Pengaruh penggunaan teknik sistem jawab berantai tehadap hasil belajar matematika : studi eksperimen di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK "SISTEM
JAWAB BERANTAI" TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
(Studi Eksperimen di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Se1atan)

OIeh:
T r i Hap s a r i.

NᄋゥAセ。 ヲRPWQ S

, MセljRSBG
No. ]1".,\11, :
kl"""'b.sl :

olゥセ

. LNセ

..セRイゥウNセ

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas IImu Tarbiyah dan Kegm'uan
DIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

_

_._

.

r peセan

urAaM

l

JAKARTA.

]NBL BGセM M セ


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul, "Pengarub Pellggunaau Teknik "Sistem Jawab
Berantai" Terbadap Hasil Belajar Matematika", yang disusun oleh TRI
HAPSARI Nomor Induk Mahasiswa : 103017027258, Jurusan Pendidikan
Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah
yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Fakultas.
Jakarta, November 2008

Yang Mengesahkan
Pembimbing II

Pembimbing I

Nサセ

Drs. H. M. Ali Hamzah, MPd.

Drs.


Nip: 150210 082

Nip: 131 974 684

Bambang Aryan, MPd.

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan eli bawah ini :
Nama

: Tri Hapsari

Nim

: 103017027258

Jurusan/Semester

: Pendidikan MatematikaIXII


Angkatan Tahun

: 2003

Alamat

: J1. H. Beden No.37 Rt.010/02 Pondok Labu
Jakaria Selatan 12450

MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang beIjudul "Pengarub Penggunaan Teknik "Sistem
Jawab Berantai" Terbadap HasH Belajar Matematikil" adalah benar hasil
karya sendiri dibawah bimbingan dosen :

1. Nama

: Drs. H. M. Ali Hamzah, MPd.

NIP


: 150210 082

Dosen Jurusan

: Penelidikan Matematika

2. Nama

: Drs. R. Bambang Aryan, tvIPd.

NIP

: 131 974684

Dosen Jurusan

: Pendidikan Matematika

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila temyata skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.
Jakarta, 10 Maret 2009
Yang Menyatakan

ABSTRACT

Tri Hapsari. Technique Use Influence "Sistem Jawab Berantai" Towards Result
Learns Mathematics. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta, November 2008.
The objective of the research is to study effect of "Sis1em Jawab Berantai" to
learning outcome in mathenatics. The research is conducted at MTsN 19 Jakarta
for academic year 2007/2008 by used quasi experiment Two Group Randomized
Control Group design. The collecting data by instrument test and it is analysis
used t-test. The result of this research is to reveal that learning outcome in
mathematics student by method "Sistem Jawab Berantai" significantly more
effective than conventional method.

4. Bapak Drs. Ali Hamzah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. R. Bambang Aryan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, nasehat, dan m·ahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Bpk Drs. Lutfi selaku kepala sekolah MTsN 19 Jakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut, serta dewan guru khususnya Ibu Erlina, S.Pd, sebagai guru
matematika kelas VIII yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
8. Perpustakaan UNJ (Jakarta), Perpustakaan UPI (Bandung), Perpustakaan
Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta Staf yang
telah memberikan fasilatas berupa kemudahan dalam meminjam buku.
9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda Suryoto, BE dan ibunda Sri
Endang Agus Lestari, SH yang tidak pernah putus asa, selalu sabar
mendo'akan dan melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan
secara moril dan materil kepada ananda sehingga dapat menuntut ilmu dan


mereka berikan. Kedua kakakku Shinta Eka Yanti, ST dan Dwi Punto
Yudhistiro, ST terimakasih atas do'a dan dukungannya selama ini, ketiga
adikku tersayang Dynar, Chintami, dan Seno yang selalu menghibur dengan
kelucuan-kelucuan kalian dan menemani mbak Ai' disaat jenuh, juga Mbak
Lizi yang selalu mau mendengar keluh kesahku.
10. Sahabat-sahabatku tersayang: Nina sahabat sejatiku, Fyu, Cwie, Chie, Uput,
Teh Mimin, Ucha, Mpo Eva, Dini, H-die, Inue, Ernon, juga Lani. Terima
kasih atas doa, dukungan dan bantuan yang kalian berikan. Terima kasih atas
persahabatan juga canda tawa yang telah kalian berikan, keberadaan kalian
menjadi inspirasi selarna ini, menjalani segala rintangan menjadi mudah
karena kalian semua.
I L Kepada semua teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2003,
Tya (teman pertama sejak menginjakkan kaki di UIN), Eboth, Lucky, Hikmah,
Eza, Po-Po, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berjuang keras bersama-sama melewati hari-hari perkuliahan penuh suka dan
duka. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa apa
yang dihasilkan ini jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi semua pihak, terutama dunia pendidikan dan senantiasa Allah membalas jasa
kebaikan mereka di atas dengan balasan yang setimpaL Amin ya rabb al- 'Alamin.


Jakarta, Desember 2008

DAFTARISI
KATAPENGANTAR
DAFTARISI

.
.

IV

DAFTAR TABEL

.............. VII

DAFTAR GAMBAR

.


DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

.

Vlll

.
.

IX

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

.

B. ldentifikasi Masalah .


.

7

C. Pemhatasan Masalah .

.8

D. PerumIlsan Masalah

.8

E. Tujuan Penelitian ..

.

8

F. Manfaat Penelitian

BAB II

.. 9

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar Matematika
a.

Teori Belajar

b.

Teori Hasil Belajar

c.

Teori Matematika .

.

10

.

18

.

.

2. Teknik "Sistem Jawah Berantai"
a. Pengertian "Sistem Jawab Berantai"

22
27

.

...... 28

b. Landasan Teori "Sistem Jawab Berantai"
1) Teori Konstruktivisme

.............. 30

2) Teori Motivasi

3) Teori Piaget
c. Pelaksanaan "Sistem Jawah Berantai" ....
1) Tahap Persiapan

31
.

35
35
36

d. Penyajian Program Pembelajaran

38

e. Keunggulan "Sistem Jawab Beranta;i"

39

B. Penelitian Yang Relevan

C. Kerangka Berfikir

..
.

43

D. Hipotesisi Penelitian

BAB III

46

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian

.. 47

B. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel

47

C. Variabel Penelitian

48

D. Metode Dan Desain Penelitian

48

E. lnstrumen Penelitian ..

49

F. Teknik Pengumpulan Data

52

G. Teknik Analisis Data

53

H. Hipotesis Statistik

BAB IV

41

.. 56

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..

57

1. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan Teknik
"Sistem Jawab Berantai"

57

2. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan
Metode Konvensional

60

B. Pengujian Persyaratan Analisis
I. Uji Nonualitas

62

2. Uji Homogenitas

63

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
I. Pengujian Hipotesis
2. Pembahasan Hasil Penelitian ..
D. Keterbatasan Penelitian

..

63
64
68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

.
.

.

69
.. 69

DAFTAR TABEL
Tabel

Desain Penelitian.

49

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa yang Menggunakan Teknik
" Sistem Jawab Berantai"......

57

Tabel 3 Perolehan Nilai Latihan Soal dengan Teknik
"Sistem Jawab Berantai"
Tabel 4

.

59

Distribusi Frekuensi Nilai Tes Siswa yang Menggunakan
Metode Konvensional

60

Tabel 5 Paparan Basil Belajar Matematika Kelas

Tabel 6

Eksperimen dan Kontrol

62

Hasil Vji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol..

63

Tabel 7 Basil Vji Homogenitas....

63

Tabel 8

HasH Vji-T.......

64

Tabel 9

Lembar Observasi Pengamatan

.

Tabel 10 Daftar Nama Kelompok Teknik " Sistem Jawab Berantai".

85

Tabel 11 Kisi-Kisi Instrumen Vji Coba Penelitian

134

Tabel 12 Vji Validitas Tes Basil Belajar Matematika

142

Tabel 13 Rekapitulasi Butir Instrumen Tes Basil Belajar Matematika ..

144

Tabel 14 TarafKesukaran Soa1.........

146

Tabel 15 Daya Pembeda Soal........... ..

..

147

Tabel 16 Perhitungan TarafKesukaran dan Daya Pembecla Soal................ 148
Tabel 17 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian..............................................

149

Tabel 18 Basil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

152

Tabel 19 Basil Belajar Matematika Kelompok Kontrol .

153

Tabel 20 Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen .

..

155

Tabel 21 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontro1....

.

159

Tabel 22 Vji Normalitas Kelompok Eksperimen...........

162

Tabel 23 Vji Normalitas Kelompok Kontrol.

164

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Desain Teknik "Sistem Jawab Berantai"
Gambar 2

39

Desain Pembelajaran dengan
Teknik "Sistem Jawab Berantai" .

...... 41

Gambar 3 Histogram dan Poligon Tes Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen..................

58

Gambar 4 Histogram Nilai Latihan dengan Teknik
"Sistem Jawab Berantai".

59

Gambar 5 Histogram dan Poligon Tes Hasil Belajar
Kelompok Kontrol.....
Gambar 6

.

61

Dokumentasi Proses Berlangsungnya Kegiatan Pembelajaran
dengan "Sistem Jawab Berantai"

92

Lampiran 24 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika
Kelas Kontrol

,

. 158

Lampiran 25 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

.. 162

Lampiran 26 Uji Normalitas Kelompok Kontrol

. 164

Lampiran 27 Uji Homogenitas
Lampiran 28 Perhitungan Pengujian Hipotesis

.
,.

,

Lampiran 29 Tabel Harga Kritik Dari R Product Moment..
Lampiran 30 Daftar F NOimal Standar

..

166
167
169
. 170

Lampiran 31 Daftar Distribusi F

.

171

Lampiran 32 Daftar Distribusi T

..

173

Lampiran 33 Nilai Kritik T Untuk Uji Liliefors

174

BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan mempunyal peranan
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, karena
melalui pendidikan di sekolah dapat dihasilkan manusia yang cerdas, kreatif,
dan bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh
kualitas pendidikan yang diperolehnya. Jika kualitas pendidikan semakin
tinggi, maka kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan akan meningkat.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan
komponen-komponen yang terdapat di dalamnya yang saling terkait erat satu
sarna lainnya dalam satu sistem, yaitu guru, metode pembelajaran, kurikulum,
siswa, sarana dan prasarana sekolah dan lain-lain.
Di sekolah, siswa hams menguasai semua bidang studi, salah satunya

adalah matematika. Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan
merupakan unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih
berdasarkan

atau

berorientasi

kepada kepentingan kependidikan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1 Sedangkan tujuan umum
diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahallkeadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cer-mat, jujur,
efektif, dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematikadan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam rllelllpelajari berbagai
ilmu pengetahuan 2
Jujun S. Sumantri dalam buk:unya yang beljudul Ilmu dalam Perspektif
juga mengungkapkan bahwa penggunaan matematika atau berhitung dalam
1

R.Soediadi. Kial Pendidiknn kfatematika di lndnnpgin ヲエョQA、 LセGゥ

Kpar/nnn

/\;{rH:n

ォセ[ョゥ

2

kehidupan sehari-hari telah menunjukkan hasil yang nyata, seperti dasar bagi
desain i!mu teknik, perhitungan untuk pembangunan antariksa. Dan
disamping dasar ilmu teknik, metode matematika telah memberikan inspirasi
kepada pemikiran di bidang sosial, ekonomi, dan da.pat memberikan warna
kepada kegiatan seni lukis, arsitektur, dan musik 3
Melalui pembelajaran matematika di sekolah diharapkan Slswa dapat
mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya sehingga mampu menjawab
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno),ogi, dapat menghadapi
peruba.han dunia yang selalu berkembang dan menggunakan pola pikir
matematika

dalam

kehidupan

sehari-hari,

maupun

dalal1l

mel1lbantu

mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Dengandemikian, nllltematika
sekolah merupakan faktor penting dalam upaya penyiapan sumber daya
manusia yang berkualitas. Untuk itu materi matematika diajarkan sejak SD
hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi.
Problematika yang ada sekarang adalah rendahnya penguasaan siswa
terhadap matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kemampuan siswa, metode
penyampaian yang digunakan oleh guru, serta kondisi belajar yang kurang
positif secara fisik, emosional, dan sosial 4 Dari pihak siswa, banyak yang
mengeluhkan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit di cerna, di
tambah lagi dengan objek yang abstrak, dan algoritma (Iangkah-Iangkah)
jawaban soal-soal yang terkadang k.'Urang dipahami oleh siswa sehingga
mengakibatkan banyak siswa yang pada akhirnya tidak menyukai dan malas
terhadap pelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan Ruseffendi dalam
Gusni, " ....matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan
pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan sebagian mata pelajaran yang
dibenci."s
S. Sumantri, lImu Dalam Perwektij; (Jakarta: Gramedia, 1998), h.l72
" Sahat Saragih, AIenumhuhkemhangkan Berfikir Lagis dan Sikap Patitif Terhadap
A4atematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Malmlah, llaI.2-3.
5 Gusni
Satriawati,
Pembelaiaran deneQn Penclekatan Oven-ended nntuk
3 JUjUll

3

Selama para siswa berada di kelas mereka tidak hanya belajar mated
pelajaran matematika tetapi juga belajar untuk senang atau tidak senang
terhadap pelajaran tersebut. Sebab selain memiliki intelegensi, mereka juga
mempunyai minat, motivasi, dan rasa ingin tahu yang besar, sehingga mereka
dapat mempelajari rasa frustasi dari konf1ik, persaingan yang saling
menjatuhkan, dan juga kegagalan. Mereka juga dapat mempelajari kepuasan
dari eksplorasi, bekerja sarna, kompetensi, dan kesuksesan.
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa tentang mated yang
diberikan guru akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses
belajar mengajar tersebut. Perhatian siswa yang lebih intensifterhadap mated
pelajaran yang diberikan guru akan menyebabkan transfer pengetahuan yang
teIjadi lebih mudah sehingga diharapkan proses belajar mengajar akan dapat
lebih berhasil.
Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam proses belajar
mengajar yang merupakan ujung tombak guna tercapainya keberhasilan siswa.
Guru yang hanya mengajar dengan satu metode yang kebetulan tidak cocok
dan sukar dimengerti oleh siswa, akan membuat siswa yang pada awalnya
menyenangi pelajaran matematika menjadi acuh sikapnya, bahkan menjadi
bend terhadap pelajaran tersebut.
Untuk menanggulangi problematika yang ada,

1,'1111.1

matematika dituntut

untuk dapat menjadikan pelajaran matematika lebih menarik dan disenangi
oleh siswa. Berbagai metode telah diterapkan demi menunjang kegiatan
belajar mengajar matematika di kelas untuk mendapatkan hasil yang optimal
dalam pembelajaran matematika. Inovasi-inovasi baru yang menyenangkan,
rileks, dan menarik dalam pembelajaran mutlak diperlukan, bahkan
penggunaan alat peraga yang mencoba mengkonkretkan objek matematika
yang abstrak pun dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk men1,'Urangl
pandangan negatif tentang matematika yang sudah terlanjur terpatri dan
bertujuan

membangkitkan

dan

menghidupkan

motivasi

belajar

serta

menggerakkan dinamika dalam belajar. Namun, dan, metode-metode yang

4

dicoba tampaknya masih belum sepenuhnya bisa melihat sejauh mana
kepahaman siswa terhadap apa yang diajarkan.
Padahal matematika sebagai model berfikir logis dan kritis, selain
merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan serta pengembangan cabangcabang ilmu yang lain, juga merupakan landasan yang kuat bagi
pengembangan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat
manusia. Mengingat akan manfaat matematika tersebut maka para siswa sejak
tingkat pendidikan dasar dan menengah dituntut untuk menguasai matematika
dengan baik, sehingga harus dicari metode pembelajaran yang efehif dan
efisien untuk memperbaiki proses belajar mengajar sehingga tercipta
pembelajaran yang kondusif, inovatif, dan kreatif dengan tetap berpegang
pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Proses belajar
mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dilibatkan secara
aktif mental dan fisiknya dalam belajar matematika. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Wahyudin,

seorang ahli

pendidikan matematika dari

Universitas Pendidikan Indonesia, "Untuk membuat matematika mudah, guru
harus bekerja keras mengajarkan matematika pada murid dengan cara yang
menyenangkan dan sesuai kebutuhan murid.,,6
Untuk itu diperlukan metode pengajaran yang tepat, karena setiap
metode dalam belajar mengajar mempunyai keunggulan dan kelemahan,
bukan hanya dari segi tujuan tetapi juga terhadap kondisi dan situasi dalam
proses belajar mengajar. Dengan kata lain, suatu proses belajar mengajar
merupakan suatu kondisi dimana interaksi antar siswa dan guru harus dapat
berjalan dengan baik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Interaksi yang
baik akan mencapai tujuannya apabila suasana menyenangkan terjadi dalam
proses pembelajaran dan bermakna bagi siswa dan guru sehingga tidak
terdapat lagi siswa yang membenci matematika, karena suasana belajar sudah
menyenangkan bagi mereka.

6 Pp/l1nhnmnn Jt-fntmunlilm

5

Berkenaan dengan hal itu, Allah berfirman dalam Al Quran surat An
Nahl ayat 125 yang berbunyi :

Artinya

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik.

"

Dalam ayat ini jelas bahwa cara pembelajaran yang baik antara lain
dengan cara hikmah. Hikmah ini dapat diartikan bahwa seorang guru harus
mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan daya
tangkap siswa sehingga mereka tidak merasa berat dalam menerima pelajaran,
dan guru harus pandai pula memilih cara dan gaya menyajikan bahan-bahan
pelajaran itu sehingga siswa berminat dan mudah menerimanya.
Adapun metode pembelajaran yang telah diterapkan di sekolah
sebenarnya mengacu pada hal-hal tersebut. Namun pada prakteknya para guru
umumnya hanya berorientasi pada hasil belajar yang dilambangkan dengan
angka-angka dan tidak lagi mementingkan proses, padahal belajar itu
merupakan suatu proses. Para guru menunaikan tugasnya untuk mengajar,
tetapi sayangnya tidak membelajarkan siswa dan keberagaman siswa tidak
lagi diperhatikan. Hal ini menyebabkan belajar menjadi tugas yang berat bagi
siswa bahkan kata belajar itu saja mampu membuat tegang dan tertekan para
slswa.
Keberagaman Slswa yang dimaksud beberapa diantaranya adalah
kemampuan kognitif, kemampuan komunikasi, juga kondisi siswa secara
fisik, emosional, dan sosial. Dan guru diharapkan dapat lebih memperhatikan
keberagaman tersebut. Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya
kepada temannya daripada guru, dari kenyataan ini guru dapat mengarahkan
siswa untuk belajar dengan teman-temannya dengan tutor sebaya, yaitu siswa
yang lebih pandai dapat memberikan bantllan belajar kepada siswa yang
kurang pandai baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

6

Salah

satu

pembelajaran

yang

memungkillkan

terjadinya

atau

munculnya tutor sebaya adalah pembelajaran kooperatif Dalam pembelajaran
kooperatif akan teljadi diskusi timbal balik antara siswa dengan siswa itu
sendiri maupun siswa dengan gum. Partisipasi siswa selama proses
pembelajaran lebih terlihat, reaksi siswa cukup baik terhadap kegiatan diskusi,
karena masing-masing siswa terlibat diskusi dalam lingkup kelompok maupun
dalam kelas.
Pembelajaran dengan cara mengorganisasikan siswa dalam kelompokkelompok

kecil,

mengoptimalkan

diduga
hasil

mempakan

suatu

aktivitas

belajar matematika siswa.

yang

dapat

Seperti yang telah

dikemukakan oleh Erman Suherman dkk, yang mengatakan bahwa untuk
memungkinkan teljadinya komullikasi yang lebih bersifat multi arah dapat
diterapkan model pembelajaran matematika melalui kelompok kecil 7
Hal

illi

diperkuat oleh Sumarmo,

bahwa salah satu

alternatif

pembelajarall yang memungkinkan siswa dapat bebas mengemukakan
pendapatnya serta dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dalam
memperoleh pengetahuan bam dan atau menyelesaikan masalah adalah
melalui pembelajaran dengan kelompok keciL 8
Pembelajaran dengan kelompok kecil sejak dahulu telah diterapkan,
namun gum kurang memonitor proses pembelajaran ini, sehingga proses
pembelajaran dengan kelompok tidak berjalan semestinya, bahkan didominasi
oleh siswa-siswa yang pandai sehingga tidak membuahkan hasil yang
memuaskan.
"Sistem Jawab Berantai" mempakan salah satu teknik pembelajaran
matematika yang memanfaatkan keberagaman kemampuan siswa dengan
mengb'tmakan Lembar Kerja atau tes yang diberikan kepada siswa dengan
cara menjawab soal secara berantai. Soal yang diberikan memiliki taraf
kesulitan yang bervariasi, serta algoritma yang cukup panjang. Setiap nomor
soal akan dikerjakan secara terumt (sambung menyambung) oleh kelompok
7

Ennan Suhermau_dkk_ ,s"ralefli Pembelaiaran Alatematika KonfemlJorer. IB:mnmHl:

7

siswa dengan urutan yang ditentukan berdasarkan prestasi belajarnya. "Sistem
Jawab Berantai" mampu membangkitkan motivasi beIajar siswa karena guru
bukan satu-satunya faktor yang mendorong tumbuhnya motivasi tersebut,
akan tetapi ternan sekelompoknya juga ikut aktif mendorong temannya untllk
belajar dan menghidupkan dinamika belajar dikalangan siswa. Siswa dengan
motivasi belajar yang rendah menjadi lebih aktif dan raj in bertanya kepada
temannya baik saat berlangsung proses pembelajaran di kelas maupun di luar
kelas. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dalam hal ini
menjawab soal menjadi lebih sering membimbing ternannya dalam kegiatan
belajar. Selain itu, dengan aktifnya tutor sebaya, maka bahasa yang
dipergunakan guru yang tidak dapat dimengerti oleh beberapa siswa dapat
dipeljelas dengan bahasa teman sebaya dalam kelompoknya.
Atas dasar uraian

yang telah dikemllkakan

sebelumnya,

maka

pembelajaran matematika dengan teknik "Sistem Jawab Berantai" dapat
dijadikan satu alternatif teknik pembelajaran matematika di kelas. Untuk itu
peneliti merasa tertarik llntllk melakukan penelitian mengenai pengaruh
pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik Sistem Jawab Berantai
dan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul :

"PENGARUB

PENGGUNAAN

TEKNIK "SISTEM JAWAB

BERANTAI" TERHADAP BASIL BELAJAR MATEMATIKA"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Jatar belakang masalah yang telah diuraikan, maim
identifikasi masalah diuraikan sebagai berikut :
I. Bagaimana

menciptakan

proses

pernbelajaran

matematika

yang

menyenangkan dan tidak membosankan siswa?
2. Bagaimana cara agar siswa terlibat aktif pada saat proses belajar?
3. Apakah faktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya hasil

belajar

matematika?
4. Apakah penggunaan metode pembelajaran yang tepat mempengaruhi hasil

8

5. Apakah penerapan pembelajaran dengan teknik "Sistem Jawab Berantai"
dapat meningkatkan hasil belajar matematika?

c.

Pembatasan Masalah
MasaIah yang diteIiti hanya dibatasi pada perbedaaan hasiI beIajar
matematika antara siswa yang diajarkan dengan teknik "Sistem Jawab
Berantai"

dengan

siswa

yang

diajar

metode

ekspositori,

dengan

membandingkan rata-rata hasil belajar siswa dari dua keIompok yang diberi
perlakuan berbeda. Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah hasiI tes
formatif yang diberikan pada siswa keIas VIII pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar (Kubus dan BaIok).

D. Pemmusan Masalah
Berdasarkan uralan di atas, maIm penulis menetapkan rumusan
masaIah yaitu :
1. "Bagaimana

pelaksanaan

teknik

"Sistem

Jawab

Berantai"

dalam

pembeIajaran matematika ?
2. "Apakah terdapat perbedaan hasiI belajar matematika antara siswa yang
diajar dengan teknik "Sistem Jawab Berantai" dan yang diajar dengan
metode konvensional ?"

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang teIah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui perbedaan hasil beIajar
matematika siswa antara yang menggunakan teknik "Sistem Jawab Berantai"
dengan yang menggunakan metode ekspositori pada pokok bahasan kubus dan
balok daIam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa di sekoIah.

9

F. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini duharapkan berguna :
1. Bagi si swa, untuk melatih keberanian siswa dalam mengemukakan

pendapat pada saat pembelajaran di kelas, khususnya dalam pembelajaran
matematika,

mengembangkan

kemampuan

sosialisasi

slswa,

serta

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi guru matematika, untuk memberikan alternatif pembelajaran di kelas
untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar juga sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas belajar mengaja:r di sekolah.
3. Bagi sekolah, sebagai salah satu usaha penyernpurnaan pembelajaran
matematika di sekolah, sehingga dapat diperoleh hasil belajar matematika
yang optimal.
4. Bagi peneliti, sebagai wawasan dan menambah pengetahuan jika kelak
berkecimpung di dalam dunia pendidikan.

BABII
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Desl{ripsi Teori
1. Hasil Belajar Matematilm
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia
sejak

lahir sal11pai

mengalal11i

akhir

hidupnya.

perubahan-perubahan

Dengan belajar l11anUSIa

dalam

kehidupannya.

Secara

psikologis, belajar dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungannya. 9
Defenisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar
merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan te11entu yaitu, untuk
l11endapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, pembahan tingkah laku
yang terjadi harus secara sadar. Dengan del11ikian, seseorang
dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar

Ia

l11enyadari bahwa dalal11 dirinya telah terjadi suatu pembahan.
Misalnya,

Ia

l11enyadari

bahwa

pengetahuannya

bertal11bah,

ketral11pilannya l11eningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa
usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Muhibbin Syah mengatakan bahwa "belajar adalah kegiatan yang
berproses dan mempakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan." Ini berarti bahwa
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika siswa

II

berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar
dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan
oleh para pendidik khususnya para guru. 10
Para ahli banyak mengungkapkan tentang defenisi belajar.
MenulUt Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikannya
terdapat beberapa pendapat tentang pengertian belajar, diantaranya :
I) Hilgard dan Bower mengatakan "Learning is the process by which

an activity originated or is changed through training procedures
(wether in the laboratmy or in the natural environment) is
distinguished/rom change by/actors not ai'tributable to training"
Hal tersebut berarti belajar berhubungan dengan pelUbahan tingkah
laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
pelUbahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecendelUngan respons pembawaan, kematangan, atau keadaankeadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengalUh obat, dan
lain sebagainya)."
2) Morgan dalam bukunya lntroductional o/Psychology menyatakan
bahwa "belajar adalah setiap pelUbahan yang relatif menetap dalm
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman."
3) Withearinl,,>thon

dalam

bukunya

Educational

Psychology

mengemukakan bahwa "belajar adalah suatu pelUbahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola balU
daripada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian." II

1I) Muhibbin Syall, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta:
PT Remaia Rosdakarv3. 2004\. eel. Ke-9. h 39

12

Menurut Fontana, belajar adalah proses perubahan tingkah laku
individu yang relatif tetap sebagai hasil dan pengalaman. 12 Sejalan
dengan itu, James 0. Wittaker mendefinisikan "learning may be

defined as the process by 'which behavior originates or is altered
through training or experience ,,13 yaitu belajar sebagai proses dimana
tingkah

laku

ditimbulkan

atau

diubah

melalui

latihan

atau

pengalaman.
Sedangkan menurut Sardiman A.M. belajar itu senantiasa
merupakan

perubahan

serangkaian

kegiatan

tingkah

laku atau

misalnya dengan

mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya

penampilan

rnembaca,

dengan

mengamati,

.14

Alisuf Sabri mengemukakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan,
dapat berupa memperoleh tingkah laku baru atau memperbaiki tingkah
lak:u yang telah ada, dapat berupa positif atau negatif 15 Perubahan
tingkah laku tersebut diperoleh melalui usaha, relatif menetap dan
rnencakup semua aspek kepribadian atau tingkah laku individu baik
pengetahuan, kernampuan, ketrarnpilan, sikap dan sebagainya.
M. Sobry Sutikno rnengartikan belajar sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
yang bam sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. 16 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
yang terjadi secara sadar atau disengaja dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

12
13

Ennan Suhcnnan et. al, Strategi Pembelajaran. .. .,
, 11. 7
Wasty Socmanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rincka Cipta, 2003),

h.104
I,' Sardiman AM., Inleroksi Dan Molivasi Belajor Alengajar, (Jakarta: Rqja
Grafindo Pcrsada, 2001), h.20
15 Alisnf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pcdoman lImn Jaya, 1996),
c;et

Ke-? h :'i5

13

Belajar diartikan pula sebagai proses perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antam individu dan individu
dengan lingkungannya.'7 Perubahan yang dialami seseorang setelah
mengalami proses belajar adalah perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi soapn. Kriteria
keberhasilan dalam belajar ditandai dengan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah
fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan sudut
pandang. Berdasarkan pengel1ian-pengertian yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan secara umum bahwa pada dasarnya belajar
adalah proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku pada diri seseorang, perubahan itu dapat berupa sesuatu yang
akan terlihat nyata atau yang masih tersembunyi, dapat berupa
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan sikap yang lebih baik, dan
perubahan yang terjadi berlaku dalam tempo yang relatif laIl1a dan
disel1ai usaha.
Dalam belajar, kita juga mengenal adanya pembelajaran
konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme, fokus utama dalam
pembelajaran matematika adalah memberdayakan Slswa untuk
berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah
ditemukan oleh para ahli sebelumnya.
Paul

Suparno

konstruktivisme,

mengemukakan

belajar

adalah

bahwa

suatu

dalam

proses

pengertian

pembentukan

pengetahuan. Pembentukan ini harus dibuat sendiri oleh pelajar atau
orang yang mau mengel1i. '8 Individu tersebut yang harus ah.1:if

17

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Prafesional, (Bandung: Remaja Rosda

K mVl1 ,)00'::;) h'::;

14

berpikir, membuat konsep, dan mengambiR makna. Peran guru
hanyalah membantu agar proses konstruksi dapat berjalan. Guru tidak
berperan sebagai seseorang yang mentransfer pengetahuan sebagai
seseorang yang sudah tahu, melainkan membantu agar anak didiknya
membentuk pengetahuannya. Dalam hal ini siswa membentuk
pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator
dalam proses pembentukan itu, guru harus melihat bahwa mereka
bukan sebagai lembaran kertas putih yang kosong, melainkan mereka
sudah membawa pengetahuan awa!. Pengetahuan yang mereka punya
adalah dasar untuk membangun pengetahuan yang selanjutnya.
Penting

bagi

slswa

untuk

memahami

keunggulan

dan

kekurangan atau kelemahannya dalam memahami sesuatu. Siswa perIu
menemukan cara yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap siswa
memiliki cara yang cocok dan tepat dalam mengkostruksikan
pengetahuannya yang etrkadang berbeda dengan temannya. Adapun
agar peran guru sebagai mediator dan fasilitator berjalan dengan
optimal, diperIukan beberapa kegiatan dan pemikiran yang harus
dikerjakan dan disadari oleh guru, yaitu: 19
I) Guru perIu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti
apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
2) Tujuan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya didiskusikan
bersama sehingga siswa sungguh-sungguh terlibat didalamnya
3) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai
dengan kebutuhan siswa
4) DiperIukan keterIibatan dengan Slswa yang sedang berjuang dan
percaya kepada siswa bahwa mereka dapat belajar
5) Guru harus mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat
mengerti dan menghargai pemikiran siswa, hal ini perlll karena

IS

kadang SISWa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak
diterima guru.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru berusaha sebisa
mungkin untuk memberikan sistem pembelajaran yang tidak monoton.
Pembelajaran ini banyak sekali digunakan daLam pembelajaran sains,
dengan tuntunan berikut ini: belajar sesuatu yang baru dan berusaha
mengetahui pemahaman yang telah ada lebih mendalam. Hal ini
merupakan

tahap

awal

dari

eksplorasi,

dimana

siswa dapat

menggabungkan antara pengalaman sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru. 20
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam
pendidikan sains dan matematika. Sebagaimana yang dikutip oleh
Guruvalah dari Paul Suparno bahwa prinsip-prinsip yang serIng
diambil dari konstruktivisme antara lain:
I) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2) Tekanan proses belajar mengajar terletak pada siswa
3) Mengajar adalah membantu siswa belajar
4) Tekanan dalam proses belajar lebih kepada proses dan bukan pada
hasil belajar
5) Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa
6) Guru adalah fasilitator 21
Salah satu ahli pendidikan dari Indonesia berpendapat bahwa
pendekatan

pembeJajaran

konstruktivisme

merupakan

proses

pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun
dalam benak atau pikiran manusia. John Dewey mengutakan lagi teori
konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap

20 Constructivism and the Five E '8, artikel ini diakses pacta tlmggal 20Mei
2008, di htlp:f/www.constructivisme/expo.expo.edll.ph/pinatllbo/page4.lltmJ.
21

{11101V:11:"1h

()rifmtnsi

801'1.1

dn/om

Psilmltwi

Rr>lninr

h

16

hams melaksanakan pembelajaran sebagai proses menyusun atau
· penga1aman secara terus menerus. n
mem bma
Berikut ini sumbangan pemikiran dari John Dewey tentang
pendekatan konstmktivisme. Bagi Dewey, berfikir adalah mengubah,
mengorganisasi kembali, membentuk makna. Dewey kerap berkata
pada pembaca bahwa:
"Mind is active, a verb and not a noun" (fosnot, 1996, p.126)
Dewey

menegaskan

bahwa

penting

bagi

Slswa

untuk

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang
dimaksud Dewey adalah lingkungan sosial, dimana siswa bersamasarna menganalisa objek permasalahan dan atau menciptakan sendiri
komunitas untuk saling bertukar pikiran. 23
Pendapat lain menyatakan bahwa: Konstruktivisme merupakan
cara pandang (filosofist) yang menganjurkan pembahan proses
pembelajaran skolastik (baik formal maupun non formal dan informal)
melalui

pengenalan,

penyusunan,

dan

penetapan

tangkapan

pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik. Ilmu
pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer
knowledge) dalam bentuk yang serba "sempuma"/"jadi" melalui
program pengajaran gum (Teacher Centered Learning)24
Implementasi

teori

konstruktivisme

dalam

pembelajaran,

Menurut Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya

dengan

mengkonstmksi

pembelajaran
pengetahuan

matematika,
matematika

yaitu:

(I)

dengan

Slswa
cara

22M.
Khoiruddin, KOJ1struktivisme Da/am Strategi Pembelajaran,
htlp://www.googIe.co.id/search?hI=id&h=Iang id&client=firefoxa&channeI-s&rIs-org.mozilla:enUS: officiaI&hs= I xJ&g=pembeIajaran+kollstruktivisme&start= IO&sa=N,
Juli
2008. hal I.
23Important People in the Development of the 1'l1eO(V of Constructivism,
hnp:/Iwww.coustructivismc.com/chd.gse.gme.cdulimmersioIlIkouwIcdgebaselilldex.
htm. 20 Mei 2008.

-"

2"Tumbuh Kembane-. Konstruktivisme Do/am Pemhr>./ninrnn kp f){mfln

17

mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) matematika menjadi
lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai,
dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya

25

Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, malca
otaknya akan terbentuk struktur kognitif tertentu. Struktur kognitif itu
disebut skemata yang merupakan suatu organisasi mental yang akan
memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan lingkungannya
semakin meningkat. Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang
terpisah, penyerdehanaan masalah, dan pengulangan keterampilan
dasar, tetapi sebaliknya: siswa dihadapkan pada lingkungan belajar
yang kompleks, terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak
beraturan.
Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada
aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang
dihadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang
· nyata. 26
d uma

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menumt
pandangan konstruktivisme, sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah,
Driver

dan

Bell

mengajukan

karakteristik

pembelajaran

konstruktivisme sebagai berikut: 27
I) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan
2) belajar

mempertimbangkan

seoptimal

mungkin

keterlibatan siswa

25

HamZt1.h, Teori Belajar Konstruktivisme,

Hィエ ーZO 。ォ ュ 、ウョ イ ェ ャNキッ ー ・ 」 ュORP XQ ャ ッイゥM「・ 。 ォ ョsiQ エ |セウュ I
26 Konstruktivisme dan Pembelajaran,
hllp:l/suciptoardi.wordpress.comI2007112/04/48/, I Juli 2008.
27

ィャセWュ h

PINnhp!nif1l'f1n AJntpmntiffn A.-fpnmollt T'Nwi Rplninl'

proses

18

3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara personal
4) pembelajaran

bukanlah

transmisi

pengetahuan,

melainkan

melibatkan pengaturan situasi kelas
5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi dan sumber.
b. .Pengertian HasH Belajar

Basil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila
dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk pada sesuatu yang
dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasilnya. Proses
belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Basil
belajar merupakan puncak dari proses belajar. Basil belajar terjadi
berkat evaluasi guru. Basil belajar dapat bempa dampak pengajaran
dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru
dan siswa 28 Di dalam proses belajar mengajar tingkat pen!:,'l.laSaan
siswa dapat diketahui dari hasil belajar. Dalam hal ini tingkat
keberhasilan siswa dalam belajar dapat terlihat dari hasil tes yang
diberikan setelah proses belajar mengajar.
Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman, hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar 29
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses diri seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk pembahan perilaku yang
relatif menetap. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pembahan tingkah laku

28

h 20

Dimyati Mudjiono. Be/ajar dan Pembe/ajaran, (Jakarta: Rincka Cipta),

19

sebagai akibat pengalaman atau latihan, pembahan tersebut berupa
perilaku yang bam atau memperbaiki perilaku yang sudah ada 30
Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan
filsafatnya untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar
te1ah dapat dikatakan berhasiL Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dapat dinyatakan berhasil apabila tujuan
instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai 31 Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya 32 Menurut Howard dan Kingsley hasil belajar
dibagi menjadi tiga macam, yaitu: ketrampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis
hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses
belajar. Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Gagne dan
Briggs juga mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat
diperoleh

seseorang

sebagai

hasil

belajar,

yaitu

ketrampilan

intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik
dan Sl'k'ap. 33
Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada murid-murid dalam jangka waktu tertentu.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar dengan merencanakan indikator untuk tujuan
pengajaran dan untuk mengetahui apakah tujuan bidang studi sudah

30

AlisufSabri, Psikologi

31

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan セョゥ・z

, h.55.
Strategi Be/ajar Alengajar,

(Jakarta: Rineka Cipln, 20(6), Cel Ke-3, h. 105.
32 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar A1engajar. (B:mdung:
Remaja Rosda Karyn, 2(04), CeIKe-7, h.22.
33

W::lhvnrlin Nnr N::ll:.:nfl0n pHーォヲゥカ[エョNセ

.':lrnfpoi PpmhplnifWl1n K nnprntiffinn

20

dicapai. MaIm tes evaluasi sebagai alat evaluasi dan juga sebagai alat
ukur.
Basil belajar merupakan nilai hasil pembelajaran siswa yang
telah diberikan oleh guru kepada siswa dalarn jangka waktu tertentu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah tingkat keberhasilan pembelajaran
dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan:
1) Istimewalmaksimal, apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
2) Baik sekali/optirnal, apabila sebagian besar (76% sampai dengan
99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3) Baik/minimal, apabila hanya 60% sampai dengan 75% bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
4) Kurang, apabila dari bahan yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa 34
Muhibbin Syah dalam Psikologi Bel,0ar juga menguraikan
tentang karakteristik perubahan sebagai hasil belajar, yaitu perubahan
intensional, positifaktif, dan efektiffungsional 35
a) Perubahan Intensional
Yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman atau prak1:ek yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa
menyadari akan adanya perubahan yang diaJami atau ia merasakan
perubahan positif dalam dirinya, seperti: penambahan pengetahuan,
kebiasaan, sikap, dan lain-lain.
b) Positif Aktif
Yaitu perubahan yang teljadi karena proses belajar bersifat positif
dan aktif Perubahan positf artinya baik, bermanfaat, selia sesuai
harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak teljadi dengan
sendirinya, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

2J

e) Efektif Fungsional
Yaitu perubahan yang timbul karena bersifllt efektif yaitu berhasil
guna. Artinya perubahan itu membawa pengaruh, makna, dan
manfaat tertentu bagi siswa. Pelllbahan efektif dan fungsional
biasanya bersifat dinamis dan mendorong terjadinya pelllbahan
positif lainnya.
Sementara itu dalam sistem pendidikan nasional lllmusan tujuan
pendidikan baik tujuan l'Urikuler maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang
seeara garis besar membaginya menjadi tigz: ranah, yaitu : ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik 36
Ranah kognitif adalah kemampuan yang berkenaan dengan
berpikir, mengetahui, dan memeeahkan masalah. Ranah kognitif
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif adalah
kemampuan yang berkenaan dengan sikap, nilz:i, minat, dan apresiasi.
Ranah afektif terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan

hasil

belajar ketrampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam ranah psikomotorik, yaitu gerakan ref]eks,
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmanisan atau
ketepatan, gerakan ketrampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif
Dalam proses belajar mengaJar [,,'Uru berusaha semaksimal
mungkin agar input yang dalam hal ini belllpa mata pelajaran yang
disampaikan dapat diproses di dalam keJas dengan paJa-pala tertentu,
sehingga autputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman,
pemeeahan, pengertian, dan kemampuan dalarn pemeeahan masalah,
untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.

22

Hasil belajar mempakan tolak ukur berhasil atau tidaknya
seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang
dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah
laku secara keselumhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya
hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang
bertangb'lmg jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses
belajar dari gumnya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam
bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan
sesudah belajar.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah segala sesuatu yang dicapai dalam proses pembahan tingkah
laku yang dilakukan secara sengaja dan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan proses pembahan tingkah laku seseorang terjadi secara
bertahap.

Dari tahapan tersebut seseorang akan mendapatkan

pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajlaran dalam mengambil
sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman atau latihan inilah
maim perubahan tingkah laku pun teIjadi dan sifatnya menetap.
Perubahan

yang terjadi

merupakan perubahan

secara merata,

maksudnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dan hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan pusat
perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan
tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.
c. Pengertian Matematilm

Matematika mempakan alat yang efisien dan diperlukan oleh
semua ilmu pengetahuan. Karena tanpa bantuan matematika ilmu
pengetahuan tidak akan mengalami kemajuan yang berarti. Sampai
saat ini belum ada kesepakatan diantara para. ahli matematika, apa
yang disebut dengan matematika itu.
Matematika mempakan salah satu alternatif untuk menghasilkan
manusla

yang

bersumber

daya

tinggi.

Herman

Hudoyo

23

konsep-konsep

abstrak

yang

tersusun

secara

hirarkis

dan

penalarannya deduktif,,37
"Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika
tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masingmasing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika
itu bahsa simbol; matematika adallah bahasa numerik;
matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat
kabur; majemuk; dan emosional; matematika adalah metode
berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir; matematika
adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya
ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah
sains mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu
sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu;
matematika adalah sains formal yang mUifni; matematika adalah
sains yang memanipulasi simbol; matematika adalah ilmu
tentang bilangan dan rnang; matematika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan pola, bentuk, dan strnktur.,,38
Kata matematika berasal dad bahasa latin "mathematica ,. yang
pada awalnya diambil dari kata Yunani "mathematike" yang berarti
"relating to learning." kata tersebut mempunyai akar kata "mathema"
yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata

"mathematike" berhubungan sangat erat dengan kata lainnya yang
sernpa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir)39
Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan-bilangan, dan
prosedur operasional yang dib'Unakan dalam penyelesaian masalah
rnengenai bilangan 40
"Maternatika adalah cara atau metode bertlkir dan bernalar.
Matematika dapat digunakan untuk mernutuskan apakah suatu
ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada kemungkinan
benar. Matematika adalah suatu rnedan eksplorasi dan
penemuan, disitu setiap had ide-id'B barn diketernukan.
Matematika adlah cara berpildr yang digunakan untuk
37 Herman Hudoyo, lvfengqiar Be/ajar Matematika. (Jakarta : Depdikbud.
1998), h.3.
38 Erman Suherman et. al. Strategi Pembelajaran.
h. 15.
39 fイャQ セュ

セョィcGN ャ セョ

f':1 ャセ

,(,,'Irnfpo-i

ppmhp/nim-nn

h

1 ')-1 ()

24

memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains,
pemerintahan, dan industri. Ia adalah bahasa lal11bang yang
dipahami oleh semua

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran JIGSAW dan teknik pembelajaran STAD (Studi pada siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan)

0 4 149

Perbandingan metode simulasi main peran dan pemberian tugas (RESITASI) terhadap hasil belajar fisika (Quasi Eksperimen di MTsN 19 Pondok Labu)

0 7 132

Pengaruh media komik terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem gerak manusia: kuasi eksperimen di MTS Negeri 3 Jakarta

0 8 320

Analisis kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTS Miftahul Umam Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013 / 2014

1 22 133

Pengaruh Media CD Interaktif Savvy e-Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gerak Tumbuhan (Kuasi Eksperimen di MTs Negeri 3 Jakarta)

0 3 234

Pengaruh penerapan metode menulis berantai terhadap keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun ajaran 2013/2014

0 14 165

Pengaruh media digital card terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep zat: kuasi eksperimen di MTs Raudlatul Ilmiyah Jakarta Selatan.

0 8 153

Pengaruh penggunaan media flip chart terhadap hasil belajar IPS kelas VIII MTs Negeri 3 (kuasi eksperimen studi kasus di MTs Negeri 3 Jakarta)

2 62 0

Pengaruh penggunaan media modifikasi kartu domino terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem sirkulasi darah: kuasi eksperimen di MTS Nurul Huda Jakarta

5 19 227

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225