PERANAN POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PENGANGGULANGAN

BAB III PERANAN POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PENGANGGULANGAN

KEJAHATAN BERBASIS RASISME A. Perkembangan dan Konsep-Konsepmengenai Diskriminasi Ras dan Etnis Sejarah telah acap kali mencatat beberapa catatan mengenai diskriminasi ras. Hal ini bahkan telah dianggap wajar dalam suatu perkembangan peradaban sejarah manusia. Bukan hal yang aneh bila di dalam sejarah manusia ditemukan beberapa perperangan yang dilandasi pada perbedaan kebudayaan dan ras dan dari hal tersebut dapat dibuktikan bahwa diskriminasi ras dapat mengakibatkan pemusnahan suatu golongan. Bangsa Roma yang berusaha mengucilkan dan menyingkirkan Umat Nasrani disaat awal lahirnya agama Kristen. Pada masa kepemimpinan Hitler, dimana munculnya perasaan bahwa Ras Arya lebih unggul dari Ras Semit Smith yang mengakibatkan terjadinya genoside besar-besaran terhadap bangsa Yahudi Jews di Jerman. Perang Saudara yang berlangsung di Rwanda antara etnis Tutsi dan Hutu membawa akibat terjadinya genoside terhadap etnis Tutsi. Di Amerika Serikat terdapat suatu organisasi yang bernama Ku Klux Klan selanjutnya disebut KKK, yang tersebut merupakan organisasi fasis terbesar di Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 1866. 147 Diskriminasi ras dan etnik muncul melalui perjalanan sejarah yang panjang, serta berbagai macam perkembangan teori. Konsep diskriminasi yang 147 http:en.wikipedia.orgwikiku_klux_klan, diakses tanggal 15 April 2013 Universitas Sumatera Utara klasik atau kuno muncul dari peradaban Yunani Kuno. Saat itu struktur masyarakat Yunani Kuno dibagi atas dua 2 golongan besar, yaitu: 148 1. Civilized people Manusia Beradab 2. Barbarian orang Bar-bar Xenophobia 149 Diskriminasi yang paling terkenal dalam sejarah kehidupan manusia adalah diskriminasi yang berbasis pada konsep perbedaan ras rasism discrimination . Sejarah kelam yang ditorehkan oleh diskriminasi rasisme inilah yang selalu meliputi konstruksi peradaban manusia. Diskriminasi rasisme ini diusung oleh hampir sebagian besar pemikir, ilmuwan, sejarawan, serta negarawan dari ras Kaukasoid sub ras Nordic dan Alpine. adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan sentimen terhadap golongan lain pada saat itu. Xenophobia sendiri adalah suatu perasaan yang melukiskanmencerminkan rasa permusuhan spontan terhadap orang lain atau yang lain. Titik tolak Xenophobia adalah budayaculture, karena bila seseorang tersebut memiliki daya nalar rasio, serta tingkat kecerdasan yang cukup maka ia dikategorikan sebagai orang beradab civilized people, dan seseorang yang tidak dapat menunjukan tingkah laku yang beradab, maka ia dikategorikan sebagai seorang Bar-bar. 150 Pada awalnya mereka menciptakan teori-teori yang mengarah pada tahayul dan mistis untuk mengungkapkan kebencian mereka pada orang Yahudi dan ras 148 George M. Fredrickson, Rasisme: Sejarah Singkat, Bentang, Yogyakarta, 2005, hal. 10 149 http:en.wikipedia.orgwikiXenophobia, diakses pada tanggal 23 May 2013 150 http:072200795017_paper_diferensiasi_sosial_dian_permatasiwi_06413241006_, diakses pada tanggal 15 April 2013 Universitas Sumatera Utara Negroid, namun perkembangan jaman telah meruntuhkan teori usang itu dan lahirlah yang lebih rasional. Voltaire adalah seorang rasis modern yang pertama. 151 Selanjutnya ide rasialis ini mulai mereka sebarkan guna mengukuhkan hegemoni kekuatan ras kulit putih, dan sebagai dasar pembenaran perilaku mereka. Merebaknya diskriminasi rasis secara modern membuat ilmuwan berlomba-lomba meneliti keaneka ragaman ras secara biologis, diantara mereka muncullah konsepsi tentang pemilah - milahan ras sebagai berikut: Dibalik ketidak sukaannya terhadap ras negroid, ia mengutuk agama kristen yang saat itu melegalkan perbudakan ras negroid. Ia menolak keras mitos, teori serta ayat-ayat kitab suci yang menyatakan bahwa perbedaan warna kulit diakibatkan dosa atau karma leluhurnya. Ia cenderung menerima rasisme dari sisi lain, yaitu melalui wacana ilmu, rasio serta sejarah peradaban. 152 1. Konsepsi ras manusia menurut A.L. Krober 1 Australoid, mencakup penduduk asli Australia Aborigin 2 Mongoloid: a. Asiatic Mongoloid Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur b. Malayan Mongoloid Asia Tenggara, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan c. American Mongoloid Penduduk asli Amerika 3 Kauskasoid : a. Nordic Eropa Utara, sekitar L. Baltik 151 George M. Frederickson, op. cit., hal. 82 152 http:id.shvoong.comsocial-sciencesanthropology2248404-definisi-ras, diakses pada tanggal 21 Maret 2013 Universitas Sumatera Utara b. Alpine Eropa Tengah dan Eropa Timur c. Mediteranian Sekitar L.Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran d. Indic Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka 4 Negroid: a. African Negroid Benua Afrika b. Negrito Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina c. Melanesia Irian, Melanesia 5 Ras-ras khusus tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok a. Bushman gurun Kalahari, Afrika Selatan b. Veddoid pedalaman Sri Lanka, Sulawesi Selatan c. Polynesian kepulauan Micronesia dan Polynesia d. Ainu di Pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang 2. Konsepsi Ras menurut Ralph Linton: 1 Mongoloid: dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit terutama Asia Mongoloid. Ras Mongoloid terbagi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orang- orang Indian di Amerika. 2 Kauskasoid : memiliki citi fisik hidung mancung, kulit putih, rambut Universitas Sumatera Utara pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India. 3 Negroid : dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot Boysesman, Aborigin. 3. Konsepsi Ras Manusia menurut William Z. Rippley: Ripley mencetuskan teorinya dalam hal konsepsi ras manusia berdasarkanpenggabungan antara data anthropometric dan data geografis, serta perhatian ekstra terhadap cephalic index metode rasio penghitungan tengkorak manusia, dengan membandingkan lebar dan panjang yang mana disaat itu merupakan metode pengukuran anthropometric yang paling konsisten. Dari perhitungan di atas dan disertai pertimbangan atas faktor social-geografis, Ripley mengklasifikasikan penduduk Eropa dalam 3 jenis ras, yaitu: 153 1 Teutonic : merupakan bagian dari ras utara, dimana tengkorak mereka umumnya panjang dolichocephalic, mempunyai perawakan yang tinggi, dan memiliki warna mata dan kulit yang pucat 2 Mediterranean: merupakan bagian dari ras selatan, tengkorak mereka juga umunya panjang, tetai perawakannya cenderung pendek, memiliki warna mata dan kulit yang gelap. 3 Alpine: bagian dari ras tengah, dimana tengkorak mereka berbentuk bulat brachycephalic, perawakan mereka cenderung gemuk dan pendek, memiliki warna mata dan kulit yang terang menengah dari dua 153 http:en.wikipedia.orgwikiThe_Races_of_Europe_28Ripley29, diakses pada tanggal 23 May 2013. Universitas Sumatera Utara ras sebelumnya. Konsepsi ras-ras manusia ini semakin menyebar luas, hal ini menyebabkan rasa superioritas ras kulit putih semakin menjadi-jadi. Dimulai sejak zaman renaissance sekitar abad 16-17 masehi, negara-negara Eropa mulai melakukan kolonialisasi dan invasi ke negara-negara di luar Eropa Dunia Baru. Penjajah pertama adalah bangsa Spanyol di bawah pimpinan Christopher Columbus. Dalam waktu singkat, penjajah Spanyol menyerbu Amerika Selatan. Mereka memperbudak penduduk asli, ras masyarakat yang sebelumnya hidup damai. Wilayah Amerika Selatan, yang kaya emas dan perak, dirampok oleh para penjarah ini. Penduduk asli Amerika Selatan ini menjadi target utama intimidasi dan kekerasan rasial. Selama kurang lebih dua abad setelah itu rasa sentimen terhadap ras di Benua Amerika meluas dan target pun berubah. 154 Diskriminasi ras dalam peradaban manusia tidak jarang menimbulkan lagi suatu peristiwa hukum yang lebih berat. Sering terjadi ialah kejahatan dengan dasar diskriminasi rasial. Afrika Selatan adalah salah satu negara yang rakyatnya menderita karena adanya diskriminasi rasial. Diskriminasi rasial dicerminkan secara nyata melalui politik Apherteid. Pada tanggal 20 1960, 20.000 orang demonstran berkumpul dan melakukan aksi damai di Sharpeville Afrika Selatan. 155 154 Aksi ini dilakukan untuk menolak pemberlakuan buku pass pass law dan protes terhadap rezim Apertheid. Aksi damai ini berubah menjadi pembunuhan massal ketika petugas dari kepolisian berusaha membubarkan http:en.wikipedia.orgwikiHate_crime,diakses pada tanggal 15 April 2013 155 Indriaswati Diah Saptaningrum Syahrial Martanto Wiryawan, Upaya Memerangi Praktik Diskriminasi Rasial melalui Sarana Hukum Pidana,ELSAM dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP, Jakarta, 2007, hal. 1. Universitas Sumatera Utara kerumunan, dalam kejadian ini 69 orang meninggal, kira-kira 200 orang terluka termasuk di dalamnya 48 anak-anak dan perempuan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama Sharpeville Massacreyang merupakan pemberontakan pertama yang memakan korban paling banyak dalam rangka melawan rezim Apartheid. 156 Diskriminasi rasial sering disebut sebagai patologi sosial di abad 20, yang menurut Albert Camus lahir setelah munculnya biologisasi istilah “ras” dan pembentukan “teori ras”. Diskriminasi rasial atau perilaku “rasis” merupakan merupakan sebentuk keyakinan, perilaku dan institusi yang membedakan manusia menurut kategori “ras” dan etnis. Beberapa pemikir mempersempit pembahasan mengenai rasisme menjadi sebuah sistem yang menindas dan memarjinalkan segolongan manusia berdasarkan kategori dan prejudise rasial maupun etnisitas. Rasisme dipandang sebagai perilaku yang tidak pantas dan secara diametral bertentangan dengan prinsip – prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan universal serta merupakan perilaku yang merendahkan martabat manusia. Ras dan etnis merupakan satu konsep yang digunakan untuk mengkategorisasi sekelompok manusia. Diskriminasi rasial dan etnis lekat dengan adanya prasangka prejudice terhadap segolongan ras dan etnik tertentu. Diskriminasi rasial tidak dapat dilepaskan dari konteks politik identitas menyangkut eksistensi sebuah kelompok ataupun ras yang memiliki keunggulan dan keberadaan kelompoknya lebih tinggi Diskriminasi rasial disini menjadi sumber dari kejahatan lainnya, yaitu pembunuhan massal orang Afrika Selatan Berkulit hitam. 156 Ibid. Universitas Sumatera Utara dari kelompok ras dan etnis yang lain, kelak problematika inilah yang akan melahirkan patologi etnosentrisme, intolerance dan xenophobisme. 157 Pelanggaran kemanusiaan di berbagai tempat ini kemudian menjadi topik pembahasan yang serius di PBB. Setelah melalui proses perdebatan yang panjang pada banyak persidangan Majelis Umum PBB, akhirnya dibuka dan ditandatangani sebuah konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial pada tanggal 7 Maret 1966.Sebelumnya pada tanggal 20 November 1963 negara-negara anggota PBB telah membuat sebuah deklarasi yaitu United Nations Declaration on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination Deklarasi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial melalui Resolusi 1904 XVIII. Deklarasi itu memuat penolakan terhadap diskriminasi rasial, penghentian segala bentuk diskriminasi rasial yang dilakukan oleh Pemerintah dan sebagian masyarakat, penghentian propaganda supremasi ras atau warna kulit tertentu atau langkah-langkah yang harus diambil negara- negara dalam penghapusan diskriminasi rasial. 158 Deklarasi ini hanyalah sebuah pernyataan politis yang tidak bersifat mengikat secara hukum. Untuk menindaklanjuti deklarasi itu, maka Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa- Bangsa PBB kemudian menyusun sebuah rancangan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial. Rancangan ini selanjutnya diajukan kepada Majelis Umum PBB. Pada tanggal 21 Desember 1965, Majelis Umum PBB mengesahkan 157 ibid. 158 Ester Indahyani Jusuf, Konvensi Internasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial; Sebuah Kajian Hukum Tentang Penerapannya di Indonesia, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, 2005, hal. 2. Universitas Sumatera Utara Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial Convention on the Elimination of All Forms of Racial DiscriminationCERD. Dengan disahkannya konvensi ini, maka konvensi ini menjadi memiliki kekuatan hukum kepada negara anggota yang menandatangani konvensi ini. Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani konvensi ini pada tanggal 25 Mei 1999. Tiga puluh empat tahun setelah konvensi ini dibuat. 159 Selain mengenai defenisi Diskriminasi Ras, Konvensi ini juga memberikan ruang kepada tiap-tiap negara peserta konvensi ini untuk menentukan sikap dan Dalam konvensi ini diberikan penjelasan mengenai defenisi Diskriminasi Ras. Pada Pasal 1 ayat 1 menyatakan: “Setiap pembedaan, pengecualian, pembatasan atau pilihan yang didasarkan pada suku bangsa, warna kulit, keturunan atau asal bangsa atau suku yang mempunyai tujuan atau pengaruh menghilangkan atau merusak pengakuan, kesenangan atau pelaksanaan pada dasar persamaan, hak-hak asasi manusia dan kebebasan yang hakiki dalam politik, ekonomi, sosial, budaya atau sesuatu bidang kehidupan masyarakat.” Definisi di atas masih tetap amat luas. Definisi ini tidak mendarat bila dimasukkan dalam konteks bahasa Indonesia. Akibatnya, aturan dalam konvensi ini memang menjadi kurang relevan atau dapat menimbulkan perdebatan. Seperti pertanyaan-pertanyaan : bagaimana bila orang yang warna kulitnya sama sawo matang saling mendiskriminasi ? Atau apabedanya suku dengan suku bangsa ? Apa yang dimaksud dengan keturunan ? Atau apa yang dimaksud dengan bangsa ? Akan ditemukan banyak sekali definisi yang tentunya membawa dampak hukum yang berbeda. 159 Ibid. Universitas Sumatera Utara kebijakan hukum internal tiap-tiap negara peserta. Berdasarkan Pasal 4 Konvensi Internasional Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis menjelaskan bahwa: “Negara-Negara Pihak mengutuk semua propaganda dan organisasi yang dilandasi pemikiran atau teori keunggulan suatu ras atau kelompok orang dengan warna kulit atau asal bangsa yang sama, atau yang mencoba membenarkan atau menyebarkan kebencian dan diskriminasi ras dalam bentuk apapun, dan memutuskan secepatnya tindakan-tindakan positif yang dirancang untuk menghalau semua hasutan atau tindakan diskriminatif seperti itu, dan untuk mencapai tujuan ini dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan hak yang disebutkan dalam pasal 5 Konvensi ini, Negara-Negara Pihak: a menyatakan setiap penyebarluasan gagasan berdasarkan keunggulan atau kebencian terhadap rastertentu, hasutan ke arah diskriminasi ras maupun semua tindak kekerasan atau hasutan untuk melakukan tindakan semacam itu terhadap ras atau kelompok orang dengan warna kulit atau asal bangsa yang berbeda, dan juga pemberian bantuan bagi kegiatan-kegiatan rasis, termasuk bantuan keuangan, adalah kejahatan yang dapat dituntut secara hukum; b akan menyatakan tidak sah secara hukum dan melarang semua organisasi dan kegiatan yang diorganisir serta kegiatan-kegiatan propaganda lain yang menyebarluaskan dan mendorong diskriminasi ras, dan menyatakan bahwa keikutsertaan dalam organisasi serta kegiatan semacam itu sebagai kejahatan yang dapat dihukum oleh undang-undang; c Tidak membolehkan pegawai atau lembaga pemerintah, baik nasional maupun daerah, untuk menyebarluaskan dan mendorong diskriminasi ras.” Ketentuan pasal di atas, di tiap-tiap hurufnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 160 a. Negara Peserta mengutuk semua propaganda yang berdasar ide rasis; b. Negara Peserta mengutuk semua organisasi yang berdasarkan ide atau teori rasis; c. Negara Peserta berusaha mengambil tindakan positif yang bertujuan 160 Ibid. hal. 6 Universitas Sumatera Utara memusnahkan rangsangan atau perbuatan diskriminasi. Penjelasan Pasal 4 di atas dapat dikatakan bahwa tiap-tiap perbuatan baik yang dilakukan seseorang maupun organisasi yang memiliki unsur propaganda diskriminasi ras dapat dikatakan sebagai tindak kejahatan. Negara-negara peserta Konvensi dapat menentukan sendiri tindakan-tindakan positif untuk menghapuskan diskriminasi ras dan etnis. Tindakan tersebut dapat ditentukan dengan suatu kebijakan hukum di masing-masing negara peserta. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, diskriminasi ras dan etnis merupakan akar dari berbagai kejahatan yang lebih besar sehingga dunia Internasional sangat mengecam perbutan diskriminasi ras dan etnis ini. Dengan ketentuan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis di atas, maka dapat dinyatakan bahwa tindak diskriminasi ras itu sendiri sejatinya dapat dikatakan sebagai suatu tindak kejahatan.

B. Kejahatan Diskriminasi Ras dan Etnis di Indonesia