9
akan mengalani ancaman terhadap hilangnya harga diri sebagai pelajar, dukungan dan hal tersebut menyebabkan kecemasan. Seorang motivator
bisa membantu pelajar tersebut untuk mendapatkan bimbingan dan konsenterasi yang lebih untuk melewati ujian.
Strategi adaptif lainnya yang digunakan orang-orang untuk mengatasi kecemasan adalah memanggil teman atau terapis, berolah raga,
mempraktikkan teknik relaksasi, membaca novel, beristirahat atau menangis sebagai pelampiasannya. Banyak lagi metode koping lainnya
yang digunakan untuk melepaskan ketegangan dan mengurangi kecemasan.
2 Respon Maladaptif
Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari kecemasan, bertahan dari ancaman dan memberi kenyamanan bisa mengarah pada pola
respon maladaptif, yang dapat menunjukkan gejala fisik dan psikologis baik dalam lingkungan diri individu, sosial dan gangguan pekerjaan.
Contohnya mekanisme ego untuk denial menolak, represion mengabaikan, projection menyalahkan orang lain dan rationalization
memberikan penjelasan mencari kebenaran akan melindungi sesorang dari kecemasan tetapi juga mencegah penilaian yang sebenarnya dari diri
sendiri, orang lain, situasi atau kejadian. Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu mungkin akan dikatakan mengalami gangguan atau
ketidaknormalan oleh orang lain. Pola koping maladaptif dari kecemasan termasuk didalamnya adalah tingkah agresif, isolasi menarik diri, makan
dan minum secara berlebih, mengguanakan obat-obatan terlarang dan aktivitas seksual yang berlebih. Respon-respon dari kecemasan tersebut
dikatakan sebagai gangguan kecemasan.
2.1.5. Tanda dan Gejala Kecemasan
Gangguan kecemasan dikategorikan berdasarkan apakah seseorang memiliki gejala yang kompleks ataupun terbatas Fortinash Worret, 2000.
10
Stuart Sundeen 1997, menyatakan bahwa kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif.
1 Respon fisiologis berhubungan dengan kecemasan terutama dimediasi
oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai respon fisiologis yang dapat diobservasi, yaitu:
a Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdetak kencang, kehilangan
kesadaran, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b Pernafasan: nafas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, terengah-
engah. c
Neuromuskular: refleks meningkat, terkejut, kelopak mata berkedut, insomnia, tremor, mondar-mandir, kaku, gelisah, wajah
tegang, kaki goyah, gerakan lambat, kelemahan. d
Gastrointestinal: nafsu makan menurun, jijik terhadap makanan, tidak nyaman pada perut, mual, mulas dan diare.
e Traktus urinarius: sering berkemih
f Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi telapak tangan,
gatal, wajah pucat, keringat dingin. 2
Respon perilaku: kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik dan menahan diri, menghindar,
hiperventilasi. 3
Respon kognitif: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa, kesalahan dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreatifitas,
menurunnya lapangan persepsi, bingung, takut saat kehilangan control, ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang.
4 Respon afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ketakutan, dan khawatir.
2.1.6. Tingkat Kecemasan
Respon kecemasan berada pada satu kesatuan, dan individu bisa lebih sukses atau kurang sukses pada penggunaan metode-metode yang bervariasi untuk
11
mengontrol pengalaman kecemasan mereka sendiri. Fortinash Worret 2000 menjelaskan bahwa tingkat kecemasan terdiri dari ringan, sedang, berat dan
menguraikannya berdasarkan respon kecemasan. 1
Cemas Ringan a
Fisiologis: tanda-tanda vital normal. tegang otot minimal, pupil normal, konstriksi.
b Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi luas. kesadaran terhadap
lingkungan dan stimulus internal. Pikiran mungkin acak, tetapi terkontrol.
c Emosi atau perilaku: perasaan relatif nyaman dan aman. Rileks,
penampilan dan suara tenang. Kinerja secara otomatis dan kebiasaan perilaku terjadi pada level ini.
2 Cemas Sedang
a Fisiologis: tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat. Muncul
ketegangan, mungkin ketidaknyamanan atau merasa antusias. b
Kognitif atau persepsi: waspada, persepsi menyempit terfokus. Kondisi optimal terhadap penyelesaian dan pembelajaran masalah.
Penuh perhatian. c
Emosi atau perilaku: siap siaga dan merasa tertantang, bertenaga. ikut serta dalam aktifitas yang kompetitif dan belajar banyak kemampuan.
Suara, ekspresi wajah terlihat tertarik dan memperhatikan. 3
Cemas Berat a
Fisiologis: respon “fight or flight”. Sistem saraf autonom terstimulasi dengan berlebihan tanda-tanda vital meningkat, diaforesis meningkat,
urgensi dan frekuensi kemih meningkat, diare, mulut kering, nafsu makan berkurang, dilatasi pupil. Otot kaku, sensasi nyeri berkurang.
b Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi sangat sempit. Kesulitan
menyelesaikan masalah. Perhatian selektif fokus pada satu detail. Kurangnya
perhatian selektif
memblok rangsangan
yang mengancam, cenderung disosiatif.
12
c Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada stimulus yang
baru. Aktivitas bisa meningkat atau menurun. Mungkin muncul dan merasa tertekan. Mendemonstrasikan penolakan; bisa mengeluh nyeri
atau sakit, bisa gelisah atau pemarah. Tatapan mata bisa mengarah pada seluruh ruangan atau mengarah pada satu titik. Menutup mata
sebagai sikap menghalangi lingkungannya.
2.1.7. Jenis-jenis Kecemasan