ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DALAM TUTORIAL PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

SEFTINA WULANDARIN 20120350014

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN

PEMECAHAN MASALAH DALAM TUTORIAL PADA METODE PROBLEM

BASED LEARNING (PBL) MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

SEFTINA WULANDARIN 20120350014

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iii

Nama : Seftina Wulandarin

NIM : 2012 035 0014

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta,2016 Yang membuat pernyataan


(4)

iv MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu

(menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“Allah mencintai orang yang bekerja apabila bekerja maka ia selalu memperbaiki prestasi kerja”

( H.R. Tabrani )

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill)


(5)

v

memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibunda Muntiarin dan Ayahanda Ngatwandi yang tercinta. Terima kasih tidak akan pernah cukup kepada kedua orang tua ayah dan ibu yang selalu ada dengan kasih sayang dan doa yang menyertai. Semoga ini merupakan salah satu cara membanggakan mereka. 2. Kakak Tiasty Ifandarin yang memberi semangat dan doa sehingga

karya ini dapat selesai.

3. Adik Ardhi Fajar Pamungkas yang menghibur dan memberi doa sehingga karya ini dapat selesai.

4. Teman sepebimbingan, Rifa, Chakra, Dwi, Ryan, Rima dan Niswah terima kasih bantuan dan dukungannya.

5. Teman-teman grup belajar MISC yaitu Mita, Ratih, Hida, Neng, Jihan, Indah, Farida, Nopril, dan Anggi terima kasih atas semangat dan bantuannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai. 6. Temen-teman Farmasi 2012 dan semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Karya tulis ini berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Tutorial Pada Metode Problem Based Learning (PBL) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tentunya ada hal - hal yang ingin penulis berikan bagi dunia kesehatan dan pendidikan dari hasil karya ilmiah ini nantinya. Oleh karena itu diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Tanpa bantuan, dukungan dan kebersamaan dari berbagai pihak, karya tulis ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan, kemudahan, kelancaraan, kemampuan, kemauan, dan segala kebaikan sehingga karya tulis ilmiah ini bisa selesai.


(7)

vii

3. Dra. Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt., selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas bantuan, ide, masukkan, dan bimbingannya dalam melakukan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Ingenida Hadning, M.Sc., Apt. dan Nurul Maziyyah, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji. Terima kasih atas bimbingannya.

5. Seluruh dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY atas ilmu yang sangat bermanfaat.

6. Seluruh karyawan Fakutas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. 7. Teman-teman seperjuangan program Studi Farmasi 2012 atas

kebersamaan selama ini.

8. Semua pihak yang telah membantu proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Yogyakarta, 2016


(8)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Keaslian Penelitian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Problem Based Learning ...7

B. Tutorial ...12

C. Keterampilan Pemecahan Masalah ...21

D. Kerangka Konsep ...24

E. Kerangka Empirik ...25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ...26

B. Tempat dan Waktu ...26

C. Subyek Penelitian...26

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ...28


(9)

ix

A. Validitas dan Reabilitas ...37

B. Karakteristik Subjek Penelitian...38

C. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Tutorial ...38

1. Skenario ... 39

2. Mahasiswa ... 41

3. Peran tutor ... 43

D. Rekapitulasi Penilaian Mahasiswa Terhadap Tiap Faktor ...45

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ...49

B. Saran ...49

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian yang

dilakukan ... 6

Tabel 2. Perbedaan antara metode SPICES dan metode konvensional ... 14

Tabel 3. Peran Tutor dalam Diskusi Tutorial ... 20

Tabel 4. Penomoran daftar pernyataan penelitian ... 31

Tabel 5. Katagori dan skor Jawaban Responden ... 32

Tabel 6. Rata-rata total nilai masing-masing faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah ... 46


(11)

xi

Gambar 3. Grafik jumlah nilai pada faktor skenario ... 39 Gambar 4. Grafik jumlah nilai pada faktor mahasiswa ... 42 Gambar 5. Grafik jumlah nilai pada faktor peran tutor ... 44


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner ... 57

Rekapitulasi Uji Validasi ... 60

Rekapitulasi Nilai Mean, Minimun, Maksimum ... 64


(13)

(14)

(15)

xiii

pemecahan masalah dalam tutorial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kualitas kasus (scenario), mahasiswa, dan peran tutor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2012 berjumlah 73 orang. Teknik pengumpulan sampel menggunakan random sampling. Penelitian ini menggunakan total nilai pada masing-masing faktor (%) untuk menganalisis dan mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial termasuk katagori baik, sedang, atau buruk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada faktor skenario nilai tertinggi sebesar 84,68 % mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa masalah dalam skenario memacu mahasiswa untuk dipecahkan dan masalah dalam skenario sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diterima. Nilai terendah dengan 81,05 % mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik bahwa masalah dalam scenario merangsang mahasiswa untuk mencari sumber belajar yang relevan. Pada faktor mahasiswa nilai tertinggi yaitu sebesar 80,65% mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa adanya diskusi tutorial dapat berpengaruh terhadap nilai dan prestasi mahasiswa. Nilai terendah dengan 75,40 % bahwa aktifitas mahasiswa pada saat proses diskusi tutorial, khususnya dalam memberikan tanggapan/

feedback dalam kategori sedang. Pada faktor peran tutor nilai tertinggi yaitu sebesar 81,05 % mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa peran tutor dapat mamicu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Nilai terendah dengan jumlah 78,23 % mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa tutor memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk memecahkan permasalahan dalam skenario. Penilaian mahasiswa terhadap ketiga faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah adalah untuk kualitas skenario 83,24%, peran tutor 79,76% dan faktor mahasiswa 78,83%. Kesimpulan penelitian ini adalah penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL adalah baik dan faktor yang berdampak paling tinggi dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL adalah faktor skenario, diikuti peran tutor dan faktor mahasiswa.

Kunci :


(16)

xiv ABSTRACT

Problem Based Learning (PBL) is a learning method based on problem. One of the components in PBL is a tutorial which is the discussion in small groups. Problem solving skills in the tutorials is influenced by three factors, there are quality of case (scenario), students, and the role of the tutor. This research aims to know the pharmaceutical student assessment UMY against factors that influence problem solving skills in a tutorial on method of PBL.

This research is descriptive research analytical cross sectional design. The population used student of Pharmacy UMY 2012, there are 73 people. Sample gathering techniques using random sampling. This research used the total value to each factor (%) to analyze and find out the pharmaceutical student assessment UMY against factors that influence problem solving skills in this tutorial including a requirement of good, moderate, or worse.

The results showed that the highest value of the scenario factor with 84.68% of students agreed and gave a good category, that the problem in the scenario spur students to solve the scenario and problems in accordance with the learning material has been received. The lowest value with 81.05% of students agreed and gave a good category that the problem in the scenario can tigger to find learning resources that are relevant. On the student factors for the highest value with 80.65% of students agreed and gave a good category, that the existence of the tutorial discussion can affect values and achievements of students. The lowest value with 75.40% that student activities at a time when the process of discussion, notably in the tutorials give a response/feedback in the category of being. On the role of tutor factor for the highest value with 81.05% of students agreed and gave a good category, that the role of tutors could trigger students to achieve learning objectives. The lowest value with 78.23% of students agree and give good categories, that tutors provide motivation to students to solve the problem in the scenario. The assessment of students against the factors that affect the problem solving skills is to quality scenarios 83,24%, 79,76% and the tutor role factors students 78,83%. Conclusion of this research is the assessment of student of Pharmacy UMY against factors that influence problem solving skills in the tutorial on the methods of PBL is good and the most high in factors affecting the problem solving skills in a tutorial on method of PBL is the factor scenario, followed by the role of the tutor and student.

Keywords:


(17)

(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat dengan didukung oleh kemajuan teknologi mau tidak mau menstimulus pendidikan untuk dapat beradaptasi sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu, kesempatan belajar bagi peserta didik (grown learning) harus semakin ditingkatkan. Model pembelajaran merupakan salah satu metodologi yang diciptakan dunia pendidikan dalam rangka menuju tercapainya suatu perubahan.

Pembangunan dalam bidang pendidikan dan kesehatan ditujukan untuk mencapai sasaran yaitu terwujudnya masyarakat yang sejahtera secara merata. Terselenggaranya pendidikan nasional dan pelayanan kesehatan yang merata mampu mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi perkerti luhur, sehat, cerdas, produktif dan profesional.

Berbagai macam upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan, seperti contoh kecil adalah terciptanya berbagai model pembelajaran yang memang dirancang dengan melihat kondisi perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Salah satu contoh model pembelajaran yang ditemukan adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).


(19)

Problem Based Learning (PBL) merupakan metode yang telah digunakan sejak 1960-an di sebagian besar fakultas kedokteran di dunia, karena pendekatannya yang berpusat pada aktivitas belajar mandiri mahasiswa, terstruktur dengan baik, berdasarkan masalah nyata, terintegrasi, berbasis masyarakat dan pendekatan klinis yang lebih dini (Prihatanto, 2008).

Menurut Arends dalam Asikin (2011), penerapan model PBL terdiri dari lima langkah, yaitu: (1) orientasi peserta didik pada suatu masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik dalam belajar, (3) membimbing penyelidikan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Sejak awal berdirinya pada tahun 2010 program studi Farmasi UMY sudah menggunakan metode PBL dalam proses pembelajaran. Keunggulan program studi Farmasi UMY ini adalah pertama serta satu-satunya yang menggunakan metode pembelajaran full Problem Based Learning (PBL). Selain itu juga memiliki fasilitas unggulan berupa Mini apotek dan Mini instalasi farmasi rumah sakit yang berada di dalam Mini Hospital FKIK UMY. Di dalam sistem PBL di Farmasi UMY memiliki berbagai macam kegiatan yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkompeten, berkualitas tinggi, profesional dan islami, yaitu terdapat Tutorial, Plenary Discussion Program, Soft Skill Program, Early Clinical Exposure (FKIK UMY, 2010).


(20)

3

Dalam PBL, dikenal istilah tutorial yang merupakan inti dari penerapan PBL. Tutorial berbentuk seperti diskusi kelompok kecil dimana mahasiswa dan tutor memiliki peran masing-masing yang harus dilaksanakan demi kelangsungan diskusi. Selain itu dikenal istilah skenario yang merupakan kasus yang didiskusikan dalam tutorial, the seven jumps yang merupakan langkah-langkah pencapaian keefektifan tutorial, learning objective (LO) yang merupakan tujuan belajar mandiri mahasiswa dan istilah-istilah lainnya yang akan dikemukakan kemudian.

Oleh karena Program Studi Farmasi merupakan program studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang cukup baru menggunakan metode PBL dalam pembelajarannya, menumbuhkan rasa ingin tahu peneliti mengenai penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL.

Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal ke akhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah ilmu. Rasulullah saw. pernah bersabda:


(21)

ب هْي عف ةرخآ ْْادارأ ْنمو ، ْ عْل اب هْي عف ايْنّدلاد ارأ ْنم ْ عْلاب هْي عف امهدارأ ْنمو ، ْ عْلا

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan ahirat) maka dengan ilmu.”(HR. Turmudzi) B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan:

1. Bagaimanakah penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL?

2. Faktor apakah yang berdampak paling tinggi dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL.

2. Untuk mengetahui faktor yang berdampak paling tinggi dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL.


(22)

5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang metode pembelajaran mahasiswa dengan menggunakan sistem PBL.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi dari pelaksanaan kegiatan belajar di Farmasi UMY. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan efektivitas sistem pembelajaran dalam meningkatkan kualitas lulusan Farmasi UMY agar dapat menjadi apoteker yang profesional.

b. Bagi mahasiswa Farmasi UMY

Sebagai umpan balik untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi permasalah dalam pelaksanaan diskusi tutorial dan dalam menghadapi permasalahan yang terkait dengan kompetensi di bidang kefarmasian.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang terkait dengan pelaksanaan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dalam kaitannya dengan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.


(23)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan yang peneliti ketahui penelitian tentang pengaruh tutorial dalam PBL terhadap keterampilan pemacahan masalah mahasiswa belum pernah dilakukan. Terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian ini (Tabel 1):

Tabel 1. Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Efektivitas Pelaksanaan

Diskusi Tutorial PBL dengan Metode Seven Jump dalam Memacu Critical Thinking Mahasiswa PSIK UMY. Peneliti:

Miswari Nila M. (2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa critical thinking mahasiswa PSIK UMY termasuk dalam katagori tinggi yaitu 93,8%.

Perbedaan: variabel dan lokasi penelitian. Variabel terikat penelitian ini adalah penilaian mahasiswa terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah. Lokasi penelitian dilaksanakan di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Keefektifan Problem Based Learning dan Model Elicting Activities terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Peneliti:

Ahmad Dzulfikar, Muhammad Asiklin, Putriaji Hendikawati (2012).

Hasil penelitian ini adalah kedua metode pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Perbedaan: Peneliti ingin mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL


(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Based Learning

1. Definisi Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran. Saat ini metode PBL banyak digunakan di universitas-universitas, dan juga sedang dikembangkan di sekolah-sekolah dasar. Metode PBL menciptakan suatu keadaan dimana siswa menjadi pusatnya, melihat suatu masalah dan menggunakan masalah tersebut sebagai sarana belajar terhadap pengetahuan atau teori yang baru bagi peserta didik. Menurut Fogarty (1997), PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat siswa sebagai pusatnya dan masalah-masalah praktis atau open ended melalui kelompok belajar.

Masalah yang open-ended merupakan masalah yang mempunyai lebih dari satu cara penyelesaian atau mempunyai lebih dari satu jawaban yang benar (Widjajanti, 2011). Menurut Foong (2002), ciri-ciri masalah open-ended antara lain adalah: (1) Metode penyelesaiannya tidak tertentu, (2) Jawabanya tidak tertentu, (3) Mempunyai banyak jawaban yang mungkin, (4) Dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda, (5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengatasi masalah secara mandiri dan berpikir secara ilmiah,


(25)

(6) Meningkatkan kemampuan komunikasi, (7) Meningkatkan kreatifitas dan imaginasi siswa.

Menurut Eric (2002), masalah open-ended antara lain: (1) Kesempatan siswa untuk menghasilkan beberapa pilihan dan penyelesaian, (2) Kesempatan siswa untuk mendiskusikannya dengan siswa lain, (3) Kesempatan siswa untuk membuat keputusan dan menyampaikan keputusannya.

Dengan ciri-ciri masalah open-ended yang demikian bertujuan agar mahasiswa tidak hanya untuk mendapatkan jawaban, tetapi lebih menekankan bagaimana cara ia memperoleh jawaban tersebut. Dengan demikian, cara mendapatkan jawaban akan lebih bervariatif tergantung pada tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa.

Menurut Semerci (2006), Problem Based Learning adalah salah satu bentuk dari model belajar aktif yang mendukung fleksibilitas dan kreatifitas dalam belajar. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan permasalahan di dunia nyata untuk dipecahkan, dari sinilah peserta didik belajar untuk berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi perkuliahan. PBL menggunakan dasar-dasar teori belajar kognitif, konstruktf dan memori (Schmidt, 1989; Savery & Duffy, 1994) dan sosiokultural (Gijselaers, 1969; Hmelo & Lin, 2000).


(26)

9

2. Kelebihan dan Kekurangan PBL

Menurut Halonen (2010) pembelajaran dengan metode PBL memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan

b. Mengembangkan keterampilan interdisipliner: 1) Menggunakan informasi dari berbagai sumber 2) Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik

3) Mengintegrasikan proses pembelajaran di kelas dan lapangan c. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:

1) Cara meneliti

2) Cara bekomunikasi dalam kelompok 3) Cara mengatsi masalah

d. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan kelompok (peer assessment), berpusat pada mahasiswa, efektivitas tinggi

e. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah

f. Meningkatkan motivasi dan keputusan mahasiswa, interaksi antar mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur.

Kekurangan PBL adalah sebagai berikut:

a. Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar: 1) Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi.


(27)

2) Penyediaan sumber daya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi, literatur, perpustakaan, narasumber, tenaga profesioanl di bidangnya.

b. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL dan kesediaan dosen untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran

c. Memerlukan perubahan paradigma:

1) Pergeseran fokus dari “apa yang diajarkan dosen” ( teacher-centered) menjadi “apa yang dipelajari mahasiswa” ( student-centered).

2) Perubahan pandangan dosen sebagai “pakar” yang berperan

sebagai “bank pengetahuan” melalu kuliah di kelas, menjadi

dosen sebagai “fasilitator” atau “tutor” pembelajaran.

3. Pembelajaran Konvensional versus PBL

Metode konvensional merupakan metode pelajaran dengan penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik. Dalam metode ini yang mempunyai peran utama adalah guru. Menurut Sabri (2005 dalam Anisah et al. (2012) seorang guru dapat menggunakan metode ini apabila: (1) Bahan pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak, (2) Ingin mengajarkan topik baru, (3) Tidak ada metode lain yang digunakan, (4) Menghadapi jumlah siswa yang banyak.


(28)

11

Menurut Mustakim (2011) dalam Anisah et al. (2012) metode konvensional memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan metode konvensional: (1) Guru mudah menguasai kelas, (2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas, (3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar, (4) Mudah dalam pelaksanaannya, (5) Guru dapat menerangkan pelajaran dengan baik.

Sedangkan kekurangan dari metode konvensional adalah: (1) Mudah menjadi verbalisme, (2) Tidak semua siswa dapat memahami pelajaran tersebut, (3) Lebih membosankan, (4) Menjadikan siswa pasif. Berbeda dengan lingkuangan atau suasana kelas yang konvensional, lingkungan atau kelas PBL siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dan mengubah suatu metode ke dalam situasi yang cocok (Smith et al. dalam Roh, 2003). Dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional, metode PBL membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penalaran (Tan, 2004). Menurut Hmelo-Silver, Cemoblisky, dan DaCosta (2004) dalam Widjajanti (2011) menyatakan bahwa siswa yang belajar dalam konteks pemecahan masalah seperti PBL dapat mengingat kembali pengetahuan mereka tentang masalah baru.

Sejak awal beridiri pada tahun 2010 Prodi Farmasi FKIK UMY dalam pelaksanaan program pendidikannya menggunakan metode pembelajaran PBL. Metode PBL yang digunakan dengan kriteria


(29)

SPICES (FK UMY, 2013). Metode SPICES mengidentifikasi enam strategi. Harden et al. (2009) membuat spektrum strategi tersebut dan membedakan antara metode PBL yang diformulasikan sebagai

“SPICES” di satu sisi dan metode konvensional di sisi lain (Tabel 2).

Tabel 1. Perbedaan antara metode SPICES dan metode konvensional

No. Metode SPICES Metode Konvensional

1 Student-centered Teacher-centered

2 Problem-based Information-gathering

3 Integrated Discipline-based

4 Community-based Hospital-based

5 Elective Uniform

6 Systematic approach Apprenticeship Sember: Haden et al., 2009

B. Tutorial

Metode pembelajaran utama dalam sistem PBL adalah tutorial. Tutorial dalam konteks PBL adalah suatu proses pembelajaran aktif di dalam diskusi kelompok kecil yang difasilitasi oleh seorang tutor dan dipimpin oleh seorang mahasiswa terpilih dan dibantu oleh seorang sekretaris terpilih.

Menurut Widjajanti (2011) dengan PBL diskusi tutorial mahasiswa akan berdiskusi secara intensif, sehingga mereka akan saling bertanya, menjawab, mengkritisi, mengoreksi, dan mengklarifikasi setiap konsep atau argumen masing-masing.

Dalam diskusi tutorial PBL mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk membuat, memperhalus, dan mengeksplorasi dugaan - dugaan untuk keefektifan kelompok tutorial, sehingga dapat


(30)

13

memantapkan pemahaman mereka atas masalah yang sedang dipelajari. Keefektifan, keberhasilan dan kemampuan pemecahan masalah banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu kualitas kasus, pengetahuan mahasiswa (prior knowledge), kinerja tutor (Sockalingam & Schmidt, 2011; Schmidt & Moust, 2000; Schmidt & Moust, 1995; Schmidt et al., 1995). Mahasiswa harus mampu mengkomunikasikan ide mereka, baik secara lisan maupun tertulis, dalam rangka memecahkan masalah yang diberikan (Widjajanti, 2011).

Pada akhirnya diskusi tutorial dapat meningkatkan ilmu pengetauan dan membuahkan hasil belajar yang optimal. Di akhir pertemuan tutorial, mahasiswa diberikan soal post test atau minikuis yang mencangkup masalah dalam skenario. Nilai atau hasil yang didapatkan menandakan berhasil atau tidaknya mahasiswa tersebut memecahkan permasalahan dalam skenario. Dalam proses diskusi tutorial PBL, keefektifan kelompok tutorial juga merupakan salah satu cara terpenting dalam menjadikan mahasiswa sukses ujian. Hal ini secara empiris diteliti oleh Schmidt & Moust (2000) dan Van Berkel & Schmidt (2006) yang menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Menurut Singaram & Dolmans (2008) dalam Karunia, keefektifan diskusi tutorial juga merupakan kunci kesuksesan dalam kurikulum PBL.


(31)

1. Kualitas Skenario

Pelaksanaan metode PBL menggunakan skenario atau trigger untuk mendeskripsikan suatu masalah dengan mengunakan langkah yang sistematis dari skenario. Fungsi dari skenario itu merupakan pemicu agar mahasiswa atau kelompok diskusi dapat menganalisa skenario serta agar dapat melakukan penggalian dengan cermat (Munshi et al. 2008).

Pada metode PBL ini akan berhasil jika skenario yang digunakan mempunyai kualitas yang tinggi serta skenario dapat mengarahkan mahasiswa guna mencapai proses tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membuat skenario yang lebih efektif antara lain: (1) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai mahasiswa setelah mempelajari skenario yang seharusnya konsisten dengan tujuan proses pembelajaran dari fakultas. (2) Masalah ynag diberikan harus sesuai dengan tahapan kurikulum serta sesuai dengan tingkat pemahaman dari mahasiswa. (3) Skenario juga harus yang menarik bagi mahasiswa atau relevan dengan praktek di masa mendatang. (4) Ilmu-ilmu dasaryang harus dimasukkan untuk konteks skenario klinik agar dapat mendorong integrasi pengetahuan. (5) Skenario seharusnya mengandung petunjuk (clue) agar dapat memberi stimulus diskusi dan agar memotivasi mahasiswa untuk mencari penjelasan dari isu-isu yang dipresentasikan. (6) Masalah seharusnya benar-benar terbuka agar diskusi atau tutorial tidak tehenti di tengah


(32)

15

jalan. (7) Skenario seharusnya mendorong partisipasi mahasiswa untuk mencari informasi dari berbagai referensi (Nursalam dan Efendi, 2008). Skenario yang baik dapat berisi peristiwa atau kasus yang dapat merangsang diskusi berjalan dengan baik. Skenario juga berisi informasi yang mendukung dari kasus metode PBL tersebut. Skenario yang menarik dapat menggunakan media pendukung seperti gambar, teks, dan video sebagai pemicu dari kasus-kasus metode PBL ini. Skenario yang akan dipublikasikan dilakukan pengeditan terlebih dahulu sebanyak dua kali atau lebih. Skenario yang akan dipublikasikan untuk mahasiswa dibiarkan berkembang dengan cara bertahap tanpa mengekspos semua skenario yang sudah diedit tersebut, tujuannya agar mahasiswa dapat menganalisa skenario serta menggali informasi yang terdapat di skenario (Chan et al. 2010).

2. Mahasiswa

Kegiatan diskusi di dalam tutorial distimulasi oleh masalah berupa skenario yang terdapat di dalam modul. Selanjutnya mahasiswa harus mampu mengkomunikasikan ide mereka, baik secara lisan maupun tertulis, dalam rangka memecahkan masalah yang diberikan Agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif, maka tutor akan membantu mahasiswa dalam diskusi untuk mencapai tujuan belajar tanpa harus banyak mengintervensi diskusi maupun memberikan penjelasan yang panjang lebar. Agar lebih memahami masalah klinis dalam memecahkan masalah, kegiatan tutorial dilaksanakan melalui


(33)

aktivitas terstruktur yang disebut seven-jump yang dikombiansi dengan metode CBL (Case Based Learning). Menurut Harsono (2004) dan Wood (2003) ketujuh langkah tersebut terdiri dari:

1. Mengklarifikasi istilah-istilah yang belum dikenal

Mahasiswa mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum dikenal dalam skenario.

2. Menetapan masalah

Mahasiswa mendefinisikan masalah yang akan dibahas. Jika terdapat perbedaan pandangan tentang masalah yang perlu dibahas, maka semua masalah harus dipertimbangkan.

3. Menganalisis masalah

Mahasiswa memberikan saran penjelasan dengan mengunakan pengetahuan masing-masing (prior knowledge) yang mereka miliki. Prior knowledge yang digunakan selain dari pendidikan formal dari kuliah juga didapat dari media massa atau pengalaman mereka yang mirip dengan situasi dalam skenario (Schmidt & Moust, 2000). Setiap mahasiswa menyampaikan pendapat mereka kemudian mengidentifikasi area yang masih belum jelas dan lengkap.

4. Menarik kesimpulan dari langkah 3

Mahasiswa mengkaji ulang langkah 2 dan 3 kemudian menyusun penjelasan sementara.


(34)

17

5. Menentukan tujuan belajar

Mahasiswa merumuskan tujuan pembelajaran (learning objective). 6. Melakukan belajar mandiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah

ditetapkan

Mahasiswa melakukan belajar mandiri dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.

7. Melakukan sintesis dari hasil belajar mandiri

Mahasiswa mendiskusikan dan berbagi hasil belajar mandiri yang mereka dapatkan.

Dikutip dari Global Supply Chain Management(2006) mengenai metode seven jump, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa metode diskusi tutorial memiliki tiga sesi belajar, yakni 1) pertemuan klasikal pertama, 2) belajar mandiri, dan 3) pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan klasikal pertama, dosen akan menyampaikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh mahasiswa sekaligus mengembangkan diskusi singkat tentang terminologi atau konsep baru yang mungkin belum difahami oleh mahasiswa. Mahasiswa dengan difasilitasi dosen akan mendefinisikan permasalahan dan menentukan daftar penjelasan (teori) yang harus dikuasai untuk menjawab permasalahan. Pada bagian akhir sesi pertama ini, mahasiswa akan menentukan tujuan belajarnya.

Setelah pertemuan klasikal pertama, mahasiswa akan belajar secara mandiri untuk mengumpulkan berbagai informasi yang


(35)

dibutuhkan. Mahasiswa ditugaskan untuk melakukan kaji pustaka dengan cara mencari referensi baik di perpustakaan maupun internet atau sumber informasi yang lain.

Selanjutnya pembelajaran memasuki sesi ketiga, yaitu pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan kedua ini, mahasiswa bersama dosen akan menggunakan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mensintesis jawaban atas permasalahan yang diajukan pada sesi pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, mahasiswa bersama dosen akan melakukan refleksi dan sekaligus penguatan atas proses dan hasil belajar yang telah dilakukan.

3. Tutor

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 3003 Pasal 29 Ayat 2, tutor merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran serta menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Menurut Gwee (2009) dalam Karunia (2013), tutor dalam metode pembelajaran PBL memiliki kewajiban utama, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan belajar mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah, metacognition, maupun membantu mahasiswa menjadi independent dan self-directed learners.


(36)

19

Menurut Duch, et al. (2000) peran tutor dalam PBL adalah membimbing, menggali pemahaman yang lebih dalam dan mendukung inisiatif mahasiswa, tetapi tidak memberi penjelasan pada konsep yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Menurut Wood (2003), dalam diskusi PBL tutor memiliki beberapa tugas yang harus dijalankan (Tabel 3).

Tabel 2. Peran Tutor dalam Diskusi Tutorial

No. Peran tutor

1 Mendorong mahasiswa untuk aktif berdiskusi

2 Membantu ketua kelompok untuk memelihara dinamika dan mengatur waktu

3 Memastikan bahwa sekertaris tutorial membuat catatan yang benar

4 Mencegah diskusi di luar skenario

5

Mendorong kelompok mencapai tujuan kompetensi (learning objective)

6 Memeriksa pemahaman mahasiswa 7 Menilai kinerja mahasiswa

Keterampilan komunikasi yang efektif harus dimiliki seorang tutor karena dapat mempengaruhi keefektifan diskusi tutorial (Hung, 2008). Berdasrkan hasil penelitian Esther Chng et al. (2011), tutor dengan social congruence akan menggunakan subject-matter knowledge dengan cara yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan pencapaian mahasiswa. Social congruence sendiri adalah kualitas


(37)

interpersonal seorang tutor seperti kemampuan berkomunikasi secara informal dan berempati terhadap mahasiswa, sehingga mampu menciptakan uasana belajar ang mendorong mahasiswa utnuk melakukan pertukaran ide dalam diskusi (Chng, Yew, &Schmidt, 2011). Ciri utama metode pembelajaran berbasis masalah adalah pada pembelajarannya yang berpusat pada mahasiswa, artinya mahasiswa bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengidentifikasi dan mencari informasi yang diperlukan secara mandiri berdasarkan sasaran belajar yang telah ditetapkan. Seorang tutor yang baik (a good tutor) harus memiliki pengetahuan tentang teknik dan pengertian belajar mandiri, mekanisme dinamika kelompok dan umpan blilk terhadap kelompok, serta prinsip-prinsip dasar dan metode evaluasi. Selain itu, tutor juga harus dapat menciptakan suasana yang mendukung untuk mendorong partisispasi aktif dari seluruh anggota kelompok, dengan memantau mutu pembelajaran melalui pernyataandan umpan balik dan dengan mendorong perkembangan keterampilan pemecahan masalah siswa. Semua hal tersebut dilakukan dalam diskusi tutorial untuk mencapai efektifitas diskusi yang diinginkan (Groves, rego, & O’Rourke, 2005). C. Keterampilan Pemecahan Masalah

Menurut Sumarno dalam Isrok’atun (2006), indikator

kemampuan pemecahan masalah adalah sebagi berikut: (1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (2) Membuat model matematik dari situasi atau masalah sehari-hari dan


(38)

21

menyelesaikannya, (3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah, (4) Menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil.

Arifin (Kesumawati, 2010:38) mengungkapkan indikator pemecahan masalah yaitu (1) kemampuan memahami masalah, (2) kemampuan merencanakan pemecahan masalah, (3) kemampuan melakukan pengerjaan atau menganalsis masalah, dan (4) kemampuan melakukan pemeriksaan atau pengecekan kembali.

Indikator pemecahan masalah digunakan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa (Prabawanto,2013). Dengan adanya kegiatan tutorial diharapkan mahasiswa mampu untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah susuai dengan kasus (skenario) yang ada.

Menurut Kaur Berinderjeet (2008), secara umum proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan empat tahapan utama yaitu:

1. Memahami dan mendefinisikan masalah. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting karena menjadi awal dari seluruh proses pemecahan masalah. Tujuan pada bagian ini adalah memahami masalah dengan baik dan menghilangkan bagian-bagian yang dirasa kurang penting.

2. Membuat rencana untuk pemecahan masalah. Pada bagian ini ada dua kegiatan penting yaitu: mencari berbagai cara


(39)

penyelesaian yang mungkin diterapkan dan membuat rencana pemecahan masalah. Melaksanakan penyelesaian masalah. Penyelesaian suatu masalah biasanya tidak hanya satu tapi mungkin bisa beberapa macam. Jadi banyak sekali cara penyelesaian yang bisa kita kembangkan. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Dari sekian banyak penyelesaian ini kita harus memilih satu yang berdasarkan persyaratan tertentu merupakan cara yang paling baik untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah terpilih, maka kita dapat membuat rencana kasar (outline) penyelesaian masalah dan membagi masalah dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Rencana kasar (outline) penyelesaian masalah hanya berisi tahapan-tahapan utama penyelesaian masalah.

3. Merancang dan menerapkan rencana untuk memperoleh cara penyelesaian. Pada bagian ini rencana kasar penyelesaian masalah diperbaiki dan diperjelas dengan pembagian dan urutan rinci yang harus ditempuh dalam penyelesaian masalah.

4. Memeriksa dan menyampaikan hasil dari pemecahan masalah. Bagian ini bertujuan untuk memeriksa apakah akurasi (ketepatan) hasil dari cara yang dipilih telah memenuhi tujuan yang diinginkan. Selain itu juga untuk melihat bagaimana daya guna dari cara yang dipilih yang dipilih.


(40)

23

Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan pada salah satu kegiatan dalam proses pembelajaran PBL yaitu diskusi tutorial. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah pada skenario yang diberikan.

Dalam pelaksanaan diskusi tutorial diharapkan mahasiswa mendapat hasil belajar berupa pengetahuan berdasarkan kasus (scenario) yang diberikan dengan keterampilan pemecahan masalah yang dimiliki oleh mahasiswa. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif dan kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar (Warsito dalam Depdiknas, 2006: 125). Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya (Wahidmurni, et al. 2010: 18).


(41)

Hasil belajar pada diskusi tutorial dapat terlihat dari nilai minikuis yang didapat diakhir pertemuan tutorial. Semakin tinggi nilai yang didapat oleh mahasiswa menunjukkan keberhasilan mahasiswa tersebut dalam memahami dan memecahkan masalah pada skenario yang diberikan.

D. Kerangka Konsep

Problem Based Learning

Faktor Peran tutor Faktor

Mahasiswa Diskusi tutorial PBL

Keterampilan pemecahan masalah

Faktor Skenario


(42)

25

E. Kerangka Empirik

Pada penelitian ini akan diteliti analisis faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode Problem Based Learning (PBL) mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan teori yang didapatkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial, yaitu kualitas masalah (scenario), mahasiswa, dan peran tutor.


(43)

(44)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu saat.

B. Tempat dan Waktu 1. Tempat penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 – Januari 2016. C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari responden penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa FKIK UMY Program Studi Farmasi angkatan 2012 yang masih aktif dibangku kuliah hingga tahun ajaran 2014/2015 yang mendapatkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berjumlah 73 mahasiswa.


(45)

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2002), sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 62 mahasiswa, hal ini sesuai dengan rumus:

n = N

+N d

keterangan: n = sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi atau tingkat kesalahan 5% atau (0,05) (Notoatmodjo, 2002).

n =

+ ,

=

+ ,

=

,

= 61,7336152 ≈ 62 = 62 responden


(46)

39

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Teknik pengambilan sampel secara random sampling. Menurut Sugiyono (2003), teknik random sampling memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil (homogen). Sampel memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi angktan 2012 yang tercatat aktif pada tahun ajaran 2014/2015.

b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi angktan 2012 yang mendapatkan metode pembelajaran full Problem Based Learning.

c. Telah mengikuti perkuliahan sampai semester 6 secara lengkap d. Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eklusi

a. Mahasiswa yang tidak mengumpulkan daftar pernyataantepat waktu.

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan diskusi tutorial pada metode PBL.


(47)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penilaian mahasiswa terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah pada mahasiswa Farmasi UMY.

2. Definisi Operasional

a. Tutorial adalah kegiatan pembelajaran dalam kelompok kecil beranggotakan 10-15 mahasiswa untuk membantu proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar berdasarkan konsep belajar mandiri, dan kegiatan belajar yang dibantu oleh seorang tutor yang bertugas sebagi fasilitator. Hasil belajar pada diskusi tutorial dapat terlihat dari nilai minikuis yang didapat diakhir pertemuan tutorial. Semakin tinggi nilai yang didapat oleh mahasiswa menunjukkan keberhasilan mahasiswa tersebut dalam memahami dam memecahkan masalah pada skenario yang diberikan.

b. Keterampilan pemecahan masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Dalam diskusi tutorial keterampilan pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses mahasiswa untuk menemukan solusi suatu permasalahan, yaitu dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah


(48)

41

dimilikinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah mahasiswa dalam tutorial, yaitu kualitas kasus (scenario), mahasiswa, dan peran tutor. Dengan memperhatikan faktor tersebut diharapakan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu permasaahan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Daftar pernyataan dalam penelitian ini termasuk bentuk keusioner tertutup (multiple choice questionare) untuk mengukur keterampilan pemecahan masalah mahasiswa (Tabel 4).

Tabel 1. Penomoran daftar pernyataan penelitian Faktor yang mempengaruhi

Nomor Pernyataan keterampilan pemecahan masalah

Skenario 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Mahasiswa 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

Peran tutor 16, 17, 18, 19, 20

Alat untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala Likert. Skala Likert menurut Amirin (2010), merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert dalam penelitian ini menggunakan katagori sebagai berikut (Tabel 5):


(49)

Tabel 2. Katagori dan skor Jawaban Responden

Penentuan skor berdasarkan pernyataan positif (favourable) yaitu pernyataan yang mendukung jawaban. Persentase dihitung dengan menggunakan skala ordinal yaitu dengan mengkatagorikan dalam persentase. Persentase 76 – 100 % dikategorikan BAIK, 56 – 75 % dikategorikan SEDANG, dan ≤ 55 % dikategorikan “BURUK”. Untuk menentukan katagori pada masing-masing faktor, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus nilai masing-masing faktor (%) =Σ x

x x 100 %

Keterangan:

Σ � = Total skor penilaian

x = Skor yang diharapkan/ skor tertinggi (Notoatmodjo, 2002).

G. Cara Kerja

1. Persiapan Subyek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua mahasiswa FKIK UMY Program Studi Farmasi angkatan 2012 yang mendapatkan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

No. Katagori Skor

1 Sangat Setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak Setuju 2

4 Sangat Tidak Setuju 1


(50)

43

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan daftar pernyataan kepada responden dalam hal ini adalah mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2012 yang sudah menjalankan metode belajar dengan diskusi tutorial Problem Based Learning (PBL). Peneliti membagi responden untuk uji validitas dan responden penelitian. Peneliti mencatat nama - nama mahasiswa yang dijadikan sebagai responden uji validitas untuk menghindari responden yang sama sehingga dapat menyebabkan bias. Setelah daftar pernyataan terisi seluruhnya, daftar pernyataan tersebut dikembalikan lagi kepada peneliti. Sebelum berpindah kepada responden yang lain, peneliti mengecek terlebih dahulu kelengkapan daftar pernyataan dari responden.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan sebelum penelitian dimulai untuk menguji tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Menurut Arikunto (2006), instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Menurut Sugiyono (2008), hasil perbandingan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai r product moment Apabila hasil uji dari tiap item pernyataan ternyata singnifikan (r positif) atau r hitung > r tabel, maka item pernyataan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (r negatif) atau r hitung < r tabel maka item


(51)

pernyataan dinyatakan tidak valid (tidak diterima). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan 11 mahasiswa yang telah terpilih secara acak.

Uji validitas menggunakan content validity yang digunakan untuk menilai kemampuan per item pada instrumen dan menggunakan uji kolerasi dengan Pearson Product Moment. Dengan indeks kolerasinya (r) sebagai berikut (Handoko, 2009):

a. 0,8 – 1 = sangat tinggi b. 0,6 – 0,799 = tinggi

c. 0,4 – 0,699 = cukup tinggi d. 0,2 – 0,599 = rendah

e. 0 – 0,199 = sangat rendah

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas instrumen keterampilan pemecahan masalah menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6 (Notoatmodjo, 2002). Koefisien realibilitas α memiliki nilai mendekati satu menunjukkan semakin reliable (Azwar, 2004 dalam Setiawan dan Saryono, 2011).


(52)

45

H. Skema Langkah Kerja

Gambar 1. Skema langkah kerja

I. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya:

62 mahasiswa sebagai responden penelitian

Mahasiswa mengisi daftar pernyataan mengenai keterampilan pemecahan

masalah pada diskusi tutorial

Pengumpulan

Pengecekan data responden


(53)

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau data yang dikumpulkan. Mengedit daftar pernyataan yang telah diisi meliputi mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data.

2. Coding merupakan kegiatan pemeberian kode angka terhadap data yang terdiri dari beberapa katagori.

3. Entri data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.

4. Melakukan teknik analisis khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statisktik terapan yang disesuaikan dengan data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yaitu peneliti akan mencari nilai tertinggi dan terendah dari jawaban daftar pernyataan dan kemudian menganalisisnya.


(54)

(55)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dilakukan pada bulan Juli 2015 di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan 11 mahasiswa. Mahasiswa yang menjadi responden untuk uji validitas adalah mahasiswa yang terpilih secara acak.

Uji validitas menggunakan metode yang digunakan untuk menilai kevalidan per item pada instrumen dan dilihat berdasarkan tabel r Product Moment. Penelitian ini menggunakan 20 item daftar pernyataan dengan 11 responden penelitian, oleh karena itu standar nilai r > 0,604. Hasil validasi dalam penelitian ini seluruh item pernyataan menunjukkan nilai r > 0,604, sehingga daftar pernyataan penelitian ini dikatakan valid.

Uji reliabilitas instrumen faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai Alpha Cronbach

≥ 0,6, (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan dalam penelitian ini, nilai Alpha Cronbach adalah 0,953, sehingga data dikatakan reliable.

Hasil uji validasi dan uji reliabilitas dari instrumen yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sudah memenuhi standar, sehingga instrumen penelitian ini dapat digunakan.


(56)

38

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 62 mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun keempat yang telah menjalani tutorial dengan metode Problem Based Learning (PBL).

Penelitian ini menggunakan mahasiswa angkatan 2012 sebagai sampel karena angkatan 2012 merupakan angkatan teratas serta dianggap telah memiliki pengalaman lebih banyak diantara keempat angkatan lain. Mahasiswa yang terpilih menjadi responden akan menjawab daftar pernyataan tervalidasi dengan jumlah 20 pernyataan. C. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Pemecahan Masalah

dalam Tutorial

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Terdapat 20 item daftar pernyataan yang merupakan pernyataan positif (favourable) yaitu pernyataan yang mendukung jawaban.

Menurut Sockalingam & Schmidt (2011), keberhasilan dan keterampilan pemecahan masalah dalam diskusi tutorial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kualitas kasus (scenario), mahasiswa, dan tutor. Daftar pernyataan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga macam aspek yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi


(57)

keterampilan pemecahan masalah dalam diskusi tutorial. Aspek tersebut terdiri dari skenario, mahasiswa, dan peran tutor.

1. Skenario

Aspek skenario ditunjukkan dalam daftar pernyataan pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pernyataan pada aspek ini mengenai pendapat mahasiswa tentang masalah atau kasus yang disajikan dalam skenario.

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai penilaian mahasiswa tentang masalah atau kasus yang disajikan dalam skenario. Hasil tersebut disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Grafik nilai pada faktor skenario

Gambar 3. menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pernyataan 1 dan 3 dengan jumlah nilai 84,68%. Hal ini menunjukkan mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa masalah dalam skenario

84.68 % 83.87 % 84.68 % 81.45 % 82.66 % 84.27 % 81.05 % 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 84.00 85.00 Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 T o ta l N il ai (% )


(58)

40

memacu mahasiswa untuk dipecahkan dan masalah dalam skenario sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diterima. Nilai terendah pada pernyataan 7 dengan jumlah nilai 81,05%. Nilai ini masih tetap lebih tinggi dari 76%. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik bahwa masalah dalam skenario merangsang mahasiswa untuk mencari sumber belajar yang relevan.

Warsita (2008), mendefinisikan sumber belajar dapat berupa data, manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi mahasiswa. Berdasarkan hasil di atas menandakan bahwa mahasiswa Farmasi UMY harus meningkatkan kemampuan untuk mencari sumber belajar untuk dapat memecahkan permasalahan dalam skenario.

Berdasarkan hasil daftar pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa kualitas kasus (scenario) dalam tutorial sangat berperan penting dalam keterampilan pemecahan masalah mahasiswa. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Habib (2006), mengatakan bahwa mahasiswa setuju dengan scenario yang didiskusikan sudah sangat baik dimana mahasiswa terstimulus untuk berdikusi secara efektif agar dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Pengetahuan mahasiswa mengalami peningkatan diantaranya dalam hal critical thinking,


(59)

problem solving, dan communication, agar mahasiswa juga memiliki petunjuk yang tepat untuk berdiskusi.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Rachmi et al. (2009) bahwa scenario dalam proses tutorial digunakan sebagai trigger untuk mahasiswa. Hal diatas menyatakan bahwa dengan trigger tersebut dimaksudkan agar mahasiswa terstimulus dengan critical thinking dan problem solving, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang optimal dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa skenario dapat dijadikan sebagai acuan (trigger) untuk dapat berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). Kualitas skenario yang baik akan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving), minat belajar mahasiswa, dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa.

2. Mahasiswa

Aspek mahasiswa ditunjukkan dalam daftar pernyataan pada nomor 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15. Pernyataan pada aspek ini mengenai pengetahuan mahasiswa tentang kegiatan tutorial dan manfaat diskusi tutorial.

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai pendapat mahasiswa tentang kegiatan tutorial dan manfaat diskusi tutorial. Hasil tersebut disajikan dalam Gambar 4.


(60)

42

Gambar 4. Grafik nilai pada faktor mahasiswa

Gambar 4. menunjukkan nilai tertinggi pada pernyataan 15 dengan jumlah nilai 80,65%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa adanya diskusi tutorial dapat berpengaruh terhadap nilai dan prestasi mahasiswa. Dan nilai terendah pada pernyataan 13 dengan jumlah nilai 75,40%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktifitas mahasiswa pada saat proses diskusi tutorial, khususnya dalam memberikan tanggapan/ feedback terhadap pendapat rekan diskusi dalam kategori sedang.

Pada dasarnya pemberian tanggapan/ feedback pada saat diskusi tutorial sangat penting bagi mahasiswa. Menurut Hasketh & Laidlaw (2002), tanggapan/ feedback dalam diskusi tutorial memiliki banyak tujuan termasuk meningkatkan pencapaian, pengembangan pemahaman dan

79.03 % 78.63 % 80.24 % 78.63 % 79.44 % 75.40 % 78.63 % 80.65 % 72.00 73.00 74.00 75.00 76.00 77.00 78.00 79.00 80.00 81.00 82.00 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 T o ta l N il ai (% )


(61)

kemampuan mahasiswa dan dapat memotivasi mahasiswa dengan cara memacu dan mengenali usaha mereka dalam proses pembelajaran.

Hasketh & Laidlaw (2002), mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghalang dalam pemberian feedback adalah rasa ketakutan bahwa feedback akan merusak hubungan antara pengajar dan pembelajar, pembelajar yang defensif atau resisten dengan feedback yang diberikan, feedback yang diberikan terlalu umum, feedback yang diberikan inkonsisten, dan pemberi feedback yang tidak dihormati oleh pembelajar. Faktor lain yang mungkin tidak terlalu essensial, namun dapat mempengaruhi proses pemberian feedback adalah perbedaan jenis kelamin, umur dan latar belakang pendidikan dan budaya. Faktor lain yang juga turut berpengaruh pada penerimaan feedback pada mahasiswa adalah pengetahuan mahasiswa terhadap feedback itu sendiri.

Berdasarkan hasil di atas menandakan bahwa mahasiswa Farmasi UMY harus lebih percaya diri dan harus mampu meningkatkan kemampuan menanggapi atau memberikan feedback kepada rekan diskusi pada saat diskusi tutorial agar dapat meningkatkan keaktifan dalam proses diskusi dan juga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan permasalahan dalam skenario yang diberikan.


(62)

44

3. Peran tutor

Aspek peran tutor ditunjukkan dalam daftar pernyataan pada nomor 16, 17, 18, 19, dan 20. Pernyataan pada aspek ini mengenai penilaian mahasiswa tentang peran tutor di dalam diskusi tutorial.

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai penilaian mahasiswa tentang peran tutor di dalam diskusi tutorial. Hasil tersebut disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Grafik nilai pada faktor peran tutor

Gambar 5. menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pernyataan 18 dengan jumlah nilai 81,05%. Hal ini menunjukkan mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa peran tutor dapat memicu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Nilai terendah pada pernyataan 20 dengan jumlah nilai 78,23%. Nilai ini masih tetap lebih tinggi dari 76%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik,

79.84 % 79.03 % 81.05 % 80.65 % 78.23 % 76.50 77.00 77.50 78.00 78.50 79.00 79.50 80.00 80.50 81.00 81.50

Pernyataan 16 Pernyataan 17 Pernyataan 18 Pernyataan 19 Pernyataan 20

T o ta l N il ai (% )


(63)

bahwa tutor memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk memecahkan permasalahan dalam skenario.

Berdasarkan hasil daftar pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa peran tutor dalam tutorial sangat berperan penting dalam keterampilan pemecahan masalah mahasiswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Chng &Schmidt (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara perilaku dengan proses pembelajaran pada PBL. Semakin baik kemampuan tutor untuk berkomunikasi dengan mahasiswa, pertukaran ide akan semakin lancar dan mahasiswa semakin mudah mengerti. Hal ini akan berdampak pada semakin baiknya pembelajaran pada setiap fase pembelajaran dalam PBL. Berdasarkan hal tersebut, semakin baiknya kemampuan seorang tutor akan berdampak pada proses pembelajaran dan akan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mahasiswa.

D. Rekapitulasi Penilaian Mahasiswa Terhadap Tiap Faktor

Berdasarkan jawaban dari daftar pernyataan yang diberikan kepada mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012, maka didapatkan skor pada masing-masing faktor. Skor tersebut diperoleh dari perhitungan dengan rumus rata-rata total nilai (%). Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah


(64)

46

dalam tutorial pada metode PBL. Hasil tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6. Rata-rata total nilai masing-masing faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah

Faktor yang mempengaruhi

Rata-rata total nilai masing-masing faktor ( % )

keterampilan pemecahan masalah

Skenario 83,24

Mahasiswa 78,83

Peran tutor 79,76

Tabel 6. menunjukkan bahwa ketiga faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah menghasilkan total nilai > 76%, sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL dalam kategori BAIK. Semakin tinggi total nilai (%) menandakan bahwa penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL akan semakin baik.

Berdasarkan hasil tersebut, mahasiswa menilai bahwa keterampilan pemecahan masalah dipengaruhi oleh kualitas masalah atau kasus dalam skenario, pengetahuan mahasiswa tentang kegiatan tutorial dan manfaat diskusi tutorial, dan tugas atau peran seorang tutor dalam diskusi tutorial. Semakin baik kualitas skenario, semakin tinggi pengetahuan mahasiswa


(65)

mengenai tutorial dan manfaat diskusi tutorial, dan semakin baik tugas atau peran seorang tutor dapat meningkatkan kemampuan keterampilan pemecahan masalah seorang mahasiswa.

Berdasarkan tabel di atas, nilai tertinggi pada faktor skenario dengan nilai 83,24%, diikuti peran tutor 79,76% dan faktor mahasiswa 78,83%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai masalah dalam skenario berdampak paling besar dalam keterampilan pemecahan masalah. Semakin baik kualitas skenario maka kemampuan keterampilan pemecahan mahasiswa akan semakin baik, diikuti peran tutor dan faktor mahasiswa.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkanbahwa:

1. Penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial adalah BAIK karena nilai ketiga faktor lebih besar dari 76%. 2. Faktor yang paling tinggi dalam mempengaruhi keterampilan

pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL adalah faktor skenario dengan 83,24%, diikuti peran tutor dengan 79,76%, dan faktor mahasiswa 78,83%..

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah pada mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam tutorial pada metode Problem Based Learning (PBL), maka penulis menyampaikan saran:

1. Bagi institusi pendidikan

Berdasarkan penlitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan untuk meningkatkan efektivitas sistem


(67)

pembelajaran dalam meningkatkan kualitas lulusan Farmasi UMY agar dapat menjadi apoteker yang profesional.

2. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah jumlah daftar pernyataan dan jumlah responden agar hasil yang didapatkan lebih menggambarkan keadaan yang ada dalam menilai keterampilan pemecahan masalah. 3. Bagi mahasiswa UMY

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diharapkan untuk mahasiswa Farmasi UMY agar lebih meningkatkan semangat, kesadaran diri, dan kepercayaan diri agar dapat meningkatkan kemampuan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan belajarnya sehingga dapat menjadi lulusan Apoteker yang berkompeten.


(1)

Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2012 berjumlah 62 mahasiswa dengan menggunakan teknik

random sampling yaitu sampel dianggap sama dan homogen8.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah perhitung persentase dengan menggunakan

skala ordinal yaitu dengan

mengkatagorikan dalam persentase. Persentase 76 – 100 % dikategorikan BAIK, 56 – 75 % dikategorikan SEDANG, dan ≤ 55 % dikategorikan “BURUK”.

HASIL PENELITIAN Validitas dan Reabilitas

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 20 item pernyataan dengan 11 responden validasi. Uji validitas adalah metode yang digunakan untuk menilai kevalidan per item pada instrument9. instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Hasil perbandingan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai r product moment10. Oleh karena itu nilai r > 0,602. Hasil validasi dalam penelitian ini seluruh item pernyataan menunjukkan nilai r > 0,602, sehingga kuesioner penelitian ini dikatakan valid.

Uji reliabilitas instrumen faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,611. Koefisien reliabilitas α memiliki nilai mendekati satu menunjukkan nilai semakin

reliable12. Sedangkan dalam penelitian ini, nilai Alpha Cronbach adalah 0,953, sehingga data dikatakan reliable.

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berjumlah 62

mahasiswa Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun keempat yang telah menjalani tutorial dengan metode Problem Based Learning

(PBL).

Penelitian ini menggunakan mahasiswa angkatan 2012 sebagai sampel karena angkatan 2012 merupakan angkatan teratas serta dianggap telah memiliki pengalaman lebih banyak diantara keempat angkatan lain.

Faktor yang Mempengaruhi

Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Tutorial

Keberhasilan dan keterampilan

pemecahan masalah dalam diskusi tutorial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kualitas kasus (scenario), mahasiswa, dan tutor.

Daftar pernyataan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga macam aspek yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam diskusi tutorial. Aspek tersebut terdiri dari skenario, mahasiswa, dan peran tutor.

1. Faktor Skenario

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai penilaian mahasiswa tentang masalah atau kasus yang disajikan dalam skenario. Hasil tersebut disajikan dalam gambar 1.


(2)

Gambar 1. Grafik nilai pada faktor skenario

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pernyataan 1 dan 3 dengan jumlah nilai 84,68%. Hal ini menunjukkan mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa masalah dalam skenario memacu mahasiswa untuk dipecahkan dan masalah dalam skenario sesuai dengan materi pembelajaran yang telah diterima. Nilai terendah pada pernyataan 7 dengan jumlah nilai 81,05%. Nilai ini masih tetap lebih tinggi dari 76%. Hal ini dapat dikatakan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik bahwa masalah dalam skenario merangsang mahasiswa untuk mencari sumber belajar yang relevan.

Sumber belajar dapat berupa data, manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi mahasiswa13. Berdasarkan hasil di atas menandakan bahwa mahasiswa Farmasi UMY harus meningkatkan kemampuan untuk mencari sumber belajar untuk dapat memecahkan permasalahan dalam skenario. Mahasiswa setuju dengan scenario yang didiskusikan sudah sangat baik dimana

mahasiswa terstimulus untuk berdikusi secara efektif agar dapat meningkatkan

pengetahuan mereka. Pengetahuan

mahasiswa mengalami peningkatan

diantaranya dalam hal critical thinking, problem solving, dan communication, agar mahasiswa juga memiliki petunjuk yang tepat untuk berdiskusi14.

Scenario dalam proses tutorial

digunakan sebagai trigger untuk

mahasiswa. Hal diatas menyatakan bahwa dengan trigger tersebut dimaksudkan agar mahasiswa terstimulus dengan critical thinking dan problem solving, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang optimal dalam proses pembelajaran15.

2. Faktor Mahasiswa

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai mengenai pendapat mahasiswa tentang kegiatan tutorial dan manfaat diskusi tutorial. Hasil tersebut disajikan dalam gambar 2.

Gambar 2. Grafik nilai pada faktor mahasiswa

Pada gambar 2 menunjukkan nilai tertinggi pada pernyataan 15 dengan jumlah nilai 80,65%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori 84.68 %

83.87 % 84.68 %

81.45 % 82.66 %

84.27 %

81.05 %

79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 84.00 85.00

1 2 3 4 5 6 7

T

o

ta

l N

il

ai

(%

)

Pernyataan pada Faktor Skenario

79.03 % 78.63 %

80.24 % 78.63 %

79.44 %

75.40 % 78.63 %

80.65 %

72.00 73.00 74.00 75.00 76.00 77.00 78.00 79.00 80.00 81.00 82.00

8 9 10 11 12 13 14 15

T

o

ta

l N

il

ai

(%

)


(3)

baik, bahwa adanya diskusi tutorial dapat berpengaruh terhadap nilai dan prestasi mahasiswa. Dan nilai terendah pada pernyataan 13 dengan jumlah nilai 75,40%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktifitas mahasiswa pada saat proses diskusi tutorial, khususnya dalam memberikan tanggapan/

feedback terhadap pendapat rekan diskusi dalam kategori sedang.

Tanggapan/ feedback dalam diskusi tutorial memiliki banyak tujuan termasuk meningkatkan pencapaian, pengembangan pemahaman dan kemampuan mahasiswa dan dapat memotivasi mahasiswa dengan cara memacu dan mengenali usaha mereka dalam proses pembelajaran16.

Faktor-faktor yang menjadi penghalang dalam pemberian feedback adalah rasa ketakutan bahwa feedback akan merusak hubungan antara pengajar dan pembelajar, pembelajar yang defensif atau resisten dengan feedback yang diberikan, feedback

yang diberikan terlalu umum, feedback

yang diberikan inkonsisten, dan pemberi

feedback yang tidak dihormati oleh pembelajar17.

3. Faktor Peran Tutor

Berdasarkan jumlah dari masing-masing pernyataan, peneliti mendapatkan hasil mengenai mengenai penilaian mahasiswa tentang peran tutor di dalam diskusi tutorial. Hasil tersebut disajikan dalam gambar 3.

Gambar 3. Grafik nilai pada faktor peran tutor

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pernyataan 18 dengan jumlah nilai 81,05%. Hal ini menunjukkan mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa peran tutor dapat memicu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Nilai terendah pada pernyataan 20 dengan jumlah nilai 78,23%. Nilai ini masih tetap lebih tinggi dari 76%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa setuju dan memberikan kategori baik, bahwa tutor memberikan

motivasi kepada mahasiswa untuk

memecahkan permasalahan dalam skenario. Terdapat hubungan yang positif antara perilaku dengan proses pembelajaran pada PBL17. Semakin baik kemampuan tutor untuk berkomunikasi dengan mahasiswa, pertukaran ide akan semakin lancar dan mahasiswa semakin mudah mengerti.

Rekapitulasi Penilaian Mahasiswa Terhadap Tiap Faktor

Perhitungan dengan menggunakan rumus rata-rata total nilai (%) digunakan untuk mengetahui penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL.

79.84 % 79.03 %

81.05 % 80.65 %

78.23 %

76.50 77.00 77.50 78.00 78.50 79.00 79.50 80.00 80.50 81.00 81.50

16 17 18 19 20

T

o

ta

l N

il

ai

(%

)


(4)

Hasil penilaian mahasiswa disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata total nilai masing-masing faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah

Tabel 1 menunjukkan bahwa ketiga faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah menghasilkan total nilai > 76%, sehingga dapat dikatakan bahwa penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL dalam kategori BAIK. Semakin tinggi total nilai (%) menandakan bahwa penilaian mahasiswa Farmasi UMY terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL akan semakin baik.

Berdasarkan tabel di atas, nilai tertinggi pada faktor skenario dengan nilai 83,24%, diikuti peran tutor 79,76% dan faktor mahasiswa 78,83%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai masalah dalam skenario berdampak paling besar dalam keterampilan pemecahan masalah. Semakin baik kualitas skenario maka kemampuan keterampilan pemecahan mahasiswa akan semakin baik, diikuti peran tutor dan faktor mahasiswa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

penilaian mahasiswa Farmasi UMY

terhadap faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial pada metode PBL adalah baik dan faktor yang berdampak paling tinggi dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah dalam tutorial adalah faktor skenario, diikuti peran tutor dan faktor mahasiswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis faktor yang mempengaruhi keterampilan pemecahan

masalah pada mahasiswa Farmasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam tutorial pada metode Problem Based

Learning (PBL), maka penulis

menyampaikan saran: 1. Bagi institusi pendidikan

Berdasarkan penlitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan untuk meningkatkan efektivitas

sistem pembelajaran dalam

meningkatkan kualitas lulusan Farmasi UMY agar dapat menjadi apoteker yang profesional.

2. Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah jumlah daftar pernyataan dan jumlah responden agar hasil yang didapatkan lebih menggambarkan keadaan yang ada dalam menilai keterampilan pemecahan masalah. 3. Bagi mahasiswa UMY

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diharapkan untuk mahasiswa Farmasi

UMY agar lebih meningkatkan

semangat, kesadaran diri, dan

kepercayaan diri agar dapat

Faktor yang

mempengaruhi Rata-rata total nilai masing-masing faktor ( % ) keterampilan

pemecahan masalah

Skenario 83,24

Mahasiswa 78,83


(5)

meningkatkan kemampuan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan belajarnya sehingga dapat menjadi lulusan Apoteker yang berkompeten.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Prihatanto, F. S. I. 2008. Hubungan antara Latar Belakang Dosen dan Persepsi Mahasiswa tentang Peran Dosen Sebagai Tutor. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia Vol. 3, No. 3: 109-114.

(2) Tan, Oon-Sen. 2004. Cognitive, Metacognition, and Problem-Based learning, in Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches. Singapore: Thomson Learning.

(3) Asikin, M. 2011. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Bahan Ajar. Semarang: Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang

(4) Widjajanti, D. B. 2011. Problem-Based

Learning dan Contoh

Implementasinya.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil

es/tmp/PPM-PBL-

%2010%20Maret%202011-Djamilah.pdf. Diakses pada tangal 20 Mei 2015.

(5) Sockalingam, N., & Schmidt, H. G. (2011). Characteristics of Problems for Probem-Based. Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, 1.

(6) Singaram & Dolamans. 2008. Perceptions of problem based-learning (PBL) group effectiveness in a socially-culturally diverse medical stuent population.

(6) Karunia, I. W. 2010. Hubungan Kinerja Tutor dengan Dinamika Diskusi Tutorial PBL Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UMY. (7) Amirin, Tatang, 2010, Skala Likert:

Penggunaannya dan Analisis

Datanya.

(8) Sugiyono. 2003. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

(9) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta (10) Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

(11) Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

(12) Setiawan and saryono. 2010.

Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

(13) Warsita, Bambang. (2008). Teknologi

Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta. (14) Habib F, Baig L and Mansuri F.A,

(2006). Opinion of medical students regarding problem based learning. J. Pak. Med. Assoe., 56(10): 430-2. Retrieved April 2011. From http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm ed. Diakses pada tanggal 9 Juni 2016

(15) Hwang Sy, Jang KS. (2005).

Perceptions Abaut Problem-Based Learning In Reflective Journals Among Undergraduate Nursing Students. Taehan Kanho Hakhoe

Chi 35:65-76. Dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub

med/15778558. Diakes pada


(6)

(16,17) Hesketh, E.A. & Laidlaw, J.M. (2002) 1: Feedback. Medical Teacher. 24(3), pp 245-48

(18) Chng E. and Scmidt H. G. (2010). Effect

of tutor-related behaviors on the process of problem-based learning. Adv in Health Sci Educ, 3.


Dokumen yang terkait

Perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL) pada konsep bakteri

13 145 275

Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi : kuasi eksperimen di MAN Mauk Kabupaten Tangerang

1 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL) Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Pada Konsep Keanekaragaman Hayati

1 13 250

Implementasi Model PBL Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor

0 3 128

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MAHASISWA FARMASI UMY TERHADAP METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

1 12 103

ASPEK BELAJAR MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

0 6 86

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pokok Bahasan Trigonometri (PTK di kelas X SMA Muhammadiyah 1

0 3 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pokok Bahasan Trigonometri (PTK di kelas X SMA Muhammadiyah 1

0 3 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Strategi Problem Based Learning (PBL) Melalui Pendekatan Scientific Pada Pokok Bahasan Bangu

0 1 11