Hasil penelitian Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP diperoleh gambar sebagai berikut: Gambar 4.1 Tidak terlihat alat ERCP Gambar diatas menunjukkan kantung empedu yang telah dimasukan kamera pengamat. Terlihat scope kamera pada kandung empedu. Scope kamera Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Masuknya get wayer kesaluran empedu melalui ERCP Gambar diatas terlihat adanya get wayer yang masuk melalui scope kesaluran kantung empedu. Get wayer ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyumbatan pada kantung empedu. Scope kamera Get wayer Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Terpantulnya get wayer ERCP pada kantung empedu akibat penyumbatan Gambar diatas menunjukkan adanya penyumbatan pada saluran kantung empedu yang diperlihatkan dengan terpantulnya get wayer. Scope kamera Get wayer Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Masuknya get wayer ERCP pada kantung empedu

4.2 Pembahasan

Sebelum berkembangnya alat endoscopi secara umum pengeluaran batu empedu dilakukan dengan cara pembedahan. Tetapi akhir – akhir ini penanganan batu pada empedu dilakukan dengan cara yang lebih baik yaitu dengan cara ekstraksi batu melalui endoscopi. Adapun alasannya adalah tindakan dengan menggunakan endoscopi sifatnya invasive minimal dibandingkan dengan pembedahan biasa sehingga morbiditas dan mortalitas jauh lebih rendah. Pasien hanya dipremedikasi dengan sedative diazepam – petidin atau midazolam- petidin dan dilanjutkan dengan sfingterotomi. Jika ada batu tersisa residual stone maka proedur ini dapat diulangi dengan mudah. Tetapi pada umumnya lebih jarang terdapat batu tersisa karena selama prosedur saluran empedu selalu dimonitor secara radiologik kolangiografi. Waktu yang diperlukan relative lebih pendek dibandingkan dengan operasi saluran empedu. Pada prosedur pembedahan Scope kamera Get wayer Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara biasa tingkat invasivitas cukup tinggi sehingga cukup tinggi sehingga dapat beresiko tinggi pada pasien – pasien yang disertai dengan gangguan kardiovaskuler atau mereka yang berusia lanjut. Kadang terjadi residual stone sehingga lebih berisiko lagi bila dilakukan operasi tulang. Pada ilustrasi kasus pertama tersebut di atas didapatkan batu koledokus dengan batu kandung empedu pada kandung empedu yang sakit. Tindakan pertama ialah koledokus per endoskopi dan dilanjutkan dengan kolesistektomi laparoskopik. Tindakan dilakukan sebaliknya karena jarak waktu antara pengeluaran batu koledokus dan pengangkatan kandung empedu harus sependek mungkin, sebaiknya pada hari yang sama untuk mencegah migrasi batu dari kandung empedu lagi sesudah duktus koledokus dibersihkan dari batu empedu. Bila terlebih dahulu dilakukan kolesistektomi laparoskopik maka pengeluaran batu koledokus per endokopik tidak dapat segera dilakukan dan harus menunggu sampai beberapa hari karena kesembuhan luka laparoskopik. Pada ilustrasi kasus kedua yang merupakan kasus kolikbilier karena batu kandung empedu yang migrasi keduktus sistikus, tidak terdapat lekositosis maupun peningkatan bilirubin total, gama glutamil transferase dan transaminase serum. Pasien ini 1,5 tahun yang lalumenderita batu koledokus tanpa batu dikandung empedu yang dibuktika dengan pemeriksaan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP . Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP digunakan terutama untuk mendiagnosa kondisi saluran empedu termasuk batu empedu, penyempitan inflamasi bekas luka, kebocoran dari trauma dan operasi dan kanker. Tanpa bantuan pencitraan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP ini dokter tidak dapat menentukan apakah saluran kandung empedu tersumbat atau tidak. Dari gambar 4.1 menunjukkan area pengamatan pada kandung empedu yang telah dimasukkan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP. Dari gambar terlihat ada ketidak jelasan alat Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP yang masuk pada saluran kandung empedu. Keadaan ini terjadi karena tidak diberikannya media kontras untuk memperjelas alat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP pada saluran kandung empedu. Setelah disuntikan media kontras maka terlihat alat Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP yang berupa get wayer berada pada saluran kandung empedu seperti pada gambar 4.2. Tampak alat Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP seperti seutas benang yang berada didalam saluran kandung empedu untuk memeriksa apakah ada penyumbatan disaluran kandung empedu. Jika get wayer terpantul atau berbalik menunjukkan bahwa terjadi penyumbatan pada saluran kandung empedu. Penyumbatan ini bias terjadi dengan berbagai penyebab. Melalui get wayer tersebut dimasukkan stan yang digunakan untuk membuka saluran kandung empedu yang tersumbat, karena Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP digunakan terutama untuk mendiagnosa kaondisi saluran empedu termasuk batu empedu, penyempitan iflamasi bekas luka, kebocoran akibat trauma dan operasi dan kanker maka peranan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP dapat digunakan untuk mendiagnosa perihal penyebab penyumbatan pada saluran kandung empedu. Pada gambar 4.4 terlihat saluran kandung empedu dengan bantuan media kontras tidak mengalami penyumbatan. Hak ini terjadi karena telah dimasukkan stan disaluran kandung empedu. Tindakan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP mampu memberikan pengobatan pada saluran kandung empedusecara efektif dan dengan cara yang kurang invasive dibandingkan dengan operasi. Dari hasil gambar diatas menunjukkan bahwa pemeriksaan Endoscopic Retrograde Cheolangio Pancreotography ERCP dapat memahami situasi keseluruhan empedu . Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN