 Ketombe...5

2.1.1 Definsi Ketombe...5

2.1.2 Etiologi Ketombe... 5

2.1.3 Patofisiologi Ketombe... 7

2.1.4 Gambaran Klinis Ketombe ...11

2.1.5 Diagnosis Diferensial Ketombe ...12

2.2 Jilbab ...14

2.2.1 Definisi Jilbab ...14

2.2.2 Jilbab di Indonesia... 14

2.3 Pemakaian jilbab dan Ketombe... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...17

3.1 Kerangka Konsep ...17

3.2 Definisi Operasional ...17

3.3 Hipotesis...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20


(4)

4.2 Lokasi dab Waktu Penelitian...20

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...20

4.4 Metode Peengumpulan Data ...22

4.5 Pengolahan dan Analisis Data...22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...23

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 23

5.1.3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner... 24

5.1.3.1 Uji Validitas...24

5.1.3.2 Uji reliabilitas...25

5.1.4 Hasil Analisis Data...25

5.2 pembahasan...30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan...32

b. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA ...33 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Perbandingan Karakteristik Kelainan pada kulit kepala...12

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasaran Umur...23

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Stambuk...24

Tabel 5.3. Uji Reabilitas Kuesioner ...25

Tabel 5.4. Angka kejadian ketombe pada mahasiswi berjilbab pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ...25

Tabel 5.5. Hubungan Lama Pemakaian Jilbab dalam saru hari terhadapn Kejadian Ketombe ...25

Tabel 5.6. Hubungan Warna Dominan Jilbab yang digunakan terhadap kejadian Ketombe ...26

Tabel. 5.7. Hubungan Antara Jumlah Lapisan Jilbab yang digunakan dengan Kejadian Ketombe...27

Tabel 5.8 Hubungan Penggunaan Dalaman Jilbab dengan Kejadian Ketombe ...28

Tabel5.9 Hubungan Kebiasaan Mengeringkan Rambut sebelum Memakai Jilbab dengan Kejadian Ketombe ...29


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Patofisiologi ketombe... 8

Gambar 2.2.Peran Malassezia dalam terjadinya dandruff ...9 Gambar.2.3.Grafik Temuan pada kulit kepala ketombe,dermatitis

seboroik,dan normal...10 Gambar 2.4.Tingkatan derajat skuamasi...11