Pendugaan Curah Hujan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Curah Hujan Wilayah

14 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 13 Maret 2007 50 100 150 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 waktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 26 Maret 2000 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 w aktu jam deb it m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 26 April 2000 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 w aktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 16 Januari 2000 50 100 150 200 250 5 10 15 20 w aktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 17 januari 2000 20 40 60 80 100 120 5 10 15 20 25 30 35 Waktu jam D e b it m 3 s Qobsevasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 18 April 2000 10 20 30 40 50 60 70 5 10 15 20 25 30 Waktu jam D e b it m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 23 Juni 2000 10 20 30 40 50 60 70 5 10 15 20 Waktu jam D e b it m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.7 F=0.6 F=0.8 F=0.2 F=0.8 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 24 Maret 2000 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Waktu jam d e b it m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.8 F=0.8 F=0.8 15 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 21 Juni 2000 10 20 30 40 50 60 70 80 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 w aktu jam deb it m 3 s Qobservasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off 11 Juni 2000 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 w aktu jam debi t m 3 s Qobsevasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off 14 November 2000 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Waktu jam deb it m 3 s Qobsevasi Qsimulasi Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 16 Oktober 2000 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 25 Waktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.9 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 27 September 2000 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 Waktu jam d e bi t m 3 s Qobs Qsim F=0.7 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 18 November 2000 40 80 120 160 200 5 10 15 20 25 w aktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.2 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 25 November 2000 40 80 120 5 10 15 20 25 w aktu jam de bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.8 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 26 November 2000 80 160 240 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 waktu jam d e b it m 3 s Qobservasi QSimulasi F=0.8 F=0.8 F=0.9 F=0.8 16 Gambar 13. Grafik perbandingan debit pengukuran dengan debit simulasi Berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang dapat menjadi limpasan permukaan adalah curah hujan yang besarnya lebih dari 16 mm, maka sepanjang tahun 2000 hanya terdapat 22 kejadian hujan yang dapat menjadi input untuk model H2U. Pada kenyataannya curah hujan tahun 2000 sangat fluktuatif, tetapi dengan jeluk hujan kurang dari 16 mm. Oleh sebab itu banyak kejadian hujan yang terabaikan. Dari grafik perbandingan antara debit observasi dan debit simulasi pada kejadian hujan terpilih Gambar 13 terlihat bahwa sebagian besar hasil simulasi termasuk dalam kriteria baik dengan nilai F lebih besar dari 0,7. Namun terdapat penyimpangan pada tanggal 23 Juni dan 18 November dengan nilai index kesesuaian Nash dan Sutcliffe sebesar 0,2 yang termasuk dalam kriteria buruk. Hal ini dapat disebabkan karena terjadi kesalahan pada saat pendugaan durasi curah hujan. Kesalahan ini berpengaruh pada sebaran intensitas hujan yang terjadi pada saat itu. Berdasarkan asumsi yang digunakan, durasi hujan pada tanggal 23 Juni adalah enam jam dan pada 18 November tujuh jam. Pada kejadian sebenarnya durasi hujan bisa saja lebih kecil dari itu, sehingga berpengaruh pada besarnya intensitas hujan yang akan menjadi limpasan. V.4. Simulasi Aliran Dasar Menggunakan Koefisien Resesi. Pada saat tidak terjadi hujan, debit sungai dihitung berdasarkan pendugaan nilai aliran dasar dengan menggunakan koefisien resesi. Dalam penelitian ini nilai resesi yang digunakan dibedakan berdasarkan musim, yaitu pada saat musim hujan, musim kemarau dan musim peralihan. Pembagian musim tersebut dilihat dari sebaran debit sungai yang terukur pada tahun 2000 di PLTA Ubrug Gambar 14. Dengan asumsi bahwa semakin besar curah hujan maka limpasan akan semakin besar juga. Berdasarkan hal tersebut musim hujan terjadi sekitar bulan Januari-April, musim kemarau sekitar bulan Mei-September dan musim peralihan sekitar bulan Oktober- Desember. Plot Curah Hujan dan Debit Sungai Sub DAS Cicatih tahun 2000 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 21 41 61 81 101 121 141 161 181 201 221 241 261 281 301 321 341 361 waktu hari je lu k h u ja n m m 20 40 60 80 100 120 de bi t m 3 s Curah hujan debit sungai Gambar 14. Plot curah hujan dan debit sungai Sub DAS Cicatih tahun 2000. Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 26 Desember 2000 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 25 Waktujam De bi t m 3 s Qobservasi Qsimulasi F=0.7 Perbandingan Direct Run Off Sub DAS Cicatih 28 November 2000 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 w aktu jam deb it m 3 s Q observasi Qsimulasi F=0.8 17 Nilai koefisien resesi berbeda pada setiap musim seperti terlihat pada Tabel 7. Namun perbedaan yang terjadi sangat kecil, karena nilai resesi dihitung berdasarkan penurunan hidrograf pada saat akhir limpasan permukaan. Ketika tidak terdapat limpasan permukaan debit sungai berasal dari aliran dasar yang mengalir dari air bumi. Aliran dasar ini besarnya hampir konstan sepanjang tahun tidak terpengaruh oleh musim. Walaupun terjadi penurunan nilainya sangat kecil. Oleh karena itu nilai koefisien resesi tidak berbeda jauh untuk sepanjang musim. Berdasarkan koefisien resesi dapat diduga persamaan baseflow untuk musim hujan, kemarau dan peralihan seperti yang terlihat pada Tabel 7. Dari persamaan tersebut dapat dilihat nilai baseflow paling besar terjadi ketika musim hujan, menurun pada saat musim kemarau dan mulai naik pada saat peralihan. Nilai Y pada persamaan aliran dasar menunjukkan nilai aliran dasarnya, sedangkan t menunjukkan waktu kumulatif. Tabel 8. Nilai koefisien resesi dan persamaan baseflow untuk setiap kejadian hujan. Waktu K koefisien Resesi Persamaan Aliran Dasar Januari-April musim hujan -0.0069 Y = 38.861-0.003t Mei-September musim kemarau -0.004 Y = 13.799+0.002t Oktober-Desember Peralihan -0.0045 Y = 20.418+0.002t V.5. Simulasi Debit Harian Sub DAS Cicatih Tahun 2000 Perbandingan Debit Pengukuran dan Debit Simulasi Sub Das Cicatih 20 40 60 80 100 120 50 100 150 200 250 300 350 400 Waktu hari Deb it m 3 s debit simulasi debit observasi Gambar15. Grafik perbandingan debit pengukuran dan debit simulasi tahun 2000 di Sub DAS Cicatih dengan nilai F=0.5. Simulasi debit sungai selama satu tahun menunjukkan hasil yang tidak begitu baik. Setelah di uji menggunakan uji koefisien kemiripan F Nash dan Sutclife, 1970 diperoleh nilai F sebesar 0,5 yang menunjukkan bahwa simulasi termasuk dalam kriteria sedang. Masih banyak penyimpangan yang terjadi dalam simulasi ini. Hal ini dapat disebabkan karena asumsi yang digunakan yaitu curah hujan yang menjadi limpasan adalah curah hujan yang lebih besar dari 16 mm, sehingga kejadian hujan yang dianggap dapat menjadi limpasan hanya terdiri dari 22 kejadian hujan. Pada kenyataannya selama tahun 2000 terjadi lebih dari 22 kejadian hujan yang lebih kecil dari 16 mm. Mungkin saja curah hujan tersebut dapat terakumulasi sampai dapat menjadi limpasan walaupun besarnya lebih kecil dari 16 mm sehingga banyak kejadian hujan yang terabaikan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tingkat kejenuhan tanah. Salah satu yang mempengaruhi tingkat kejenuhan tanah yaitu curah hujan. Curah hujan dalam skala besar dapat langsung menjenuhkan tanah dan sisanya dialirkan menjadi limpasan. Sedangkan curah hujan dalam skala kecil yang berlangsung selama beberapa hari terakumulasi sampai pada tingkat kejenuhan tanah tertentu. Setelah melewati batas tersebut curah hujan yang kecil sekalipun F=0.5 18 dapat menjadi limpasan dengan syarat tanah sudah jenuh akibat dari akumulasi curah hujan hari-hari sebelumnya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan Curah hujan DAS yang menjadi limpasan adalah curah hujan lebih dari 16 mm. Curah hujan DAS lebih kecil dari 16 mm akan terintersepsi, evapotranspirasi dan terinfiltrasi. Simulasi aliran permukaan pada saat terjadi hujan yang dihasilkan dengan menggunakan model H2U termasuk dalam kriteria baik dengan nilai index kesesuaian Nash dan Sutcliffe lebih besar dari 0,7. Pada saat tidak terjadi hujan debit sungai diduga dengan prediksi aliran dasar berdasarkan koefisien resesi. Simulasi debit sungai harian cicatih selama tahun 2000 yang didapat berdasarkan gabungan model H2U dan prediksi aliran dasar termasuk dalam kriteria sedang dengan nilai F sebesar 0,5. Penyimpangan yang terjadi diduga disebabkan karena dalam mensimulasi tidak diperhatikan nilai akumulasi curah hujan antecedent precipitation index sehingga banyak kejadian hujan yang terabaikan.

VI. 2. Saran

Sebaiknya di perhatikan tingkat kejenuhan tanah atau kondisi tanah sebelum hujan dan indeks akumulasi curah hujan sebelumnya Anteceedent Precipitation Index DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press. Chow, VT. 1978. Handbook of Applied Hidrology. New York: Mc. Graw-Hill Book Company. Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Irianto, G. 2003. Aplikasi Konsep Fraktal dalam Pemodelan Hidrologi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balai Penelitian Agroklimat dan Higrologi. Jonsen. 2006. Pemodelan Hidrograf Menggunakan Pendekatan Geomorfologi Studi Kasus Sub DAS Cicatih Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Kartiwa, B. 2002. Pemodelan Debit berdasarkan Optimisasi Parameter Fungsi Produksi: Studi Kasus DAS mikro Bunder, Gunung Kidul, Yogyakarta. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Kartiwa, B. 2005. Pemodelan Debit Aliran Permukaan pada Skala DAS. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Kurnianto, S. 2004. Model Spasial Dinamik Pendugaan Surplus Air Permukaan Menggunakan Metode Neraca Air Studi Kasus Sub Daerah Aliran Sungai Cicatih. Skripsi. Bogor: IPB, FMIPA, Departemen Geofisika dan Meteorologi. Rafii, S.1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Penerbit Angkasa. Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sosrodarsono, S dan K Takeda. 1980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita. 19 20 Lampiran 1. Peta Jaringan Sungai Sub DAS Cicatih-Cimandiri Kabupaten Sukabumi.