V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab- bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya dalam penanggulangan malpraktek dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu penal dan non penal. Pertama upaya penal, upaya penal yang dilakukan
oleh Reskrimsus Polda Lampung dalam menanggulangi malpraktek dilakukan secara represif penegakan hukum yang diawali dengan
pemberitahuan melalui broadcast adanya dugaan malpraktek. Sedangkan MKEK mengupayakan mediasi setelah menerima pengaduan dan mendapat
klarifikasi dalam penanganan malpraktek.
Kedua upaya non penal, upaya non penal yang dilakukan oleh MKEK yang bekerjasama dengan IDI adalah dengan cara pemberian pembekalan etik
maupun disiplin kepada setiap tenaga kesehatan. Misalnya dalam kegiatan ilmiah, simposium, maupun seminar tentang kesehatan diadakan SKP
Satuan Kredit Partisipasi sebagai penilaian dalam kegiatan tersebut, serta disisipkan pembahasan tentang pelanggaran etik dan disiplin dalam tindakan
medis.
2. Terdapat beberapa faktor penghambat dalam penanggulangan malpraktek yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
1 Faktor Perundang-undangan,
faktor perundang-undangan menjadi penghambat karena belum adanya undang-undang yang membahas
tentang malpraktek secara mendalam, sehingga kurangnya pemahaman mengenai batasan-batasan perbuatan malpraktek bagi aparat penegak
hukum. Dengan tidak adanya kejelasan secara terperinci tentang malpraktek maka menjadi penghambat penegakan hukum tersebut dalam
melakukan upaya penanggulangan malpraktek. 2 Faktor Penegak Hukum, yang menjadi penghambat penegak hukum
dalam menanggulangi malpraktek yaitu kualitas para penyidik masih banyak yang kurang memahami jenis-jenis kejahatan yang terkait dalam
kesehatan, sehingga sulit untuk mengusut kejahatan-kejahatan yang di indikasi dalam kesehatan terutama malpraktek yang menyebabkan kurang
efektif melaksanakan kewajibannya dalam mengatasi kejahatan terkait bidang kesehatan khususnya malpraktek.
3 Faktor Masyarakat, yaitu kurangnya kepedulian masyarakat menjadi penghambat dalam penyidikan dalam kasus dugaan malpraktek karena
para keluarga korban tidak ingin melakukan otopsi terhadap pasien yang menjadi
korban dalam
kasus dugaan
malpraktek, sehingga
mengakibatkan terhambatnya proses penyidikan karena bukti yang kurang cukup.