Indeks Dominansi Jenis Indeks Keragaman Jenis H

leprosula, keruing Dipterocarpus sp, bengkirai Hopea ferrugenia, benuas Shorea laevifolia, dan ubar Eugenia sp. Pada tingkat pancang jenis yang dominan adalah meranti merah Shorea leprosula, keruing Dipterocarpus sp, ubar Eugenia sp, bengkirai Hopea ferrugenia, dan kumpang Myristica sp. Pada tingkat tiang jenis yang dominan adalah meranti merah Shorea leprosula, keruing Dipterocarpus sp, kumpang Myristica sp, ubar Eugenia sp, dan resak Vatica banana. Sedangkan pada tingkat pohon jenis yang dominan adalah keruing Dipterocarpus sp, meranti merah Shorea leprosula, tengkawang Shorea spp, benuas Shorea laevifolia, dan bengkirai Hopea ferrugenia. Pada hutan bekas tebangan jenis meranti merah Shorea leprosula dan keruing Dipterocarpus sp mendominasi di setiap RKL pada setiap tingkat pertumbuhan. Pada tingkat pancang jenis ubar Eugenia sp juga dijumpai dominan pada RKL 1 dan 2. Tengkawang Shorea spp mendominasi juga pada tingkat pohon di RKL 4, sedangkan bengkirai Hopea ferrugenia mendominasi tingkat tiang di RKL 3. Dominasi Relatif suatu jenis menunjukan penguasaan suatu jenis terhadap jenis yang lain dalam tegakan yang dinyatakan berdasarkan besaran luas bidang dasar setinggi dada, untuk itu diameter menjadi parameter yang sangat penting.

5. Indeks Dominansi Jenis

Indeks Dominansi C bermanfaat untuk menggambarkan pola dominasi jenis dalam tegakan. Nilai Indeks Dominansi C maksimum adalah satu yang berarti bahwa tegakan dikuasai oleh satu jenis atau pada dominansi jenisnya terpusat pada satu jenis saja. Sedangkan apabila nilai Indeks Dominansinya kecil, maka dominansi jenisnya tersebar pada beberapa jenis yang dominan. Tabel 15. Indeks Dominansi C pada hutan primer dan hutan bekas tebangan pada RKL 1 sampai RKL 7 Tingkat Pertumbuhan Kondisi Hutan Hutan Primer Hutan Bekas Tebangan RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7 Pohon Tiang Pancang Semai 0,184 0,121 0,089 0,124 0,199 0,163 0,245 0,168 0,253 0,154 0,186 0,143 0,184 0,136 0,179 0,138 0,193 0,124 0,226 0,119 0,181 0,138 0,199 0,117 0,215 0,171 0,199 0,140 0,197 0,151 0,258 0,127 Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Dominansi jenis diperoleh nilai C yang kurang dari 1 atau nilai Indeks Dominansinya kecil yang berarti bahwa dominansi jenisnya tersebar pada beberapa jenis yang dominan. Pada hutan primer maupun pada hutan bekas tebangan memiliki nilai Indeks Dominansi yang berbeda dimana pada hutan primer nilai Indeks Dominansinya lebih rendah daripada hutan bekas tebangan untuk setiap tingkat pertumbuhan, hal ini karena jumlah jenis pada hutan primer lebih banyak daripada hutan bekas tebangan. Semakin rendah keragaman jenis akan meningkatkan nilai Indeks Dominansi sehingga terjadi pemusatan dominansi pada beberapa jenis yang dominan.

6. Indeks Keragaman Jenis H

Indeks Keragaman Jenis H menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu tegakan. Semakin tinggi nilai Indeks Keragaman Jenis dalam tegakan maka semakin tinggi keragamannya. Indeks Keragaman Jenis pada petak- petak pengamatan di hutan primer dan hutan bekas tebangan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut : Tabel 16. Indeks Keragaman Jenis H pada hutan primer dan hutan bekas tebangan di RKL 1 sampai RKL 7 Tingkat Pertumbuhan Kondisi Hutan Hutan Primer Hutan Bekas Tebangan RKL1 RKL2 RKL3 RKL4 RKL5 RKL6 RKL7 Pohon Tiang Pancang Semai 0.884 1.065 1.271 1.165 0.853 0.939 0.838 1.037 0.705 0.956 0.889 1.107 0.854 0.968 0.932 1.123 0.866 1.024 0.844 1.174 0.898 1.004 0.929 1.171 0.825 0.874 0.920 1.126 0.829 0.962 0.784 1.128 Pada hutan primer dan hutan bekas tebangan nilai Indeks Keragaman Jenis H tertinggi pada tingkat pohon yang berarti bahwa pada tingkat pohon mempunyai keragaman yang paling tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Keragaman Jenis H pada hutan primer dan hutan bekas tebangan terlihat bahwa hutan primer memiliki keragaman jenis tertinggi di setiap stadium pertumbuhan kecuali tingkat semai. Hal ini berarti hutan primer memiliki tingkat keragaman tertinggi dan merupakan formasi klimaks yang telah mantap dan stabil. Tingginya keragaman jenis di lokasi penelitian yang merupakan hutan hujan tropika dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu tumbuhan pada daerah tropika sangat kaya akan jenis bila dibandingkan dengan tumbuhan yang berada di daerah beriklim sedang dan pada daerah tropis tidak mempunyai batas iklim yan tegas terutama pada daerah dataran rendah basah, sehingga pertumbuhan pohon penyusunnya menjadi pesat karena tidak ada hambatan iklim.

7. Indeks Kesamaan Komunitas IS