Tabel 3.2 Daftar sampel perusahaan Investasi
No Kode
Nama perusahaan Kriteria
Sampel 1
2 3
1 ABMM
PT ABM Investama Tbk √
√ √
1 2
BHIT PT Bhakti Investama Tbk
√ √
√ 2
3 BMTR
PT Global Mediacom Tbk √
√ √
3 4
BNBR PT Bakrie and Brothers Tbk
√ √
√ 4
5 BRMS
PT Bumi Resources Minerals Tbk √
√ √
5 6
MLPL PT Multipolar Tbk
√ √
√ 6
7 MYRX
PT Hanson International Tbk √
√ √
7 8
PLAS PT Polaris Investama Tbk
√ √
√ 8
9 POOL
PT Pool Advista Indonesia Tbk √
√ √
9 10
SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk
√ √
√ 10
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 10 perusahaan investasi dan diamati selama periode 4
tahun yang termasuk sebagai data poling.
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber pada dokumentasi perusahaan. Pengungkapan pelaksanaan corporate
governance dan rasio-rasio keuangan perusahaan peneliti dapatkan dari laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan di situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.
Sumber data yang digunakan ini diperoleh dari mengakses website Bursa Efek Indonesia melalui internet www.idx.co.id.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan mengambil data website efek Indonesia www.idx.co.id yang berupa laporan
Universitas Sumatera Utara
tahunan perusahaan yang akan diteliti. Penelitian mengambil data perusahaan jasa sektor investasi yang terdaftar di BEI untuk tahun 2010-2013.
Selain itu peneliti juga melakukan studi pustaka dengan cara mengumpulkan jurnal, buku-buku dan skripsi terdahulu yang berhubungan dengan judul penulis.
3.8 Teknik Analisis
3.8.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diinput akan
diuji Terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi dasar. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindari estimasi yang bias. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah uji Normalitas, uji Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi.
3.8.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk
mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik Ghozali, 2012 : 110. Karena analisis grafik dapat
menyesatkan, maka dilakukan juga uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data diolah.
Pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan terdistribusi normal
jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov 0,05.
Universitas Sumatera Utara
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen Ghozali, 2012 : 91. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF =
1Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan ada atau tidak multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10
Ghozali, 2012 : 92.
3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Ghozali, 2012 : 105. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan
sumbu X adalah residual Yprediksi-Ysesungguhnya yang telah di stundentized. Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan
gambar tersebut adalah Ghozali, 2012 : 105:
Universitas Sumatera Utara
a. Jika ada pola tertentu, seperi titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.1.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 Ghozali, 2012 : 95. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya
autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson DW. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini.
Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0ddl
Tidak ada autokoralsi positif No decision
dl ≤d≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak
2-dld2 Tidak ada korelasi negatif
No decision 2-du
≤d≤2-dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif Tidak ditolak
dud2-du Sumber: Ghozali, 2012
Keterangan: DL = batas bawah DW
DU = batas atas DW
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Analisis Regresi Berganda
Model yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian dirancang untuk mengetahui arah,
pengaruh dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ e Keterangan:
Y = Pembayaran dividen PD
a = Konstanta persamaan regresi
b1, b2, = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X
1
= Corporate governace CG X
2
= Struktur modal SM X
3
= Struktur Kepemilikan manajerial SKM e
= Variabel Residual Besarnya konstanta tercermin dalam “a” dan besarnya koefisien regresi
dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2 dan b3. Pada model persamaan di atas dapat diketahui tanda positif atau negatif dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
3.8.3 Pengujian Hipotesis
3.8.3.1 Uji t t-tes
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut Ghozali, 2012 : 84:
Universitas Sumatera Utara
a. Hipotesis nol atau Ho : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara
individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel
Sulaiman, 2004 : 87. Dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05,
maka menolak Ho dan menerima Ha. b. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05
maka menerima Ho dan menolak Ha.
3.8.3.2 Uji F F-tes
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat Ghozali, 2012 : 84. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari
variabel bebas secara bersama-sama. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan
melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Dengan cara sebagai berikut: a. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig
≤ 0,05, maka hipotesis ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig
≥ 0,05, maka hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8.3.3 Koefisien Determinasi R²
Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2005 : 83. Nilai R²
mempunyai interval antara 0 sampai 1 0 ≤ R² ≤ 1. Semakin besar R² mendekati
1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen Sulaiman, 2004 : 86. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen Ghozali, 2012: 83.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan investasi di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indenesia BEI tahun 2010-2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
diperoleh 10 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2010-2013. Daftar perusahaan yang dijadikan
sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar sampel perusahaan investasi
No Kode
Nama perusahaan Tgl berdiri
1 ABMM
PT ABM Investama Tbk 6-Des-2011
2 BHIT
PT Bhakti Investama Tbk 24-Nov-1997
3 BMTR
PT Global Mediacom Tbk 17-Jul-1995
4 BNBR
PT Bakrie and Brothers Tbk 28-Agus-1989
5 BRMS
PT Bumi Resources Minerals Tbk 9-Des-2010
6 MLPL
PT Multipolar Tbk 6-Nov-1989
7 MYRX
PT Hanson International Tbk 31-Okt-1990
8 PLAS
PT Polaris Investama Tbk 16-Mar-2001
9 POOL
PT Pool Advista Indonesia Tbk 20-May-1991
10 SRTG
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 26-Jun-2013
Sumber : Data diolah penulis, 2014
Universitas Sumatera Utara
4.2 Corporate Governace, Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan
4.2.1 Corporate Governace
Corporate Governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang
diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Kategori kedua lebih cenderung pada
kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang
mempengaruhi perilaku perusahaan. Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat
mendorong kinerja perusahaan agar bekerja secara efisien, dan mampu menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Tabel 4.2
Corporate Governace tahun 2010-2013
No Nama Perusahaan
Kode Corporate Governace
X
1
2010 2011
2012 2013
1 PT ABM Investama Tbk
ABMM 56.25
75 50
50 2
PT Bhakti Investama Tbk BHIT
73.33 80
80 80
3 PT Global Mediacom Tbk
BMTR 38.88 38.55 38.55
30.55 4
PT Bakrie and Brothers Tbk BNBR
35.13 35.13 15.13 15.13
5 PT Bumi Resources Minerals Tbk
BRMS 34.69 34.69 46.93
32.65 6
PT Multipolar Tbk MLPL
31.42 34.28 31.42 42.85
7 PT Hanson International Tbk
MYRX 54.54 54.54 54.54
54.54 8
PT Polaris Investama Tbk PLAS
23.33 23.33 23.33 23.33
9 PT Pool Advista Indonesia Tbk
POOL 40.00 40.00 40.00
40.00 10
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG 76.92 76.92 76.92
76.92 Sumber : Data diolah penulis, 2014
Universitas Sumatera Utara
Sepuluh perusahaan PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources
Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dengan Corporate
Governance X
1
yang terendah PT Pool Advista Indonesia Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini Corporate Governance dalam suatu perusahaan tercermin
pada pertanggungjawaban manajer kepada stakeholder perusahaan tersebut. Apabila Corporate Governance perusahaan kuat, yang berarti ada perlindungi atas
hak-hak pemegang saham minoritas. Berangkat dari pemikiran ini, dapat dikatakan bahwa Corporate Governance berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan khususnya mengenai kebijakan dividen.
4.2.2 Struktur Modal
Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa. Tujuan struktur modal adalah memadukan sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dengan cara
memaksimumkan harga saham, meminimumkan biaya modal cost of capital, dan menyeimbangkan antara risiko dan tingkat pengembalian. Apabila dividen
dibayar oleh perusahaan kepada pemegang saham, maka dana internal tidak lagi cukup untuk melakukan investasi. Sehingga perusahaan berusaha memperoleh
dana eksternal melalui hutang. Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang
terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio DER.
Universitas Sumatera Utara
variabel independen struktur modal DER pada perusahaan Investasi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.3 Struktur Modal tahun 2010-2013
No Nama Perusahaan
Kode Struktur Modal
X
1
2010 2011
2012 2013
1 PT ABM Investama Tbk
ABMM 43.49 40.49 42.06 42.06
2 PT Bhakti Investama Tbk
BHIT 9.16 13.60 12.91 31.98
3 PT Global Mediacom Tbk
BMTR 24.84 22.13 22.18 21.85
4 PT Bakrie and Brothers Tbk
BNBR 36.32 34.09 39.44 39.62
5 PT Bumi Resources Minerals Tbk
BRMS 45.03 45.92 48.63 51.05
6 PT Multipolar Tbk
MLPL 14.61 30.10 44.64 39.17
7 PT Hanson International Tbk
MYRX 64.77 50.94 49.52 37.12
8 PT Polaris Investama Tbk
PLAS 27.13 20.93 23.27 25.06
9 PT Pool Advista Indonesia Tbk
POOL 10.71 12.37 16.99 13.20
10 PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG
25.70 23.81 19.76 25.47
Sumber : Data diolah penulis, 2014
Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada modal
sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang daripada
modal sendiri equity. Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika DER lebih dari satu
menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat.
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa
rata-rata dari struktur modal DER menunjukan hasil yang fluktuatif,
hal ini pada perusahaan investasi di PT Bhakti Investama Tbk mengalami penurunan sebesar 9.16 ditahun 2010 dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
dengan perusahaan investasi lainnya mengalami kenaikan yaitu PT ABM Investama Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi
Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris Investama Tbk, PT Pool Advista Indonesia Tbk dan PT Saratoga
Investama Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini menunjukkan bahwa baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang langsung
terhadap posisi finansialnya. Hal ini sangat mempengaruhi dimana modal sangat dibutuhkan dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan, di
samping sumber daya, mesin dan material sebagai faktor pendukung.
4.2.3 Struktur Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial mengacu pada berbagai pola di mana pemegang saham dapat mengatur semua hal yang berkaitan dengan aktivitas
perusahaan atas kelompok tertentu dalam kebijakan dan aktivitas bisnis perusahaan. Konsentrasi kepemilikan menggambarkan tentang bagaimana dan
siapa saja yang memegang kendali atas keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali
atas aktivitas bisnis perusahaan tersebut. Manajer yang diangkat oleh pemilik modal dengan cara memaksimumkan
nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemilik modal dapat tercapai. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai
dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Struktur Kepemilikan Manajerial tahun 2010-2013
No Nama Perusahaan
Kode Kepemilikan manajerial
X
3
2010 2011
2012 2013
1 PT ABM Investama Tbk
ABMM 29.41
25 29.41 29.41 2
PT Bhakti Investama Tbk BHIT
25 26
31 31
3 PT Global Mediacom Tbk
BMTR 91.80 92.30 93.11 93.11
4 PT Bakrie and Brothers Tbk
BNBR 25.18 25.18 25.18 25.18
5 PT Bumi Resources Minerals Tbk
BRMS 26.80 26.80 26.80 26.80
6 PT Multipolar Tbk
MLPL 8.33 32.71 32.71 31.25
7 PT Hanson International Tbk
MYRX 10.01
53.68 0.05 76.33
8 PT Polaris Investama Tbk
PLAS 5 21.51 5
21.51 9
PT Pool Advista Indonesia Tbk POOL
50 50
50 54.81 10
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG 25
25 48.83 27.77 Sumber : Data diolah penulis, 2014
Konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka konservatisme dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu
mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial
maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat.
Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan menajerial Perusahaan investasi PT ABM Investama Tbk, PT Bhakti Investama Tbk, PT Global
Mediacom Tbk, PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Bumi Resources Minerals Tbk, PT Multipolar Tbk PT Multipolar Tbk, PT Hanson International Tbk, PT Polaris
Investama Tbk, PT Pool Advista Indonesia Tbk dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk mengalami peningkatan. Apabila kepemilikan manajerial tinggi dan
Universitas Sumatera Utara
terdapat keluarga pemilik sebagai pengelola perusahaan, maka kinerja perusahaan menjadi rendah. Barangkali perusahaan investasi termasuk perusahaan yang
dikelola oleh keluarga dekat pemilik, sehingga pada saat perusahaan menawarkan obligasi direspon oleh investor dengan mensyaratkan returns yang tinggi. Hal itu
untuk melindungi kepentingan pemegang obligasi dari risiko kegagalan perusahaan yang lebih besar akibat kinerja perusahaan yang rendah apabila
kepemilikan saham manajerial semakin tinggi.
4.3 Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Pembayaran dividen dividen policy merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian laba earning yang akan dibagikan kepada
pemegang saham dan bagian yang akan ditahan diperusahaan. Alokasi laba untuk kedua tujuan tersebut merupakan keputusan yang bertolak belakang. Bila
perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, distribusi laba kepada pemegang saham yang tinggi mengharuskan perusahaan mencari sumber pembiayaan dari
luar. Bila jumlah dividen yang dibagikan rendah pihak perusahaan bisa dianggap memupuk laba untuk mencapai kepentingan pribadi manajemen.
Berikut ini persentase pembayaran dividen pada perusahaan Investasi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Pembayaran Dividen tahun 2010-2013
No Nama Perusahaan
Kode Pembayaran Dividen
2010 2011
2012 2013
1 PT ABM Investama Tbk
ABMM 6.66
2.60 1.01
2.99 2
PT Bhakti Investama Tbk BHIT
11.33 11.76 4.66
7.75 3
PT Global Mediacom Tbk BMTR
2.38 1.72
5 4.54
4 PT Bakrie and Brothers Tbk
BNBR 34.95 82.78
613 228
5 PT Bumi Resources Minerals Tbk
BRMS 97.84 46.94 15.23 16.66
6 PT Multipolar Tbk
MLPL 132
12.5 4.34 33.33
7 PT Hanson International Tbk
MYRX 83.33 33.33
125 3.03
8 PT Polaris Investama Tbk
PLAS 35.71
333 117
265 9
PT Pool Advista Indonesia Tbk POOL
4.31 8.62
7.81 10.72 10
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk SRTG 4.62
3.59 4.76
1.05 Sumber : Data diolah penulis, 2014
Pembayaran dividen terendah pada perusahaan investasi yaitu PT Bakrie and Brothers Tbk, PT Hanson International Tbk dan PT Saratoga Investama
Sedaya Tbk selama periode 2010-2013. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hutang yang lebih rendah mengikuti pembayaran dividen perusahaan yang tinggi.
Penurunan dividen dan tak terbayarnya dividen dalam periode-periode tertentu dividend cut di masa yang akan datang karena hal tersebut bisa merusak
reputasinya di mata investor. Oleh karena itu pembayaran dividen secara stabil dan cenderung menghindari suatu kenaikan dividen pada tingkat tertentu yang
tidak bisa dijamin konsistensinya di masa yang akan datang karena tidak adanya dukungan dari prospek kinerja profitabilitas perusahaan. Dengan demikian
pembayaran dividen secara tidak langsung menghasilkan proses monitoring yang lebih dekat dengan investasi yang dilakukan pihak manajemen.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Penelitian