12
c Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada stimulus yang
baru. Aktivitas bisa meningkat atau menurun. Mungkin muncul dan merasa tertekan. Mendemonstrasikan penolakan; bisa mengeluh nyeri
atau sakit, bisa gelisah atau pemarah. Tatapan mata bisa mengarah pada seluruh ruangan atau mengarah pada satu titik. Menutup mata
sebagai sikap menghalangi lingkungannya.
2.1.7. Jenis-jenis Kecemasan
1 Gangguan Kecemasan Umum. Menurut American Psychiatric Association
APA dalam Isaacs 2005, ciri-ciri utamanya adalah kecemasan dan kekhawatiran berlebihan yang sering terjadi berhari-hari setidaknya selama
enam bulan. Ciri lainnya ialah gelisah, tegang, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, iritabilitas dan ketegangan otot serta gangguan tidur.
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi faktor-faktor yang berhubungan ialah:
a Kerentanan biologik. Gangguan ini cenderung berhubungan dengan
abnormalitas neurotrasmiter misalnya; disregulasi GABA, serotonin, atau norepinefrin didalam sistem limbik.
b Gender. Gangguan ini menyerang wanita dua kali lebih banyak
dibanding laki-laki c
Gangguan Psikiatrik Lainnya. Terdapat angka kormorbiditas yang tinggi dengan gangguan psikiatrik lainnya, termasuk gangguan depresi
dan panik. d
Faktor Psikososial. Rendahnya harga diri, berkurangnya toleransi terhadap stres, dan kecenderungan kearah lokus eksternal dari
keyakinan kontrol. 2
Gangguan Panik. Ciri-cirinya adalah serangan panik yang terjadi pada waktu yang tidak terduga, disertai kecemasan, ketakutan dan teror yang
kuat, timbul gejala fisiologik dari respon fight or flight seprti jantung berdetak kencang, nyeri dada, pusing dan mual, sulit bernafas, terasa
tercekik, kebas dan kesemutan, gemetar, merasa mendapat. serangan
13
jantung, takut kehilangan kendali, menurunnya kemampuan perseptual dan menurunnya kemampuan kognitif APA dalam Isaacs, 2005.
a Gangguan panik tanpa agorafobia. Dicirikan dengan kambuhnya
serangan panik yang tidak terduga, diikuti dengan kekhawatiran persisten tentang akan datangnya serangan itu lagi selama minimal
satu bulan, kekhawatiran tentang kemungkinan implikasi atau konsekuensi serangan, atau perubahan prilaku yang signifikan
berkaitan dengan serangan panik tersebut APA dalam Isaacs, 2005. b
Gangguan panik dengan agorafobia. Dicirikan dengan kambuhnya serangan panik yang tidak terduga disertai agorafobia; yaitu,
kecemasan yang muncul ketika berada ditempat atau situasi dimana situasi untuk menghindar merupakan hal yang tidak mungkin
dilakukan, memalukan atau bantuan tidak mungkin diperoleh seandainya terjadi gejala seperti panik APA dalam Isaacs, 2005.
Penyebab yang tepat belum ditetapkan, tetapi faktor-faktor yang terkait meliputi:
a Kerentanan biologik. terjadi akibat tidak teraturnya sintesis dan
pelepasan norepinefrin, hipersensivitas reseptor terhadap seretonin atau GABA, atau keduanya Isaacs, 2005.
b Sensitivitas laktat. Natrium laktat kimia dapat menimbulkan gejala
fisik yang berkaitan dengan panik pada kira-kira empat dari lima orang penderita gangguan tersebut, tetapi pada populasi umum
hanya menyerang satu dari lima penduduk; kepekaan atau sensitivitas ini sering terdapat pada anggota keluarga yang
menderita gangguan panik Brown dalam Isaacs, 2005. c
Teori alarm asfiksia. Berkaitan dengan pernafasan yang berat dan cepat hiperventilasi yang terjadi selama serangan panik. Individu
dengan gangguan panik dapat menerima sinyal palsu dari otak tentang adanya kekurangan oksigen atau meningkatnya kadar
karbondioksida, yang memicu serangan panik Brown dalam Isaacs, 2005.
14
d Prolaps katup mitral. Wanita dalam gangguan ini mengalami
peningkatan insidensi gangguan panik. Gangguan ini sepertinya bersifat genetik Brown dalam Isaacs, 2005.
e Riwayat keluarga. Individu dengan riwayat gangguan panik dalam
keluarga cenderung menderita empat sampai tujuh kali lipat Isaacs, 2005.
f Fakto-faktor psikososial. Termasuk peristiwa hidup yang
menimbulkan stres dan fikiran yang salah sehingga reaksi tubuh yang normal diinterpretasikan sebagai suatu katastrofik Isaacs,
2005. 3
Gangguan Obsesif-kompulsif. Menurut American Psychiatric Association APA dalam Isaacs 2005, mengemukakan ciri-ciri utama dalam
gangguan ini adalah obsesi ide persisten atau kompulsi dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan suatu tindakan secara berulang yang
cukup parah hingga menghabiskan waktu, menyebabkan distres berat, atau kerusakan fungsi yang signifikan. Karakteristiknya adalah sebagai berikut;
a Obsesi dan kompulsi pada umumnya terjadi bersamaan.
Obsesi. yang paling banyak terjadi adalah pemikiran berulang tentang kontaminasi, keraguan berulang, kebutuhan untuk menyusun benda
dengan urutan tertentu, inpuls, agresif atau buruk, dan imajinasi seksual. Kompulsi. yang paling banyak terjadi meliputi mencuci dan
membersihkan, menghitung, mencetak, meminta atau menuntut jaminan, tindakan berulang, dan memerintah.
b Individu menyadari bahwa obsesi dan kompulsi tersebut bersifat tidak
realistik, mengganggu dan tidak tepat digambarkan sebagai gejala egodistonik.
c Berupaya untuk menolak pikiran obsesif atau kompulsif menyebabkan
individu tersebut mengalami peningkatan kecemasan. d
Pikiran obsesif dan perilaku kompulsif dapat menyebabkan berkurangnya kecemasan secara temporer disebut primary gain.
15
Penyebab yang tepat belum ditetapkan tetapi faktor-faktor yang terkait Isaacs, 2005, meliputi:
a Kerentanan biologik. Berkaitan dengan meningkatnya responsivitas
serotonin. Teori ini diperkuat dengan suksesnya penggunaan obat antidepresan baik antidepresan trisiklik maupun SSRI dalam
pengobatan gangguan obsesif-kompulsif. b
Teori disfungsi striatum. Striatum adalah bagian dari otak yang mengendalikan gerakan volunter. Tindakan motorik berulang, seperti
berjalan dan mengunyah, dapat menstimulasi pelepasan serotonin, yang pada giliranya akan meningkatkan mood.
c Kerentanan genetika. Resiko bertambah pada individu yang memiliki
riwayat gangguan obsesif-kompulsif. 4
Gangguan Fobia. Ciri utama dari gangguan ini adalah ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu seperti, terhadap
suatu objek, orang atau situasi tertentu. Ketakutan ini disertai perilaku menghindar dari objek, orang atau situasi tersebut. Penderita biasanya
menyadari bahwa rasa takutnya tidak rasional dan tidak tepat ego distonik tetapi merasa tidak berdaya untuk mengendalikannya Isaacs,
2005. Penyebab yang tepat belum ditetapkan namun faktor-faktor yang
terkait meliputi: a
Kerentanan genetika. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa fobia memiliki faktor genetika.
b Kondisi respon. Teori perilaku mengatakan bahwa fobia terjadi akibat
kondisi respon saat individu belajar menghubungkan objek yang ditakutinya dengan perasaan yang tidak nyaman; prilaku menghindar
dapat mengurangi kecemasan dan memperkuat fobia tersebut. 4
Gangguan Stres Pascatrauma. Ciri utama dari gangguan ini adalah pikiran dan perasaan yang terjadi berulang-ulang berkaitan dengan trauma yang
buruk. Misalnya pengalaman peperangan, pemerkosaan, kecelakaan yang serius atau penyiksaan yang buruk. Dapat berupa respon takut atau lambat,
16
dapat juga menjadi kronik. Gejalanya meliputi respon terkejut yang berlebihan, gangguan tidur, rasa bersalah, mimpi buruk dan kilasan-kilasan
ingatan, rasa marah dengan penumpukan emosi-emosi lain. Penderita sering menggunakan obat-obatan, alkohol atau keduanya untuk mengobati
sendiri gejala yang mereka rasakan Isaacs, 2005. 5
Gangguan disosiatif. Ciri khususnya adalah perubahan kewaspadaan sadar, yang meliputi periode lupa, kehilangan ingatan tentang kejadian-kejadian
yang menimbulkan stres, merasa terputus dari kejadian sehari-hari, atau munculnya kepribadian yang berbeda seperti disosiasi, atau persaan
terpisah dari kehidupan biasa atau dalam keadaan seperti mimpi. Subtipe gangguan dari disosiatif menurut APA dalam Isaacs 2005;
a Amnesia disosiatif adalah ketidakmampuan mengingat kembali
kejadian penting tentang dirinya yang terjadi secara tiba-tiba. b
Fague disosiatif adalah melarikan diri dari rumah secara tiba-tiba dan tidak terduga disertai dengan ketidakmampuan mengingat kembali
kejadian pada masa lalu. c
Gangguan depersonalisasi adalah perasaan terpisah dan seolah-olah menjadi pengamat diluar pikiran atau tubuhnya sendiri.
d Gangguan identitas disosiatif adalah adanya dua atau lebih
kepribadian yang berbeda dengan pola persepsi masing-masing, hubungan, dan pemikiran terhadap lingkungannya.
e Gangguan disosiatif yang lain adalah gangguan yang kriterianya tidak
sesuai dengan kriteria gangguan disosiatif lainnya. Penyebab dari gangguan disosiatif menurut Isaacs 2005, adalah
sebagai berikut: a
Trauma. Gangguan disosiatif pada umumnya berkaitan dengan peristiwa traumatik. Dimana individu berusaha menjauhkan dirinya
dari ingatan traumatik tersebut. b
Penganiayaan. Gangguan identitas disosiatif pada umunya dianggap sebagai akibat penganiayaan traumatik yang buruk pada masa
anakanak.
17
2.1.8 Rentang Kecemasan