Jumlah Pulau-pulau di Indonesia Fenomena Kepemilikan Pulau-Pulau di Indonesia Oleh Warga Asing Lapangan Hukum Agraria dan Politik Pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya vital bagi setiap orang. Tanah dalam fungsinya merupakan sarana untuk mencari penghidupan pendukung mata pencaharian di berbagai bidang seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri, maupun yang dipergunakan sebagai tempat untuk bermukim dengan didirikannya perumahan sebagai tempat tinggal yang berimplikasi pada kejelasan status domisili seseorang mengenai status kependudukan dalam administrasi. Dengan pengetahuan bahwa tanah sebagai sumber alam terbatas luasnya, maupun kemampuan untuk memproduksinya, maka dengan sendirinya timbul keharusan untuk menggunakan setiap jengkal tanah dengan sehemat- hematnya dan seefisien mungkin Indonesia sebagai negara kepulauanmaritim merupakan berkah tersendiri bagi warga negaranya jika bisa mengolah kekayaan sumber daya alam yang bertebaran di Indonesia dari Sabang Sampai Merauke jika semua itu dioptimalkan oleh sumber daya manusia siap dengan memanfaatkan perkembangan tekhnologi.

B. Jumlah Pulau-pulau di Indonesia

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan, Pada tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah. Pada tahun 2004 Data Departemen Dalam Negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupatiwali kota, menyatakan bahwa 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak bernama. Menurut rilis di portal resmi Badan Informasi Geospasial, saat ini pulau yang terdaftar dan berkoordinat berjumlah 13.466 pulau.

C. Fenomena Kepemilikan Pulau-Pulau di Indonesia Oleh Warga Asing

Beberapa waktu yang lalu, begitu ramai pemberitaan media elektronik maupun koran tentang fenomena kepulauan di Indonesia yang banyak beralih kepemilikan oleh Warga Negara Asing, contoh Pulau Cubadak ada di Sumatra Barat, Pulau Gangga yang terletak di Sulawesi Utara. Kedua pulau itu dimiliki oleh orang Italia. Pulau Menyawakan, salah satu pulau di Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah yang dimiliki oleh orang Swedia dan masih banyak lagi pulau-pulau yang telah beralih hak milik kepada Page | 1 warga negara asing seperti seperti Pulau Moyo di Sumbawa, Pulau Maratua di Kalimantan Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Raja Ampat di Papua, dan lain-lain . Rumusan masalah Demi menemukan hasil yang berkesesuaian dengan topik dan supaya tidak keluar dari judul pembahasan maka dirumuskan beberapa masalah ke dalam beberapa pertanyaan berikut, yaitu: Bagaimanakah status legal-yuridis pulau-pulau yang dimiliki oleh Warga Negara Asing dengan menjadikan pulau tersebut tempat wisata ? Page | 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Lapangan Hukum Agraria dan Politik Pertanahan.

Lapangan Hukum Agraria tergolong lapangan hukum yang muda usia bila dibanding dengan lapangan-lapangan hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana dan sebagainya. Didalam Tata Hukum Indonesia, lapangan hukum agraria mendapat tempat sebagai lapangan hukum tersendiri sejak berlakunya Undang- Undang Pokok Agraria UU No. 5 Tahun 1960L.N No.104 Tahun 1960 pada tanggal 24 September 1960 atau disingkat UUPA. Jika melihat perjalanan sejarah, bahwa politik hukum pertanahan di Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan sistem politik dan kekuasaan yang ada. 1 . Pada Masa Penjajahan Agraische Wet 1870, Pasal 51 IS, bahwa dominasi kekuasaan atas tanah berada pada Gubernur Jenderal. Menurut Ordonansi diatas bahwa Gubernur Jenderal boleh memberikan hak efracht selama 75 tahun. Ini bertujuan agar Agraische Wet 1870 memberikan kesempatan kepada perusahaan pertanian berkembang di Indonesia. 2 . Pada Masa Orde Lama, politik pertanahan di Indonesia, dengan keluarnya UU No.2 Tahun 1960 tentang perjanjian Bagi Hasil dan UU No.56 Tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian yang secara ideologis bertujuan untuk terciptanya pemerataan kepemilikan tanah, akan tetapi menimbulkan konflik antara petani penerima distribusi tanah dan pemilik tanah asli. 3 . Pada Masa Orde Baru, politik pertanahan menganut ideologi pertumbuhan ekonomi dengan dikeluarkannya Peraturan Mentri Dalam Negri PMDN No.15 Tahun 1975 dan PMDN No.2 Tahun 1976. Akan tetapi, implikasi atas pengaturan itu menimbulkan Page | 3 pemusatan penguasaan tanah pada segelintir orang, khususnya para pemodal kuat yang didukung negara.

B. Tanah Sebagai Hak dan Berfungsi Sosial.