problem  solving,  dan  communication,  agar  mahasiswa  juga  memiliki petunjuk yang tepat untuk berdiskusi.
Penelitian  yang  sama  dilakukan  oleh  Rachmi  et  al.  2009 bahwa scenario dalam proses tutorial digunakan sebagai trigger untuk
mahasiswa.  Hal  diatas  menyatakan  bahwa  dengan  trigger  tersebut dimaksudkan agar mahasiswa terstimulus dengan critical thinking dan
problem solving, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang optimal dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan  penelitian-penelitian  tersebut  dapat  dikatakan bahwa  skenario  dapat  dijadikan  sebagai  acuan  trigger  untuk  dapat
berpikir  kritis  dan  meningkatkan  keterampilan  pemecahan  masalah problem  solving.  Kualitas  skenario  yang  baik  akan  meningkatkan
keterampilan  pemecahan  masalah  problem  solving,  minat  belajar mahasiswa, dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
2. Mahasiswa
Aspek  mahasiswa  ditunjukkan  dalam  daftar  pernyataan  pada nomor  8,  9,  10,  11,  12,  13,  14,  dan  15.    Pernyataan  pada  aspek  ini
mengenai pengetahuan mahasiswa tentang kegiatan tutorial dan manfaat diskusi tutorial.
Berdasarkan  jumlah  dari  masing-masing  pernyataan,  peneliti mendapatkan  hasil  mengenai  pendapat  mahasiswa  tentang  kegiatan
tutorial  dan  manfaat  diskusi  tutorial.  Hasil  tersebut  disajikan  dalam Gambar 4.
Gambar 4 . Grafik nilai pada faktor mahasiswa
Gambar 4. menunjukkan nilai tertinggi pada pernyataan 15 dengan jumlah  nilai  80,65.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  mahasiswa  setuju  dan
memberikan  kategori  baik,  bahwa  adanya  diskusi  tutorial  dapat berpengaruh terhadap nilai dan prestasi mahasiswa. Dan nilai terendah pada
pernyataan  13  dengan  jumlah  nilai  75,40.  Hasil  tersebut  menunjukkan bahwa  aktifitas  mahasiswa  pada  saat  proses  diskusi  tutorial,  khususnya
dalam  memberikan  tanggapan  feedback  terhadap  pendapat  rekan  diskusi dalam kategori sedang.
Pada  dasarnya  pemberian  tanggapan  feedback  pada  saat  diskusi tutorial  sangat  penting  bagi  mahasiswa.  Menurut  Hasketh    Laidlaw
2002, tanggapan feedback dalam diskusi tutorial memiliki banyak tujuan termasuk  meningkatkan  pencapaian,  pengembangan  pemahaman  dan
79.03 78.63
80.24 78.63
79.44
75.40 78.63
80.65
72.00 73.00
74.00 75.00
76.00 77.00
78.00 79.00
80.00 81.00
82.00
Pernyataan 8
Pernyataan 9
Pernyataan 10
Pernyataan 11
Pernyataan 12
Pernyataan 13
Pernyataan 14
Pernyataan 15
T o
ta l N
il ai
Pernyataan pada Faktor Mahasiswa
kemampuan  mahasiswa  dan  dapat  memotivasi  mahasiswa  dengan  cara memacu dan mengenali usaha mereka dalam proses pembelajaran.
Hasketh    Laidlaw  2002,  mengidentifikasi  faktor-faktor  yang menjadi  penghalang  dalam  pemberian  feedback  adalah  rasa  ketakutan
bahwa feedback akan merusak hubungan antara pengajar dan pembelajar, pembelajar  yang  defensif  atau  resisten  dengan  feedback  yang  diberikan,
feedback  yang  diberikan  terlalu  umum,  feedback  yang  diberikan inkonsisten, dan pemberi feedback  yang tidak dihormati oleh pembelajar.
Faktor  lain  yang  mungkin  tidak  terlalu  essensial,  namun  dapat mempengaruhi proses pemberian feedback adalah perbedaan jenis kelamin,
umur dan latar belakang pendidikan dan budaya. Faktor lain yang juga turut berpengaruh  pada  penerimaan  feedback  pada  mahasiswa  adalah
pengetahuan mahasiswa terhadap feedback itu sendiri. Berdasarkan  hasil  di  atas  menandakan  bahwa  mahasiswa  Farmasi
UMY harus lebih percaya diri dan harus mampu meningkatkan kemampuan menanggapi  atau  memberikan  feedback  kepada  rekan  diskusi  pada  saat
diskusi tutorial agar dapat meningkatkan keaktifan dalam proses diskusi dan juga  dapat  meningkatkan  kemampuan  memecahkan  permasalahan  dalam
skenario yang diberikan.
3. Peran tutor
Aspek peran tutor ditunjukkan dalam daftar pernyataan pada nomor 16,  17,  18,  19,  dan  20.    Pernyataan  pada  aspek  ini  mengenai  penilaian
mahasiswa tentang peran tutor di dalam diskusi tutorial. Berdasarkan  jumlah  dari  masing-masing  pernyataan,  peneliti
mendapatkan  hasil  mengenai  penilaian  mahasiswa  tentang  peran  tutor  di dalam diskusi tutorial. Hasil tersebut disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5
. Grafik nilai pada faktor peran tutor Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pernyataan 18
dengan jumlah nilai 81,05. Hal  ini menunjukkan mahasiswa  setuju dan memberikan  kategori  baik,  bahwa  peran  tutor  dapat  memicu  mahasiswa
untuk mencapai tujuan belajar. Nilai terendah pada pernyataan 20 dengan jumlah  nilai  78,23.  Nilai  ini  masih  tetap  lebih  tinggi  dari  76.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  mahasiswa  setuju  dan  memberikan  kategori  baik,
79.84 79.03
81.05 80.65
78.23
76.50 77.00
77.50 78.00
78.50 79.00
79.50 80.00
80.50 81.00
81.50
Pernyataan 16 Pernyataan 17 Pernyataan 18 Pernyataan 19 Pernyataan 20
T o
ta l N
il ai
Pernyataan pada Faktor Peran Tutor
bahwa tutor memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk memecahkan permasalahan dalam skenario.
Berdasarkan hasil daftar pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa peran  tutor  dalam  tutorial  sangat  berperan  penting  dalam  keterampilan
pemecahan masalah mahasiswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang pernah  dilakukan  sebelumnya.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Chng
Schmidt  2010  menyatakan  bahwa  ada  hubungan  yang  positif  antara perilaku dengan proses pembelajaran pada PBL. Semakin baik kemampuan
tutor untuk berkomunikasi dengan mahasiswa, pertukaran ide akan semakin lancar dan mahasiswa semakin  mudah mengerti. Hal  ini akan berdampak
pada semakin baiknya pembelajaran pada setiap fase pembelajaran dalam PBL. Berdasarkan hal tersebut, semakin baiknya kemampuan seorang tutor
akan  berdampak  pada  proses  pembelajaran  dan  akan  meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.
D. Rekapitulasi Penilaian Mahasiswa Terhadap Tiap Faktor
Berdasarkan jawaban dari daftar pernyataan yang diberikan kepada mahasiswa  Farmasi  Universitas  Muhammadiyah  Yogyakarta  angkatan
2012,  maka  didapatkan  skor  pada  masing-masing  faktor.  Skor  tersebut diperoleh dari perhitungan dengan rumus  rata-rata total  nilai . Rumus
tersebut digunakan untuk mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap  faktor  yang  mempengaruhi  keterampilan  pemecahan  masalah
dalam  tutorial  pada  metode  PBL.  Hasil  tersebut  disajikan  dalam  tabel berikut.
Tabel 6 . Rata-rata total nilai masing-masing faktor yang mempengaruhi
keterampilan pemecahan masalah Faktor yang mempengaruhi
Rata-rata  total  nilai  masing-masing faktor
keterampilan pemecahan
masalah
Skenario 83,24
Mahasiswa 78,83
Peran tutor 79,76
Tabel  6.  menunjukkan  bahwa  ketiga  faktor  yang  mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah menghasilkan total nilai  76, sehingga
dapat dikatakan bahwa penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada
metode  PBL  dalam  kategori  BAIK.  Semakin  tinggi  total  nilai menandakan  bahwa  penilaian  mahasiswa  Farmasi  UMY  terhadap  faktor
yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL akan semakin baik.
Berdasarkan hasil tersebut, mahasiswa menilai bahwa keterampilan pemecahan  masalah  dipengaruhi  oleh  kualitas  masalah  atau  kasus  dalam
skenario,  pengetahuan  mahasiswa  tentang  kegiatan  tutorial  dan  manfaat diskusi tutorial, dan tugas atau peran seorang tutor dalam diskusi tutorial.
Semakin  baik  kualitas  skenario,  semakin  tinggi  pengetahuan  mahasiswa
mengenai tutorial dan manfaat diskusi tutorial, dan semakin baik tugas atau peran  seorang  tutor  dapat  meningkatkan  kemampuan  keterampilan
pemecahan masalah seorang mahasiswa. Berdasarkan tabel di atas, nilai tertinggi pada faktor skenario dengan
nilai 83,24, diikuti peran tutor 79,76 dan faktor mahasiswa 78,83. Hal ini  menunjukkan  bahwa  mahasiswa  menilai  masalah  dalam  skenario
berdampak paling besar dalam keterampilan pemecahan masalah. Semakin baik  kualitas  skenario  maka  kemampuan  keterampilan  pemecahan
mahasiswa akan semakin baik, diikuti peran tutor dan faktor mahasiswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  analisis  data  dan  pembahasan  yang  telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkanbahwa:
1. Penilaian  mahasiswa  Farmasi  UMY  terhadap  faktor-faktor  yang
mempengaruhi  keterampilan  pemecahan  masalah  dalam  tutorial adalah BAIK karena nilai ketiga faktor lebih besar dari 76.
2. Faktor  yang  paling  tinggi  dalam  mempengaruhi  keterampilan
pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL adalah faktor skenario  dengan  83,24,  diikuti  peran  tutor  dengan  79,76,  dan
faktor mahasiswa 78,83..
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis faktor  yang  mempengaruhi  keterampilan  pemecahan  masalah  pada
mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam tutorial pada metode Problem Based Learning PBL, maka penulis menyampaikan
saran: 1.  Bagi institusi pendidikan
Berdasarkan  penlitian  yang  dilakukan  diharapkan  dapat  menjadi masukan  dan  acuan  untuk  meningkatkan  efektivitas  sistem
pembelajaran dalam meningkatkan kualitas lulusan Farmasi UMY agar dapat menjadi apoteker yang profesional.
2.  Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah jumlah daftar pernyataan dan
jumlah  responden  agar  hasil  yang  didapatkan  lebih  menggambarkan keadaan yang ada dalam menilai keterampilan pemecahan masalah.
3.  Bagi mahasiswa UMY Berdasarkan  penelitian    yang  dilakukan  diharapkan  untuk  mahasiswa
Farmasi UMY agar lebih meningkatkan semangat, kesadaran diri, dan kepercayaan  diri  agar  dapat  meningkatkan  kemampuan  keterampilan
pemecahan  masalah  dan  kemampuan  belajarnya  sehingga  dapat menjadi lulusan Apoteker yang berkompeten.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Sabri. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum Teaching: hlm. 121.
Amirin, Tatang, 2010, Skala Likert: Penggunaannya dan Analisis Datanya. Anisah, E., Mu’aminah, K., Kurniawati, D. N., Nufus, M., 2012. Metode
Pembelajaran Konvensional. Stain Pekalongan. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu  Pendekatan Praktik.
PT Rineka Cipta. Jakarta. Asikin,  M.  2011.  Dasar-Dasar  Proses  Pembelajaran  Matematika  1.  Bahan
Ajar. Semarang: Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan
Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta. Chan  K.  L,  Nivvritti  GP,  Jamie CML,  Chak  SL  And  mary  SMIP.  2010.
Advantages  Of  Video  Trigger  In  Problem  Based  Learning. Hongkong.
Dari www.ncbi.nlm.nih.govpubmed20795809
diakses 9 Juni 2016 Chng E. and Scmidt H. G. 2010. Effect of tutor-related behaviors on the
process of problem-based learning. Adv in Health Sci Educ, 3. Depdiknas.  2006.  Bunga  Rampai  Keberhasilan  Guru  dalam  Pembelajaran
SMA, SMK, dan SLB. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Dolamns, D.H.S.M., Wolfhagen, H.A.P.  Van der Vleuden, C.P.M. 1998.
Motivational  and  cognitive  processes  influrencing  tutorial  groups. Academic Medicines; 73; 10: 22-24.
Duch. Barbara J., Allen, Deborah E., and White, Harold B. 2000. Problem- Based  Learning:  Preparing  Student  to  Succed  in  the  21
st
Century. http:www.hku.hkcauthomepagetdg5TeachingMatterDEc.98.p
df . Diakses pada tanggal 20 Mei 2015.
Endriani  R.,  Nazriati  E.  2009.  Pendapat  Mahasiswa  Terhadap Implementasi  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi  KBK  dengab
Problem Based Learning PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru.
Dari http:ejournal.unri.ac.idindex.phpJIKarticleviewFile671664
.pdf . Diakses pada tanggal 9 Juni 2016
Eric,  Chan  Chung  Ming.  2002.  Engaging  Students  in  Open-Ended Mathematics Problem Task
– A sharing on Teachers Production and Classroom  Experience.  http:
www.math.acmu.edu.enearcome3 .
diakses pada tanggal 20 mei 2015. Fogarty, R. 1997. Probelm based-learning and other curruculum models for
the  multiple  intelligences  classroom.  Arlington  Heights,  Illinois Skylight Training and Publishing, Inc.
Foong, Pui Yee. 2002. Using Short Open-Ended Mathematics Questions to Promote
Thinking and
Understanding. http:
www.math.unipa.it~grimSiFoong.PDF .  diakses  pada  tanggal  15
Mei 2015. Gij
selaers,  W.  1996.‘  Connecting  problem  based-leaning  practice  with educational  theory’  in  Wiikerson,  L.  and  Gijselaers,  W.  eds.
Bringing Problem Based-Learning to Higher Education: Theory and Practice. San Fransisco: Jossey Bass Publishers.
Global  Supply  Chain  Management  Blog.  2006. Seven  Jump  Method. Diakses
pada tanggal
9 Juni
2016 dari
http:apiaryinnovations.comLogisticsCoursecourseblog1.htm Groves  M.,  Rego  P.,  O’Rourke  P.  2005.  Tutoring  in  problem-Based
learning  medical  curricula;  the  influence  of  tutor  background  and style on effectiveness. BMC Med Educ. 2005;5: 1-7
Gwee, M. 2009. Probelm-based learning: a strategic learning system design for the education of healthcare professionals in the 21
st
century. Habib  F,  Baig  L  and  Mansuri  F.A,  2006.  Opinion  of  medical  students
regarding problem based learning. J. Pak. Med. Assoe., 5610: 430- 2.
Retrieved April
2011. From
http:www.ncbi.nlm.nih.govpubmed .  Diakses  pada  tanggal  9  Juni
2016 Halonen  D  2010.  Problem  based  learning:  A  case  study.  University  fo
Manitoba.uspace.athabascau.ca:8080...Problem20Based20Lea rning.ppt.
Harden  RM,  Sowden  S,  Dunn  WR  2009.  Educational  strategies  in curiculum
development: the
SPICES model.
ASME. www.medicaleducation.com
Harsono,  2004,  Pengantar  Problem  Based  Learning.  Media  FK  UGM. Yogyakarta
Hesketh, E.A.  Laidlaw, J.M. 2002 1: Feedback. Medical Teacher. 243, pp 245-48