waktu yang cukup efektifdalam penggunaannya, alat ini sering di rekomendasikan oleh para dokter ahli bedah . Namun alat ini bukan lah alat yang murah, harganya
bisa mencapai milyaran rupiah sehingga perawatan alat ini harus ekstra hati - hati dan cermat agar tidak terjadi kerusakan , disinilah tanggung jawab para perawat
kamar bedah untuk menjaga serta merawat alat mahal ini. Berikut hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat tersebut yaitu :
1. Setelah di gunakan segera rendam alat dengan cairan desinfektan kira
kira 30 menit untuk mencegah cairan darah mengering pada alat. 2.
Kemudian bersihkan secara mekanis dengan air mengalir sambil di sikat halus dan perlahan.
3. Keringkan dengan udara dengan tekanan rendah atau lap yang cepat
menyerap air. 4.
Setelah di bersihkan berikan oil lubricant pelumas kira kira 5 tetes. 5.
Bungkus konektor slang dengan kain untuk menyerap minyak sisa pelumasan
6. Pisahkan instrumen peralatan, lepaskan pengaitnya kemudian rendam
dengan cairan desinfektan. 7.
Untuk membersihkan alat tersebut gunakan sikat halus dan detergen lembut.
2.1.2 Sejarah perkembangan endoscopi
Fakta sejarah mencengangkan bahwa perang merupakan katalis utama dari kemajuan dunia medis modern termasuk teknik pembedahan. Ternyata itu
memicu para ahli bedah untuk mempraktekan dan mempolpulerkan baik peralatan, obat-obatan dan teknik pembedahan. Kebanyakan malah masih dipakai
saaat ini. Dimulai dari fakta sejarah penggunaan senjata api dan meriam besi canon
pertama kali pada pertempuran di Crechy, Perancis Utara antara pasukan Perancis dan Inggris pada tahun 1346. Kemudian penggunaan senapan mesin di tahun 1870
pada peperangan Franco dan Prussia. Senapan mesin ini memberikan efek luka yang lebih parah, mempercepat kematian karena terjadinya infeksi tetanus.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Setelah serentetan perang berikutnya seperti perang Crimean 1850, perang sipil di AS, periode ini para ahli medis pertempuran bekerja dari pengalaman
memberikan kontribusi dengan dibangunnya bidang perawatan, terbentuknya organisasi palang merah dan ditemukannya obat analgesic serta antiseptic.
Pada perang dunia I, terjadi kemajuan teknik pembedahan abdomen, operasi plastic , diperkenalkannya transfusi darah dan penggunaan imunisasi
prajurit skala besar terhadap tifoid. Pada periode perang dunia II, diperoleh kemajuan penting dalam manajemen luka bakar, cairan infus, pemahaman yang
lebih baik mengenai berbagai obat dan standarisasi perawatan. Juga mulai diiperkenalkan penggunaan kantong plastik cairan infus, tubing set dan peralatan
steril lainnya yang berbasis pada kemajuan pengetahuan prosedur asepstik. Dengan demikian kontaminsai dari pasien ke pasien telah dapat diminimalkan.
Baru diawal abad 20 pasca perang ini terdapat kemajuan pesat dalam perkembangan obat-obat seperti antibiotik, anestesi yang membawa pada
kemajuan pengobatan modern. Berbarengan dengan itu , hasil berbagai penemuan bahan kimia untuk berbagai material yang inovatif membuahkan hasil dengan
memberi kemajuan teknologi eletronik dan komputer bahan semikonduktor, campuran bahan logam senyawa polimer dan sebagianya, dengan demikian pula
mempercepat kemajuan di teknologi medis. Beberpa teknologi medis yang dugunakan sejak awal abad 20 ini
diantaranya Elektro Kardiografi EKG – 1903, stereotactic surgery 1908, endoscopy 1910, electroencephalography EEG 1929, mesin dialysis 1943,
kateter sekali pakai 1944, defibrillators 1947, ventilator 1949, penggantian panggul 1969, jantung buatan 1963, ultrasounds diagnostic 1965, kateter
balon 1969, implant koklear 1969, bedah mata laser 1073, positron emission tomography PET – 1976, magnetic resonance imaging MRI 1980, bedah robot
1985, stent intravascular 1988. Inovasi teknologi sekarang ini telah menghasilkan pendekatan baru teknik
pembedahan. Misalnya penggunaan teknik prosedur pembedahan terbuka yang memerlukan insisi yang besar sehingga menyisakkan luka yang luas mulai
digantikan dengan memberikan ruang pengggunaan teknik invasive yang minimal, seperti prosedur laparoscopy.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Teknologi alat yang diimplantasi dalam tubuh juga mengalami banyak kemajuan. Penemuan bahan materi yang tidak memicu thrombosis dan reaksi
hypersensitif atau disebut lebih bio kompatibilitas dengan tubuh telah memungkinkan berkembangnya teknologi implant, dari mulai stent coroner
hingga hip replacement. Bahkan alat alat ini sekarang dengan bantuan desain computer dan mesin produksi presisi tinggi telah mampu dibuat secara khusus
bagi setiap individu atau sesuai kondisi pasien personalized medicine. Begitupun pada kemajuan teknologi miniatur, yang memungkinkan diperkecilnya ukuran
alat elektronik yang dibuat yang juga ditunjang oleh kemajuan teknologi batere, seprti kemajuan pada alat pace maker, dan cochlear implant.
Beberapa perubahan besar dalam teknologi medis modern yang telah terjadi sekarang ini terutama dalam bidang pencitraan. Kemajuan dalam teknologi
3D pada CT dan MRI selain membantu diagnosis, saat ini dapat membantu dalam menuntun prosedur intervensi, menjadi lebih terarah untuk langsung ke area
targetnya dengan prinsip invasive yang minimal. Hasil pencitraan data berbasis digital dari berbagai alat ini dapat difusikan dan digunakan pada berbgai tahapan
dari mulai preoperative, intraoperative dan post operatif. Perkembangan Endoskopi di Indonesia diawali dengan penggunaan
Endoskopi kaku yang kemungkinan sudah dimulai sejak sebelum Perang Dunia II yaitu dengan alat Rektosigmoidoskopi, sedangkan Gastrokop kaku belum pernah
di laporkan penggunaannya di Indonesia. Pada tahun 1958 Pang mempelopori penggunaan Laparaskopi tanpa
kamera. Pada tahun1967 Gastroskop lentur pertama dilakukan di Indonesia oleh Sumadibrata, baru selanjutnya gastrop lentur Olympus GTFA dipakai oleh
Sudirman di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 1971 dan oleh Simadibrata di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Selanjutnya berdirilah Perhimpunan
Endoskopi Gastrointestinal Indonesia PEGI pada tahun 1974 yang diketuai oleh Pang.
Kolonoskop lentur pertama kali dipakai oleh Hilmy dkk 1973 dan selanjutnya dilaporkan polipektomi endoskopik pada polip kolon. Skleroterapi
endoskopik dilaporkan pertama kali di Indonesia oleh Hilmy dkk 1984 dengan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
penyuntikan ethoxy sclerol. Pada tahun 1984 Rani dkk melakukan kauterisasi endoskopik terhadap 3 penderita striktur esofagus.
2.1.3 Perawatan endoscopi