Implementasi Model PBL Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED

LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MEMBACA SISWA KELAS IV SD INSAN TELADAN

PARUNG BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Astria

NIM 1112018300002

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN

(UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SD

INSAN TELADAN PARUNG BOGOR

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh Astria 1112018300002

di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor disusun oleh Astria NIM 1112018300002, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 04 Agustus 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,

Jakarta, 29 Juni 2016

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001


(5)

(6)

i

ABSTRAK

Astria, “Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan langkah-langkah yang sama untuk meningkatkan keterampilan membaca melalui model Problem Based Learning. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor yang berjumlah 20 siswa pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas IV melalui model Problem Based Learning mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa mencapai KKM 75, sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapai KKM 75. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Demikian juga dengan hasil observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning.

Dari kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Problem Based Learning

di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning dan membawa siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan dan penggunaan model Problem Based Learning dalam keterampilan membaca dapat mendorong siswa dalam membaca. Khususnya SD Insan Teladan hendaknya dapat menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran yang lain, yang dianggap sulit dalam pemecahan masalah.


(7)

ii ABSTRACT

Astria, "The Implementation of PBL (Problem Based Learning) Model to Improve the Reading Skill of Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor". Department of Government Elementary School Teacher Education Thesis, Faculty of MT and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016.

This study aims to identify improvements in reading skills utilizing problem based learning model for Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor. The method of analysis applied was a Classroom Action Analysis (CAS) consisting of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. Those four stages forms a cycle that is repeated and the same steps are taken to improve reading skills through the model of Problem Based Learning. This Classroom Action Analysis was conducted on Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor with a total of 20 students in the even semester of 2015/2016.

The research showed that the reading skills of the fourth graders that were put through the Problem Based Learning models have improved. The improvements were seen through the assessment result and observation of learning activities in first and second cycles. Results of reading skills assessment in the first cycle average achieved were 72.50, 70% of students reached the KKM 75, while in the second cycle average were 83.75, 90% of students reached the KKM 75.Therefore, it can be concluded that the Problem Based Learning model can improve the reading skills of 4th grade students of SD Insan Teladan Parung Bogor. Likewise with the observation results of the learning activities in first and second cycles showed that the learning to read was already in accordance with the steps of Problem Based Learning model.

From the above conclusion as a follow up of this research, it can be put forward some of suggestion as follow: the school should be provide support to the development of Problem Based Learning in school so that the other teachers could be implement the Problem Based Learning model and bring the students in to the enjoyable learning and the utilization of Problem Based Learning model in reading skills could be encourage the students in reading. Particularly in SD Insan Teladan should be implement the Problem Based Learning model on the other subjects which are considered difficult in problem solving.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirohim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai penyempurna akhlak yang mulia dan rahmatan lil alamin, serta kepada sahabatnya keluarga dan kita sebagai para pengikutnya.

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan, dorongan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dari hati yang peling dalam kepada.

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

2. Dr. Khalimi, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.


(9)

iv

4. Dindin Ridwanudin, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Hindun, M.Pd. dan Dr. Fidrayani, M.Pd., M.Si, Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis ketika di bangku kuliah.

7. Kepala Sekolah SD Insan Teladan Parung Bogor, Eka Sari Budiwati, S.Pd., dan seluruh komponen sekolah lainnya terutama Bapak Fadlur Rahman serta Ibu Iis Milasari selaku wali kelas IV yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

8. Siswa-siswi kelas IV SD Insan Teladan yang telah memberikan semanagat dan senyuman serta telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Ayah Bunda tercinta, Bapak H. Asmin dan Ibu Hj. Arnidah, yang senantiasa mencurahkan cinta serta kasih sayangnya melalui doa, nasihat, dukungan, kesabaran, serta pengorbanan yang selalu diberikan sehingga penulis dapat mempersembahkan sebuah karya sederhana ini. 10.Saudari tercinta dan tersayang Asmita, S.Sos.I., Astika, S.E., Asnaura

yang selalu mendukung dan mendoakan penulis untuk segera mnyelesaikan skripsi ini dan segera meraih gelar sarjana.


(10)

v

11.Sahabat-sahabat tersayang, Rudi Setiawan, Ressa Carera, Ismi Charindah, Erikh Bastian, Rosi Lestari, Saly Fadhila, Anisa Putri Utami, Jingga Puspa Wimantara, dan Maulidia Agustin. Terimakasih atas indahnya persabatan serta dukungan dalam memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman angkatan 2012 di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang turut memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Serta ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan, semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 29 Juni 2016

Astria


(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... .x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Model Problem Based Learning ... 6

a. Pengertian Model ... 6

b. Pengertian Model Problem Based Learning ... 7

c. Karakteristik Model Problem Based Learning ... 9

d. Tujuan Model Problem Based Learning ... 12


(12)

vii

f. Kelebihan & Kekurangan ModelPBL ... 16

2. Keterampilan Membaca ... 18

a. Pengertian Keterampilan ... 18

b. Pengertian Membaca ... 19

c. Tujuan Membaca ... 20

d. Jenis-Jenis Membaca ... 23

e. Pengertian Keterampilan Membaca ... 24

f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar ... 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 36

G. Data dan Sumber Data... 36

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Teknik Analisis Data ... 40


(13)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan (Pra Siklus) ... 42

1. Siklus I ... 43

2. Siklus II ... 48

B. Analisis Data ... 53

1. Lembar Observasi ... 53

2. Penilaian Keterampilan Membaca ... 56

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 58

D. Pembahasan Temuan Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 27

Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen dan Sumber Data ... 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca ... 37

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39

Tabel 4.1 Jadwal Mata Pelajaran Kelas IV ... 43

Tabel 4.2 Hasil Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 53

Tabel 4.4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 55

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I dan II ... 56


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 32

Gambar 4.1: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 54

Gambar 4.2: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 56


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 65

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 69

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 71

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 75

Lampiran 5 Lembar Penilaian Keterampilan Membaca ... 77

Lampiran 6 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I ... 80

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 81

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ... 85

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 87

Lampiran 10 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus II ... 92

Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 93

Lampiran 12 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 94

Lampiran 13 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 95

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 96

Lampiran 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 97

Lampiran 16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 98

Lampiran 17 Pedoman Wawancara Pra Siklus ... 99

Lampiran 18 Hasil Wawancara Pra Siklus... 100

Lampiran 19 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ... 101

Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi ... 104

Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 105

Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 106


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan tujuan di atas, diperlukan usaha dari masyarakat maupun pemerintah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas penting yang memerlukan proses pendidikan yang baik dan terarah. Guru sebagai tenaga professional harus memiliki kemampuan menerapkan metode, model, serta strategi pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan membuat suasana belajar yang kondusif untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Berbagai model, metode, strategi, dan media pembelajaran yang bervariasi mulai diterapkan oleh para guru termasuk dalam keterampilan berbahasa. Penguasaan keterampilan berbahasa bukan hanya untuk diketahui melainkan juga untuk dikuasai oleh siswa.

Keterampilan berbahasa berperan penting dalam kemampuan seseorang berbahasa secara lisan maupun tulis. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa saat kecil seseorang belajar menyimk atau mendengarkan bahasa, kemudian belajar untuk berbicara sampai akhirnya belajar membaca dan menulis. Berdasarkan peningkatan tersebut keterampilan berbahasa diajarkan sejak usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Keterampilan berbahasa biasanya mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Salah satu keterampilan berbahasa yang dijadikan topik utama dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca salah satu keterampilan yang ada pada pembelajaran bahasa Indonesia, merupakan ilmu yang sangat penting digunakan untuk berkomunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena dengan membaca juga menambah wawasan untuk memberikan informasi di era globalisasi ini. Apabila banyak membaca, akan menambah perbendaharaan kata,


(18)

2

penambahan pengetahuan, melatih alat ucap, serta menambah penalaran yang dapat digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas merupakan interaksi aktif yang terjadi antara peserta didik dan guru. Proses belajar mengajar terjadi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap peserta didik, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada proses belajar guru harus mengenali peserta didik yang diajarkannya. Guru juga dihadapkan dengan keterampilan, kemampuan, kreativitas, serta keaktikan yang dapat meningkatkan proses belajar peserta didik. Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran siswa diharuskan mendapatkan pengetahuan dari berbagai macam mata pelajaran. Atas dasar pembelajaran itu, keterampilan membaca di SD/MI harus menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa dalam memecahkan masalah secara individu ataupun kelompok, serta interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian rancangan pembelajaran dalam keterampilan membaca dapat menggunakan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran menarik perhatian siswa.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas dan hasil observasi pembelajaran pra siklus ditemukan permasalahan-permasalahan pelaksanaan pada keterampilan membaca di kelas IV SD Insan Teladan yaitu hasil belajar keterampilan membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan juga keterampilan membaca siswa sangat rendah. Selain itu permasalahan juga di temukan pada guru, yaitu guru tidak menggunakan model pembelajaran yang variatif. Pembelajaran dimulai oleh guru menggunakan metode ceramah saja untuk menyampaikan informasi, sehingga pembelajaran seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk membaca. Permasalahan lain yang ditemukan yaitu guru kurang memotivasi siswa agar tidak malas untuk membaca dan siswa masih terlihat pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya, maka siswa menganggap remeh kegiatan membaca. Hal ini di tunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada permasalahan yang harus diselesaikan secara kelompok namun tidak diungkapkan, sehingga permasalahan tersebut tidak terselesaikan.


(19)

3

Melihat masalah-masalah yang terjadi, maka banyak hal yang disampaikan oleh guru untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di antaranya adalah guru menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang ada pada standar isi kurikulum. Guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk dapat menghantarkan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Salah satu model yang dapat dianggap mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membaca adalah model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berbasis masalah sehingga merangsang siswa untuk belajar. Siswa dapat bekerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan. Model Problem Based Learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam bekerja, serta menumbuhkan motivasi dalam diri untuk belajar dan dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Penggunakan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca dapat membantu guru dalam penyusunan model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa. Penerapan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca diharapkan agar siswa tidak lagi bersikap pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan mampu memotivasi dan menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) Untuk Menigkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor”.


(20)

4 B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka area dan fokus masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Keterampilan membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan. 2. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran keterampilan membaca. 3. Guru kurang kreatif dalam memilih model pembelajaran keterampilan

membaca.

4. Guru kurang memotivasi siswa agar banyak berlatih membaca.

C. Pembatasan Fokus Masalah

Dengan keterbatasan waktu penelitian tidak mengakomodir seluruh permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka penelitian ini dibatasi pada implementasi model Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring dan membaca dalam hati siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model Problem Based Learning

untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.


(21)

5

F. Kegunaan Hasil Penelitian/ Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi sekolah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Insan Teladan.

2. Bagi guru dan peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam mengangkat suatu fenomena yang ada di sekolah, serta dapat mencari informasi tentang upaya meningkatkan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning.

3. Bagi siswa dapat memanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan dan juga dapat membantu serta menumbuhkan keterampilan membaca siswa.


(22)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teoretik

1. Model Problem Based Learning a. Pengertian Model

Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah contoh, acuan, ragam, sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.1 Sedangkan model menurut Dendy Sugono, dkk adalah potongan, gaya.2 Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model untuk melaksanakan pembelajaran.3

Menurut Knapp, mendefinisikan “an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil juga mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran”.4

Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, serta kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil mengatakan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial, model pengolahan informasi, model personal-humanistik, dan model modifikasi

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. cit., hlm. 751

2

Dendy Sugono, dkk, Op. cit., hlm. 230 3

Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, hlm.17

4

Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 37


(23)

7

tingkah laku. Dengan demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.5

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL (Problem Based Learning) adalah model pengelolaan informasi, karena pada penerapannya siswa memecahkan masalah dengan cara menemukan informasi dari berbagai sumber-sumber yang diperolehnya.

b. Pengertian Model Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning atau PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan Problem Based Learning, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata

(real world).6

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.7

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah. Dalam penerapannya, guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat sesuatu permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara bersama-sama, sehingga dari hal itu peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berbasis masalah berdasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit peserta didik akan berkembang secara utuh, tidak hanya berkembang pada aspek kognitif, tetapi

5

Yani Zuhriyah, (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf), Op. cit.

6

Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)

7


(24)

8

juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi.8

Jones, Rasmussen, and Moffit yang dikutip oleh Dindin Ridwanuddin menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada pemecahan masalah secara autentik seperti pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik, kasus-kasus berhubungan fleksibilitas, kognisi, sumber-sumber informasi, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi dan dukungan social dan kontekstual. Dengan demikian, PBL (Problem Based Learning):

1) Menciptakan pembelajaran bermakna, di mana peserta didik dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata.

2) Dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara stimultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

3) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.9

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah menurut Sudarman, “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”.10 Selanjutnya Agus N. Cahyo “pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru”.11

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa PBL (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pemecahan masalah.

8Ibid. 9Ibid.,

hlm 55

10

Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69

11

Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 283


(25)

9

Pembelajaran yang menghadapkan siswa dengan pengalaman dalam kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Problem Based Learning (PBL) juga merupakan pembelajaran yang bermakna untuk meningkatkan berpikir kritis serta dapat menumbuhkan atau mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok yang mengacu pada pembelajaran berdasarkan proyek, pengalaman, autentik dan bermakna.

c. Karakteristik Model Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura dalam Eggen dan Kauchak adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri. Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura memiliki tiga karakteristik yaitu:

1) Kegiatan pembelajaran berbasis masalah bermula dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus pelajarannya.

2) Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Pelajaran pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan secara berkelompok, sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu. 3) Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan

memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang sangat profesional utnuk memastikan kesuksesan pelajaran pembelajaran berbasis masalah.12

Meminjam pendapat Bruner dalam Dahar yang dikutip oleh Trianto, bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut

12

Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307


(26)

10

dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.13

Wina Sanjaya dalam Mohamad Syarif Sumantri, pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran konstektual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah. Melalui masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan yang lebih mendasar.14

Ibrahim & Nur dalam Agus N. Cahyo mengatakan pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa ciri dan karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa. Meskipun siswa dipandu oleh guru, mereka harus bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk mengelola masalah dan dimana mencari informasi.

2) Belajar terjadi dalam kelompok kecil siswa. Pada akhir setiap unit kurikuler, siswa secara acak dikondisikan dalam kelompok baru.

3) Guru adalah fasilitator. Guru tidak memberikan pembelajaran atau informasi faktual, tetapi hanya mengarahkan para siswa agar berupaya mencari langsung ke sumber. Fasilitator harus meminta siswa agar bertanya pada diri sendiri untuk memahami dan mengelola masalah.

4) Masalah membentuk fokus pengaturan dan stimulus pada pembelajaran. Suatu masalah dapat disajikan dalam format yang berbeda (kasus tertulis, rekaman video, simulasi komputer) dan itu merupakan tantangan bagi para siswa dalam menghadapi praktik, memberikan relevansi dan motovasi untuk belajar. Jadi, masalah memberi siswa fokus pada pengintegrasian informasi, yang dapat memfasilitasi kemudian mengingat dan aplikasi untuk masalah masa depan.

5) Masalah adalah wahana pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah. Masalah menarik kontemporer dan autentik. Masalah adalah cermin dari apa yang akan siswa temukan dalam kehidupan nyata.

13

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 91

14


(27)

11

6) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Para siswa diharapkan belajar dan mengumpulkan keahlian berdasarkan penyelidikan dan penelitian mereka sendiri seperti para profesional melakukannya.15

Jadi, dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru. Pemecahan masalah yang dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah, serta menghasilkan pengetahuan yang bermakna, karena secara mandiri memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik.

Depdiknas dalam Dindin Ridwanudin, ciri utama Problem Based Learning

meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Pierce dan Jones mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Keterlibatan meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.

2) Inkuiri dan investigasi yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi.

3) Performa yaitu menyajikan temuan.

4) Tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.16

Di atas telah disebutkan, bahwa ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah memusatkan keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

15

Agus N. Cahyo, Op. cit., hlm. 284-285

16


(28)

12 d. Tujuan Model Problem Based Learning

Trianto dalam bukunya Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengatakan bahwa sesuai dengan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan:

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri.17

Eveline dalam buku Mohamad Syarif Sumantri terdapat sejumlah tujuan dari

Problem Based Learning. Problem Based Learning dapat meningkatkan kedisiplinan dalam hal:

1) Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan.

2) Aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau ynag akan datang.

3) Pemikiran yang kreatif dan kritis.

4) Adaptasi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi. 5) Apresiasi dari beragam cara pandang.

6) Kolaborasi tim yang sukses.

7) Identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan. 8) Kemajuan mengarahkan diri sendiri.

9) Kemampuan komunikasi yang efektif. 10)Kemampuan dalam kepemimpinan.18

Pada prinsipnya, tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Dan harus diingat bahwa model pembelajaran ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa

17

Trianto, Op. cit., hlm. 94-95

18


(29)

13

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar mandiri.19

Jadi, kesimpulan dari penjabaran di atas, tujuan model Problem Based Learning adalah meningkatkan kedisiplinan dengan adanya partisipasi dari pemecahan masalah yang dihadapi, dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta kemajuan mengarahkan diri sendiri dan kemampuan komunikasi ynag efektif dapat menimbulkan kolaborasi tim yang sukses.

e. Tahap-Tahap Model Problem Based Learning

Ibrahim dalam Dindin Ridwanudin, dalam pembelajaran berbasis masalah, terdapat lima tahap utama sebagai berikut:

1) Tahap orientasi siswa kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.

2) Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membentuk siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.

5) Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. 20

19

Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48

20


(30)

14

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Orientasi siswa kepada masalah.

 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan.  Memotivasi siswa untuk terlibat aktif

dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasikan siswa

 Mebantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

tersebut. Fase 3

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

 Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

 Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model, dan berbagi tugas dengan teman. Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok presentasi hasil kerja.

1) Fase 1: Orientasi Peserta Didik pada Masalah a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

b) Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.

c) Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan

skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.

d) Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.


(31)

15

2) Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik dalam Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

a) Guru menyampaikan permasalahan kemudian peserta didik melakukan brainstorming melalui: mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap permasalahan sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

b) Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. c) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 3) Fase 3: Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok dalam

Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

a) Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

b) Guru mendorong peseta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan isu yang sedang diinvestigasi, melaksakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan memecahkan masalah.

4) Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.


(32)

16

5) Fase 5: Penilaian

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek: sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampiilan (skill). 21

Jadi, dapat disimpulkan dari batasan di atas, bahwa Problem Based Learning

memiliki lima tahap pembelajaran untuk melatih kemampuan balajar siswa dalam melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta mejadikan siswa menjadi pembelajar yang mandiri.

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Menurut Junaidi, dkk dalam Dindin Ridwanudin terdapat kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Problem Based Learning.

1) Kelebihan pada pembelajaran berbasis maslaah yakni:

a) Pemecahan masalah yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah dapat menentang kemampuan peserta didik dan memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan mereka.

d) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembagkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

e) Pemecahan biasanya memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

f) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka sesuai dengan pengetahuan baru.

21


(33)

17

g) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk secara terus menerus belajar.

2) Kekurangan pembelajaran berbasis masalah:

a) Ketika peserta didik tidak memiliki minat dan bakat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategis pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman, pemecahan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin dipelajari.22

Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Mohamad Syarif Sumantri model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya:

1) Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah a) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. b)Berpikir dan bertindak kreatif.

c) Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. d)Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan.

e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f) Merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat.

g)Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan. 2) Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah

a) Pembelajaran hanya berdasarkan masalah.

b)Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini, misalnya terbatasnya sarana dan prasarana atau media pembelajaran yang dimiliki dapat menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan konsep yang diajarkan.23

22

Dindin Riwanuddin, Op. cit., hlm. 64-65

23


(34)

18 2. Keterampilan Membaca

a. Pengertian Keterampilan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.24 Sedangkan menurut Dendy Sugono, dkk menyebutkan terampil adalah mampu dan cekatan contohnya adalah seseorang terampil dalam mengerjakan tugas sehari-hari.25 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akanbermanfaat bagi masyarakat.

Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.26

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan anak dalam melakuakn aktivitas dengan mengembangkan keterampilan fisik dan motorik. Keterampilan itu harus dilakukan setiap saat, agar menjadi pembiasaan, sehingga berkembanglah kebiasaan-kebiasaan baik.

24

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180

25

Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394

26

Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal, 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf)


(35)

19 b. Pengertian Membaca

Membaca menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.27

Membaca menurut Tarigan dalam Resmini, dkk adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf). Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.28

Klein, dkk dalam Rahim yang dikutip oleh Resmini, dkk mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.29

Dalam buku H.G. Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat di ketahui. Sedangkan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan

27

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02

28

Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 74

29Ibid


(36)

20

berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.30

Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengenalan kata-kata dalam bentuk cetak atau huruf-huruf, yang mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi serta memperoleh pesan yang ingin disampaikan melalui media kata-kata. Membaca juga dapat melatih kemampuan berbicara dan kemampuan mengenal kata perkata dalam suatu kalimat.

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang di pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.31

Dari pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka membaca dapat dikatakan juga sebagai metode yang digunakan untuk berkomunikasi menyampaikan pesan yang tersurat dan tersirat agar mudah dipahami dengan baik. Menurut Farida Rahim membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.32

c. Tujuan Membaca

Sarkiyah dalam Supryadi mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan

30

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 07

31

Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm hlm. 99

32


(37)

21

membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.33

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, Karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan. Tujuan membaca menurut Farida Rahim mencakup:

1) Menyempurnakan membaca nyaring. 2) Menggunakan strategi tertentu.

3) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.

4) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. 5) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.

6) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.34

Sejalan dengan Farida Rahim dan Novi Resmini, dkk, Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Berikut tujuan membaca, yakni:

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh

33

Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139

34Op. cit


(38)

22

untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga/ seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for organization).

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate). 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). 35

Jadi, dari teori di atas dapat disimpulkan membaca memiliki tujuan-tujuan penting seperti, membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk mengetahui urutan atau

35


(39)

23

susunan, organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, dan membaca untuk mengklasifikasikan.

d.Jenis-Jenis Membaca

Telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klausa, kalimat dan lain-lain, pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau makna, evakuasi atau penialaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.36

Novi Resimi, dkk menuliskan dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, bahwa terdapat jenis-jenis membaca, yakni:

1) Membaca pemahaman, adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat, atau lambatnya bacaan.

2) Membaca memindai, merupakan kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya.

3) Membaca layap, atau membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.

4) Membaca intensif, adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak

36Ibid.,


(40)

24

mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi dari bacaan.

5) Membaca nyaring, merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dna menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika temannya membaca akan tahu kesalahannya.

6) Membaca dalam hati, merupakan jenis kegiatan membaca yang berbeda dengan membaca nyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan dalam mendalami materi yang terdapat dalam bacaan. Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa utnuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa.37

e. Pengertian Keterampilan Membaca

Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Sebagai unsur keterampilan berbahasa, membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut. Menurut Budinuryanta, dkk dalam bukunya Pengajaran Keterampilan Berbahasa tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap social budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan diaggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu

37


(41)

25

kebudayaan atau masyarakat. Ini didasakan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat bahasa.38

Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan kebudayaan membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata baca yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan suau kebutuhan yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum seseorang istirahat setelah lelah menjalankan tanggung jawab dan kewajiban berkaitan dengan fungsional sosial.39

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Pada dasarnya keterampilan membaca memiliki tujuan yang sama dengan tujuan keterampilan berbahasa, yakni penalaran, instrumental, integratif, dan kebudayaan. Keterampilan membaca juga mempengaruhi kebiasaan dan kebuadayaan membaca.

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.40

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:

1) Pengalaman terhadap aksara serta tanda-tanda baca.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari siswa ke siswa dengan makna.41

38

Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, hlm. 112

39

Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm. 77

40

Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 245

41


(42)

26

Selanjutnya, menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa dalam membantu serta membimbing para peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, adalah:

1) Guru dapat membantu peserta didik dalam memperkaya kosa kata mereka. 2) Guru dapat membantu peserta didik untuk memahami makna

struktur-struktur kata dan kalimat.

3) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para peserta didik dengan metode-metode membaca.42

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang penting, karena dapat dipergunakan oleh pembaca untuk menerima pesan. Suatu proses yang menuntut agar pembaca atau peserta didik memperkaya kosa kata agar dapat memahami, mengembangkan, serta meningkatkan kecepatan membacanya.

f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar

Salah satu hal yang menjadi tugas guru, khususnya guru SD adalah mengajari anak membaca. Hal ini penting karena melalui membaca anak akan dapat menambah pengetahuan mereka dengan lebih mudah. Dengan kata lain, membaca merupakan salah satu kunci bagi anak untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kegiatan dalam membaca masih lebih ditekankan pada pengenalan dan pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan kalimat dalam bentuk sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih bermakna jika dapat membangkitkan makna seperti dalam pembicaraan lisan. Kemudian secara berangsur-angsur siswa mulai membaca pemahaman.43

Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda, misalnya siswa kelas rendah (siswa kelas I) dengan siswa kelas tinggi (siswa kelas IV), tingkat perkembangan kognitifnya tidak sama. Dengan demikian, bahan ajar atau bacaan yang dibacapun tidak sama, sehingga harus disesuaikan dengan tingkat

42Ibid.,

hlm. 16 43


(43)

27

perkembangan kognitif yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara optimal. Dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV dapat dilihat pada tabel berikut:44

Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Aspek Keterampilan Membaca Kelas IV

Aspek Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca I Memahami teks agak

panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna

kata dalam kamus/ensiklopedi

3.1Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas. 3.2Melakukan sesuatu

berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. 3.3Menemukan makna dan

informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi

melalui membaca

memindai.

II Memahami teks

melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca

pantun

7.1Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif.

7.2Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 7.3Membaca pantun anak

secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV salah satunya adalah pelaksanaan membaca nyaring yang dilakukan dengan vokalisasi. Kegiatan teknis membaca nyaring di samping berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai berikut.

1) Lafal bahasa Indonesia dengan tepat. 2) Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat. 3) Penggunaan tanda-tanda baca.

4) Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide.


(44)

28

5) Menggerakan mata dan memelihara kontak mata. 6) Kelancaran dan berekspresi dalam membaca.45

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan membaca nyaring siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang tepat, dan lafal yang tepat. Selain itu, membaca teknis membaca nyaring dilakukan dengan suara keras.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya:

Pertama, Toha Nasruddin (2010) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati”. Hasil penelitian ini menunjukan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas X B MAN Tempel pada materi Keanekaragaman Hayati dan juga dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X B MAN Tempel dengan effect size yaitu 1,51.

Perbedaan penelitian Toha Nasruddin dengan penelitian ini adalah:

1. Toha Nasruddin meneliti pada tahun 2010, sedangkan skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2016.

2. Data penelitian Toha Nasruddin diambil pada siswa kelas X B MAN Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.

3. Penelitian Toha Nasruddin tentang PBL memfokuskan pada materi Keanekaragaman Hayati yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi belajar

siswa kelas X B MAN Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini

memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.

45

Yeni Anindya Sari, Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Media Cerita Bergambar Siswa Kelas II B SD NEGERI PANGGANG, (Yogyakarta, 2014), hlm. 21


(45)

29

Kedua, Mila Zulfiah (2013) yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Konsep Inflasi di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru memiliki rata-rata 77%, sedangkan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan memiliki rata-rata 65% dan aktivitas siswa dalam berdiskusi dengan teman memiliki rata-rata 85%, kemudian aktivitas semangat siswa dalam memecahkan masalah memiliki rata-rata 87,3%. Maka penggunaan model

Problem Based Learning dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy. Perbedaan penelitian Mila Zulfiah dengan penelitian ini adalah:

1. Mila Zulfiah meneliti pada tahun 2013, sedangkan skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2016.

2. Data penelitian Mila Zulfiah diambil pada siswa Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta Barat, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.

3. Penelitian Mila Zulfiah tentang PBL memfokuskan pada Ekonomi Konsep Inflasi yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy, sedangkan skripsi ini memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.

Ketiga, Itiqomah (2012) yang berjudul Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Model Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pencapaian keterampian berpikir kritis untuk masing-masing kelompok siswa dapat dicapai dengan baik. Kemudian keterampilan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi dalam mencatat hasil pengamatan praktikum faktor-faktor yang mepengaruhi laju reaksi masing-masing kelompok siswa mencapai kategori baik. Maka penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Perbedaan penelitian Itiqomah dengan penelitian ini adalah:

1. Itiqomah meneliti pada tahun 2012, sedangkan skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2016.


(46)

30

2. Penelitian Itiqomah tentang PBL memfokuskan laju reaksi yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sedangkan skripsi ini memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.


(47)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat bulan), terhitung sejak bulan Februari hingga Mei 2016. Waktu dari perencanaan sampai pada penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini mengambil lokasi di SD Insan Teladan Parung Bogor yang beralamat Jl. Kalisuren Rt 002/Rw 05 Desa Kalisuren, kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Untuk memperoleh data yang representative dalam pembahasan skripsi ini, digunakan jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas sering disebut dengan classroom action research, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan professionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas. Disamping itu jenis penelitian ini dapat juga diterapkan untuk mengimplementasikan berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas, guru atau pendidik langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri bukan diberikan oleh pihak lain. Berikut ini akan di kemukakan beberapa definisi tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas):

1. Menurut Taggart, bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik.

2. Menurut PGSM Diknas, bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman


(48)

32

terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan.

3. Menurut Kemmis penelitian tindakan kelas adalah untuk menguji cobakan ide-ide ke dalam praktik dalam rangka memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.46

Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Tanggart. Model ini menggunakan system spiral, satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), aksi/tindakan (acting), observasi dan refleksi (reflecting).47 Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan (planning) Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan penilaian keterampilan membaca. 2. Tindakan (acting) Pada tahap ini yang dilakukan peneliti, yaitu melaksanakan

proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

sesuai dengan RPP yang yang telah dirancang sebelumnya.

46

Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) hlm. 12

47

Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40

Pelaksanaan Siklus I

Pengamatan

Dan Seterusnya Perencanaan

Siklus II Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi


(1)

107

UJI REFERENSI PENELITIAN

NO REFERENSI PARAF

PEMBIMBING BAB II

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180

2 Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394

3 Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12

4 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02 5 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di

Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 74

6 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 75

7 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 07

8 Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 98 9 Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia

di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I,hlm. 99 10 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,


(2)

108

11 Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan

Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139

12 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm. 11 13 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu

Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015),hlm. 09-10

14 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 12

15 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 80-82

16 Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan

Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, hlm. 112

17 Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm. 77

18 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 245

19 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015) hlm. 11

20 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015) hlm.16

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I,hlm. 751

22 Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),


(3)

109 Cet. VI, hlm. 230

23 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, hlm.17

24 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 37

25 Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12

26 Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)

27 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 54

28 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 55

29 Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk

Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69

30 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 283

31 Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307 32 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 91

33 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,


(4)

110

(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 42 34 Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran,

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307

35 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 284-285

36 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 57

37 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 94-95

38 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 44 39 Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48

40 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I,hlm. 60

41 Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/

PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)

42 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 64-65

BAB III

1 Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) hlm. 12

2 Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40

3 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi), (Bandung:


(5)

111

PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XII, hlm. 99

4 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, cv, 2012), Cet. III, hlm. 136

5 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE,2010), hlm. 391

6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 84

7 M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2002), Cet. XII, hlm. 112

Jakarta, 18 Juli 2016 Mengetahui,

Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001


(6)

112

BIODATA DIRI

Astria atau biasa dipanggil tia. Lahir di Jakarta, 24 Januari 1995. Anak ketiga dari pasangan H. Amin dan Hj. Arnidah. Memiliki 2 (dua) orang kakak yang bernama Asmita, S.Sos.I. dan Astika, S.E., dan 1 (satu ) orang adik bernama Asnaura.

Pada tahun 2000-2006 penulis memulai pendidikan di SDN 05 Petamburan Jakarta. Kemudian tahun 2006-2009 penulis melanjutkan seklah di MTs Jamiat Kheir Jakarta. Lulus dari MTs Jamiat Kheir penulis menimbah ilmu di MAN 1 Jakarta pada tahun 2009-2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) pada Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta setelah terdaftar sebagai mahasiswi pada tahun 2012.

Pada saat SD penulis mengikuti ekstrakulikuler PMR dan pernah menjadi salah satu dokter kecil di sekolah. Penulis juga pernah mengikuti ekstrakulikuler KIR pada saat sekolah di MAN 1 Jakarta. Berkat keikutsertaan penulis pada ekstrakulikuler ini, penulis terpilih menjadi ketua KIR dan pernah mengikuti Lomba Karya Ilmiah di SMKN 20 Jakarta dan berhasil menjadi juara Harapan 1. Karena mengikuti ekstrakulikuler KIR, penulis terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS sebagai bendahara 2 Tahun 2010-2011.

Penulis sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sosial. Berkat kesukaan penulis dengan kegiatan sosial, penulis bekerja sebagai voulentir di Yayasan Kelas Kepompong. Penulis sebagai pengajar anak-anak yang kurang mampu di daerah Karet Tanah Abang.

Jika ada pertanyaan, kritikan ynag membangun, dan saran untuk penulis mengenai skripsi ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui email astria.95@gmail.com.