2.2. Uraian Logam
Logam digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk
setiap ml, dan bobot ini beratnya 5 kali dari berat air. Dengan sendirinya logam yang beratnya kurang dari 5 gram termasuk logam ringan Darmono, 1995.
Beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial
dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau
pembentukan organ. Sedangkan logam nonesensial adalah logam yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil, dan bila kandungannya tinggi akan merusak organ- organ tubuh Darmono, 1995.
2.2.1. Logam Timbal PbPlumbum
Keracunan Pb pada orang dewasa kebanyakan terjadi di tempat mereka bekerja dan bergantung pada pekerjaannya yang biasanya bersifat kronis.
Prevalensi kejadiannya bervariasi untuk setiap jenis pekerjaannya. Gejala yang terlihat ialah penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia, dan
sering terlihat adanya garis biru tepat di daerah gusi di atas gigi. Pada pemeriksaan psikologi dan neuropsikologi ditemukan adanya gejala sulit
mengingat-ingat sistem memori sangat berkurang, konsentrasi menurun, kurang lancar berbicara, dan gejala saraf lainnya Darmono, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Logam Kadmium
Logam kadmium menjadi populer setelah timbulnya pencemaran air sungai di wilayah Kumakoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia.
Logam ini biasanya selalu bergabung dengan logam lain, terutama dalam pertambangan seng Zn dan timah hitam yang selalu ditemukan dengan kadar
0,2-0,4 Darmono, 1995. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh
khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang
kronis http:id.wikipedia.org.
2.2.3. Logam Tembaga
Tembaga yang digunakan dalam pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam ini banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat
listrik, gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti dengan logam perak Ag, kadmium Cd, timah putih Sn dan seng Zn.
Sedangkan garam tembaga banyak digunakan dalam bidang pertanian misalnya, larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3 tembaga sulfat CuSO
4
yang digunakan untuk membasmi jamur pada pohon buah-buahan. Tembaga sulfat ini
juga sering digunakan untuk membasmi siput moluskisida sebagai inang dari parasit cacing, juga untuk mengobati penyakit kuku Foot rote pada domba
Darmono, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun digolongkan ke dalam logam berat, logam ini sangat dibutuhkan tubuh meskipun dalam jumlah yang sedikit. Karena itu Cu juga termasuk ke
dalam logam-logam esensial bagi manusia. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke
dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait. Kebutuhan manusia terhadap tembaga cukup tinggi. Manusia
dewasa membutuhkan sekitar 30 µg Cukg berat tubuh. Pada anak-anak jumlah
Cu yang dibutuhkan adalah 40 µgkg berat tubuh Palar, 1994. 2.2.4. Logam Seng
Keberadaan logam berat seng dalam tanah dapat menjadi zat toksin
racun bagi tanaman, dan melalui rantai makanan akan masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga akan mengganggu kesehatan manusia http:www.pikiran-
rakyat.com Seng juga ditemukan dalam pertambangan logam, sebagai bentuk sulfida.
Seng dan beberapa bentuk senyawanya digunakan dalam produksi logam campuran misalnya perunggu, loyang, dan kuningan. Senyawa seng ini juga
sering digunakan dalam pelapisan logam seperti baja, besi yang merupakan produk anti karat. Selain itu, seng juga digunakan sebagai zat warna untuk cat,
lampu, gelas, bahan keramik, dan sebagainya Darmono, 1995.
2.3. Proses destruksi kering