Aliran Dasar TINJAUAN PUSTAKA 1. Daur Hidrologi

5 Cibodas, Cikembang dan Cikembar tahun 2000. 3. Data debit sungai per jam Sub DAS Cicatih tahun 2000 yang diukur di PLTA Ubrug. Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan software Microsoft Office 2003 III.3. Metode Penelitian 1. Penentuan Curah Hujan Wilayah Penentuan curah hujan wilayah dilakukan dengan menggunakan metode Poligon Thiessen dari enam pos pengamatan curah hujan dengan batas poligon dibuat menggunakan arc view . Persamaan untuk menentukan curah hujan wilayah sebagai berikut: n n n A A A R A R A R A R + + + + + + = ... ... 2 1 2 2 1 1 dimana : R = Curah hujan wilayah mm n = jumlah pos pengamatan R n =curah hujan di tiap pos pengamatan A n =luas daerah pengamatan. Gambar 4. Peta Plot Stasiun dan Pembagian poligon Sub DAS Cicatih

2. Metode Disagregasi Empirik

Untuk input model H2U dibutuhkan data hujan jam-jaman, sedangkan di daerah Sub DAS Cicatih tidak terdapat data hujan jam-jaman oleh karena itu pendugaan curah hujan jam-jaman ditentukan dengan menggunakan metode disagregasi empirik. Metode ini dilakukan dengan cara melihat pola curah hujan di luar daerah kajian yang memiliki karakteristik yang sama dengan Sub DAS Cicatih. Dalam penelitian ini digunakan Kecamatan Ciemas, karena hanya di pos pengamatan Ciemas yang memiliki data Curah hujan jam-jaman. Setelah mendapatkan pola curah hujan di kecamatan Ciemas, disagregasi curah hujan wilayah di Sub DAS Cicatih dengan menggunakan asumsi dan cara sebagai berikut: 6 Gambar 5. Peta Topografi Kabupaten Sukabumi Asumsi : 1. Pola hujan jam-an di Sub DAS Cicatih, dianggap sama dengan pola hujan di pos pengamat hujan Ciemas, dimana letak pos tersebut terlihat pada Gambar 5. 2. Curah hujan yang di sintetis adalah CH 16 mm, karena di asumsikan bahwa CH 16 mm tidak menghasilkan limpasan. 3. Awal dan lama terjadinya hujan diambil dari kejadian hujan yang paling sering muncul. Pendugaan curah hujan sesaat perjam dilakukan dengan melihat pola curah hujan sesaat pada stasiun yang memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan daerah kajian. a Plot grafik intensitas dengan waktu terjadinya hujan, setiap kejadian hujan. b Buat grafik normalized rainfall intensity i’t = J t i i’ t = normalize rainfall intensity J = jeluk hujan it = intensitas hujan c Curah hujan sintetik ditentukan berdasarkan grafik normal rainfall intensity tersebut dengan mengalikan nilai normalized dan curah hujan wilayah di Sub DAS Cicatih.

3. Perhitungan Aliran Permukaan Aliran

permukaan dihitung menggunakan model H2U. Model H2U terdiri dari model fungsi produksi dan model fungsi alihan. • Model Fungsi Produksi Fungsi produksi ditetapkan menggunakan koefisien aliran permukaan, dengan rumus sebagai berikut : dimana: Kr: Koefisien aliran permukaan Vr:Volume aliran permukaan m 3 S : Luas DAS m 2 Pt : Tinggi hujan total dalam satu kejadian hujan mm Intensitas hujan netto dapat diperoleh dengan mengalikan antara koefisien aliran limpasan dengan tinggi hujan tiap jamnya, dimana : Pn t= Kr Pt Dengan: Pn t : Intensitas hujan netto pada waktu t Pt : Intensitas hujan dalam waktu t • Model Fungsi Alihan Fungsi alihan dihitung berdasarkan aplikasi model H2U dengan menghitung kurva pdf probability density functian butir Pt S Vr Kr 1000 =