Instrumentasi Atomisasi dalam Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1. Instrumentasi

Komponen penting dari spektrofotometer serapan atom adalah: a. Sumber Radiasi Sumber radiasi yang digunakan yaitu lampu katoda yang mampu menghasilkan garis radiasi resonansi sangat tajam. Lampu ini terdiri atas anoda dan katoda dalam suatu tabung silinder borosilikat atau kuarsa yang berisi gas mulia, argon, atau helium pada tekanan rendah. Katoda tersebut berbentuk silinder berongga yang permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Pemberian tekanan dengan potensial tinggi pada arus tertentu antara anoda dan katoda, akan menyebabkan logam mulia, memijar sehingga menabrak atom-atom logam katoda hingga terlempar keluar dan tereksitasi dan memancarkan radiasi pada panjang gelombang tertentu yang sama dengan panjang gelombang atom yang dianalisis Khopkar, 1990. b. Monokromator Monokromator berfungsi untuk mengisolasi garis radiasi tertentu yang diinginkan dari garis-garis lain yang dipancarkan oleh lampu dalam hal ini yang sering digunakan adalah kisi difraksi karena memiliki daya pisah yang baik Basset, J., 1994. c. Detektor Detektor berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya yang tidak diserap oleh atom dalam nyala, alat yang sering digunakan adalah Photomultiplier yang mempunyai kepekaan spektral yang lebih tinggi Basset, J., 1994. Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Atomisasi dalam Spektrofotometri Serapan Atom

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun tanpa nyala. Proses atomisasi dapat diterangkan sebagai berikut: bila larutan sampel disemprotkan ke dalam nyala maka pertama kali terjadi penguapan pelarut dan terbentuk residu padat dalam nyala. Residu padat tersebut akan menguap dan berdisosiasi menjadi atom-atom dalam keadaan netral kemudian sebagian atom netral akan tereksitasi oleh energi panas dari nyala dan memancarkan energi Basset, J., 1994. Gambar 1. Diagram pembentukan atom dalam SSA nyala Untuk spektroskopi nyala suatu persyaratan penting adalah bahwa nyala yang dipakai hendaknya menghasilkan temperatur lebih dari 2000 K. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi dengan membakar gas bakar dalam suatu gas oksidan yang biasanya adalah udara, nitrogen oksida, oksigen yang diencerkan dengan Universitas Sumatera Utara nitrogen atau dengan argon. Temperatur nyala yang dapat dicapai dengan gas-gas bakar biasa yang terbakar dalam udara dan nitrogen oksida disebutkan pada tabel berikut. Tabel 1. Temperatur nyala dengan pelbagai bahan bakar Gas bakar Temperatur K Udara Dinitrogen Oksida Asetilen 2400 3200 Hidrogen 2300 2900 Propana 2200 3000 Campuran asetilen-udara sesuai untuk penetapan sekitar tiga puluh logam, tetapi campuran propana-udara dipilih untuk logam yang mudah diubah menjadi keadaan uap atom. Untuk logam seperti aluminium dan titanium yang membentuk oksida tahan api, temperatur nyala asetilen-nitogen oksida mutlak diperlukan. Di samping menggunakan nyala, tehnik tanpa nyala sering digunakan untuk menghasilkan atom-atom dari dalam sampel baik itu berupa metode-metode tanpa nyala yang melibatkan penggunaan pipa ataupun batang grafit yang dipanaskan secara listrik ataupun teknik penguapan Basset, J., 1994.

2.5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi