24
24
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Metode Value at Risk
Dalam iklim globalisasi yang begitu dinamik, ketidakpastian merupakan hal yang mau tidak mau perlu diperhatikan. Dengan demikian besarnya ketidakpastian,
berimplikasi pada semakin besar risiko yang dihadapi. Oleh karena itu, pengukuran risiko menjadi kata kunci dalam berbisnis saat ini. Pengukuran risiko secara formal,
sudah lama dilakukan oleh institut finansial, terutama bank. Akhir-akhir ini, pengukuran secara formal juga mulai dilakukan pada sektor lainnya seperti pada
sektor energi, dan telekomunikasi. Tingginya kebutuhan untuk mengukur risiko secara lebih tepat, menyebabkan
banyak metode-metode pengukuran yang diusulkan baik dari peneliti maupun praktisi. Dari sekian banyak metode pengukuran risiko yang ada, hanya Value at
Risk VaR yang paling banyak digunakan dan menjadi faktor standar pengukuran risiko. VaR menjadi populer karena metode ini menggabungkan keunggulan dari
pengukuran-pengukuran risiko sebelumnya. Value at Risk merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam pengukuran
risiko dalam manajemen risiko. Dalam analisis risiko keuangan perhitungan Value at Risk VaR, merupakan pengukuran kemungkinan kerugian terburuk dalam kondisi
pasar yang normal pada kurun waktu T dengan tingkat kepercayaan tertentu α.
3.2 Value at Risk Pada Data Keuangan
Data keuangan di Indonesia menunjukkan pola skewness sehingga ada keinginan untuk memperhatikan fakta empiris ini dalam perhitungan Value at Risk dalam
berinvestasi di pasar modal.
Universitas Sumatera Utara
25
25
Parameter skewness menunjukkan derajat ketaksimetrisan dari distribusi di antara nilai rata-ratanya. Nilai negatif dari skewness menunjukkan asimetris yang
condong ke kiri sementara sebaliknya condong ke kanan. Nilai skewness ini memberikan gambaran intuitif ke arah mana kira-kira bentuk asimetri dari ekor
gemuk distribusinya. Di sisi lain kurtosis menunjukkan tinggi rendahnya sebuah distribusi data relatif terhadap distribusi normal. Data keuangan yang sering kali
menunjukkan pola skewness dan kurtosis platikurtik dan leptokurtik menunjukkan bahwa terdapat banyak kejadian yang ternyata berada jauh dari nilai rata-rata,
kontras dengan apa yang ditunjukkan dengan distribusi normal. Dalam analisis data keuangan, yang terjadi pusat perhatian adalah fluktuasi
harga yang merupakan variabel yang menunjukkan naik turunnya harga dari mekanisme pasar yang berimbas terhadap return. Yang menjadi pertanyaan tentunya
adalah bagaimana jika return data keuangan yang dianalisis ternyata tidak membentuk distribusi normal. Ini tentu saja menjadi masalah yang harus di teliti.
3.3 Data PT. Unilever Indonesia Tbk