• lebih dari 8 gugus hidroxil
• hiposmolarisosmolar
2.9.5 Viskositas
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan
kekuatan yang perlukan untuk menyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan penyuntikan. Pada kateterisasi diperlukan penyutikan cepat dibandingkan
biasanya, sehingga kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah viskositasnya. Viskositas dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat
konsentrasi iodium dan tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga kontras media dipanaskan pada temperatur tententu untuk mengurangi viskositas
dan sesuai dengan temperatur tubuh.
2.9.6 Osmolalitas
Osmolalitas adalah tekanan osmotik yang terdapat pada partikel yang dilarutkan dalam suatu larutan tertentu hal ini berpengaruh terhadap toleransi
kontras media pada tubuh. Makin tinggi tekanan osmotik semakin jelek toleransi kontras media tersebut terhadap tubuh. Kontras media ionik mengalami
pemecahan ion, sedangkan pada non ionik tidak terjadi pemecahan ion. Sehingga osmolalitas ionik jauh lebih rendah dibandingkan non ionik. Ukuran satuan
osmolaitas = MOSMKg H2O. Pengaruh osmolaitas secara klinis adalah rasa panas, tidak nyaman, nyeri,
kerusakan pada otak dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal, gangguan keseimbangan elektrolit pada anak-anak.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.9.7 Prinsip Fisika Media Kontras Pada Imaging
1. Timbulnya kontras gambaran hitam putih pada imejing dari media kontras
dan jaringan sekitarnya karena prinsip ATENUASI. 2.
Atenuasi terjadi bila ada perbedaan penyerapan radiasi sinar-X yang disebabkan karena nomor atom yang berbeda, kerapatan organ, ketebalan
objek berbeda. a. Penyebab Reaksi Terhadap Bahan Kontras Media
1. Khemotoksisitas :
• Struktur kimia molekul
• Hidroksil banyak, reaksi rendah
• Ikatan dengan protein plasmamembran sel, memblok enzim,
mengubah fungsi seluler, melepas substasnsi vasoaktif. 2.
Osmotaksisitas : •
Efek Osmotik menarik air molekul membran dalam tubuh. •
Hypertonic bahan kontras media terhadap plasma, menyebabkan rasa sakit pain, vasodilitasi, hipotensi, kekakuan sel eristrosit.
3. Toksisitas Ion :
• Jumlah ion-ion yang bersentuhan dengan fungsi seluler.
4. Dosis : •
Dosis besar menyebabkan terjadinya reaksi lebih besar. Sebagian besar reaksi kontras media adalah ringan kontras media non
ionik terbukti lebih sedikit reaksi anafilaktik dari pada kontras media ionik. Diperkirakan rekasi kontras media non ionik 3-10 kali lebih rendah daripada
kontras media ionik. Kontras media ionik lebih bereaksi dibanding non ionik karena kontras media ionik masih mengandung ion dan ketika masuk kedalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tubuh, ion-ion tersebut dilebihkan dan terjadi intercemible didalam sel-sel tubuh kita dan kontras media ionik mempunyai osmolaritas yang tinggi, maka akan
bereaksi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kolestasis adalah terganggunya aliran empedu bahkan sampai berhentinya aliran empedu tersebut. Secara klinis dapat diketahui dengan adanya ikterus.
Penyakit yang menyebabkan perlambatan atau berhentinya aliran empedu cukup banyak sehingga sering menyebabkan kesukaran dalam diagnosa.
Sedangkan kepastian diagnosa adalah penting sekali karena berhubungan dengan pengobatan yang berbeda, apakah memerlukan tindakan operasi atau hanya
medikamentosa. Banyaknya pemeriksaan yang dapat dilakukan padan penderita ikterus belum tentu dapat menentukan diagnosa yang tepat. Oleh karena itu
diperlukan algoritme pemeriksaan yaitu pemeriksaan yang sistimatik dan terarah dalam rangka penentuan diagnosa
Pada masa-masa yang lalu kira-kira sebelum tahun delapan puluhan, sarana diagnostik imaging untuk batu empedu hanya dari foto polos abdomen,
kolesistografi oral dan kolangiografi intravena. Tetapi sarana diagnostik ini mempunyai banyak keterbatasan, antara lain bahwa fungsi hati mempengaruhi
hasil foto yang diperoleh. Pada keadaan di mana bilirubin serum meningkat lebih dari 3 mg, tidak akan ada ekskresi bahan kontras dari sel-sel hati ke saluran
empedu sehingga tidak akan diperoleh gambar. Hal ini mengakibatkan bahwa pada masa itu sangat sulit menentukan apakah seseorang itu disebabkan oleh
kelainan parenkim atau oleh obstruksi saluran empedu yang penanganannya sangat berbeda. Penelitian dengan ultrasonografi menunjukkan bahwa 60-80
pasien batu empedu adalah asimtomatik. Secara umum dapat dikatakan bahwa pasien pasien yang asimtomatik akan kambuh dan memperlihatkan gejala-gejala
pada sebanyak 1-2 per tahun. Manifestasi klinik dari batu empedu dapat berupa nyeri episodik kolikbilier,
inflamasi akut di kandung empedu kolesistitis akut atau saluran empedu kolangitis akut, komplikasi komplikasi akibat migrasi batu empedu ke dalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara