Material Lokal dan Ramah Lingkungan Udara Sehat di Dalam Ruangan

2.3.1.4. Material Lokal dan Ramah Lingkungan

Material lokal yang berasal dari negeri sendiri dan diproduksi sendiri dapat membantu memmbangkitkan perekonomian. Selain itu materialnya pun haruslah ramah lingkungan. Gambar 2.9 Material Lokal dan Ramah Lingkungan 1. Pendingin Dasar  Tidak menggunakan Chloro Fluoro Carbon CFC sebagai refrigerant dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. 2. Penggunaan Ulang Bangunan dan Material  Menggunakan kembali semua material bekas setara minimal 10 atau 20 dari total biaya material baru fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dinding. 3. Produk dengan Proses Lingkungan  Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001 terbaru danatau sertifikasi lain yang setara bernilail 30 dari total biaya material.  Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang senilai minimal 5 dari total biaya material.  Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan minimal 2 dari total biaya material. 4. Penggunaan Non ODS  Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh system bangunan. 5. Kayu Bersertifikat  Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai Peraturan Pemerintah asal kayu Faktur Angkutan Kayu OlahanFAKO, sertifikat perusahaan dll dan sah terbebas dari perdagangan kayu illegal sebesar 100 biaya total material kayu.  Jika 30 dari butir diatas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia LEI atau Forest Stewardship Council FSC. 6. Desain Modular  Desain yang menggunakan material modular atau pra fabrikasi tidak termasuk equipment sebesar 30 dari total biaya material. 7. Material Regional  Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek.

2.3.1.5. Udara Sehat di Dalam Ruangan

Udara yang sehat harus dapat masuk ke dala ruangan yang biasanya bisa masuk melelui ventilasi. Berikut penggambarannya dapat dilihat pada gambar 2.10. Gambar 2.10 Udara Sehat di Dalam Ruangan 1. Pemasukan Udara Luar Ruangan  Desain ruangan yang menunjukan adanya potensi introduksi udara luar minimal sesuai dengan standar SNI 03-6572- 2001 tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung. 2. Pemantauan CO2  Untuk banquet, ruang rapat umum, general office ruangan dengan kepadatan tinggi dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbondioksida CO2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1000 ppm. Sensor diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill. 3. Pengendalian Asap Tembakau  Tidak menyediakan ruangan untuk merokok dan dilengkapi dengan surat pernyataan pemilik gedung untuk memasang tanda larangan merokok di seluruh area. 4. Polutan Kimia  Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar Volatile Organic Compounds VOCs rendah.  Menggunakan produk kayu komposit dan produk agrifiber, antara lain produk kayu lapis, papan partikel, papan serta, insulasi busa, dan laminating adhesive. Dengan syarat tanpa tambahan urea formaldehyde atau memiliki kadar emisi formaldehyde rendah.  Tidak menggunakan material yang mengandung asbes, merkuri, dan Styrofoam. 5. Pandangan ke Luar  Apabila 75 dari Net Lettable Area NLA menghadap langsung ke pemandangan luar yang dibatasi dan transparan apabila ditarik suatu garis lurus. 6. Kenyamanan Visual  Menggunakan lampu dengan iluminasi tingkat pencahayaan ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2000 tentang konservasi energi dalam pencahayaan. 7. Kenyamanan termal  Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 derajat Celcius dan kelembaban relative 60. 8. Level Akustik  Tingkat kebisingan pada 90 dari Nett Lettable Area NLA.

2.3.2. Perilaku Hijau