terbentuk fibrous cap. Pada tahap ini proses aterosklerosis sudah sampai pada tahap lanjut dan disebut sebagai plak aterosklerotik. Pembentukan plak aterosklerotik akan
menyebabkan penyempitan lumen arteri, akibatnya terjadi berkurangnya aliran darah. Trombosis sering terjadi setelah rupturnya plak aterosklerosis, terjadi pengaktifan
platelet dan jalur koagulasi. Apabila plak pecah, robek atau terjadi perdarahan subendotel, mulailah proses trombogenik, yang menyumbat sebagian atau
keseluruhan suatu arteri koroner. Pada saat inilah muncul berbagai presentasi klinik seperti angina atau infark miokard. Proses aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat
juga tidak stabil atau progresif. Konsekuensi yang dapat menyebabkan kematian adalah proses aterosklerosis yang bersifat tidak stabilprogresif yang dikenal juga
dengan sindroma koroner akut Goran K, 2005; Ross R, 1999; Packard R.R.S, 2008; Libby, 2004, Bucova, 2008; Eleni S, 2008.
2.3 Red Blood Cell Distribution Width
Red blood cell distribution width RDW adalah pengukuran numerikal dari variasi sirkulasi eritrosit Greer JD et al, 2003. Parameter ini adalah
parameter rutin sebagai bagian dari pemeriksaan darah lengkap PDL, biasanya dipakai terbatas hanya untuk mendiagnosa banding penyakit anemia McKenzie SD,
2003. Perhitungan besarnya RDW adalah standar deviasi volume sel darah merah volume sel rerate x 100. Peningkatan RDW menunjukkan terdapat peningkatan
heterogenitas dari ukuran sel darah merah pada sirkulasi darah perifer Evans TC, 1991; Marsh WL, 1987. Peningkatan level RDW dapat terjadi pada keadaan
hemolisis, kekurangan nutrisi seperti zat besi, vitamin B12, dan folat, atau setelah transfusi darah Fukuta H et al, 2009. Pada thrombotic thrombocytopenic purpura,
penyakit inflamasi saluran cerna , dan kehamilan, dijumpai level RDW yang tinggi Heymans S et al, 2009. Pada studi terkini, RDW berhubungan secara signifikan
dengan kejadian major cardiac adverse events MACE pada pasien dengan gagal jantung Felker GM et al, 2007. Pada studi lainnya, telah dibuktikan bahwa
peningkatan RDW berhubungan secara independen kematian jangka panjang pada
Universitas Sumatera Utara
pasien dengan penyakit jantung koroner PJK tanpa anemia Tonelli M et al, 2008. Cetin Menyimpulkan bahwa RDW mempunyai hubungan yang signifikan dengan
penyakit jantung koroner pada pasien angina pektoris stabil Uyarei H, et al, 2011.
Wen. melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara RDW dan atherosklerosis arteri carotis pada penderita hipertensi. Terdapat
hubungan yang bermakna antara RDW yang tinggi dan ketebalan intima media, serta kejadian plak arteri karotis. Namun studi ini hanya menghubungkan pasien hipertensi
dan memakai ketebalan intima media karotis sebagai penanda dari atherosklerosis Wen Y, 2010. Mustafa et all. membuat hipotesa bahwa semakin tinggi RDW
mencerminkan adanya proses inflamasi kronis yang berlangsung, yang mengakibatkan meningkatnya resiko kardiovaskular semakin tinggi.
Telah diketahui bahwa atherosklerosis adalah penyakit peradangan kronis dan berbagai cytokin seperti TNF-
ɑ, IL-1b, dan IL-6 dilepaskan selama proses berlangsung Heyman S et al, 2009; Pascual-Figal DA et al, 2009. Peningkatan
cytokin radang di dalam aliran darah akan menekan efek dari erythropoietin Epo dan sintesa hemoglobin yang dapat menyebabkan anemia peradangan kronis. Cytokin
dapat merangsang proses erythropoiesis melalui dua jalur: pertama, dengan menghambat transkripsi gen Epo di hati fan ginjal; kedua, dengan menghambat
pematangan sel erythroid di sumsum tulang. Penelitian pada ginjal tikus yang hipoksia menunjukkan produksi Epo ginjal dapat dipengaruhi oleh TNF-
ɑ, IL-1b, dan IL-6. Penekanan pada proses erythropoiesis terjadi di sumsum tulang akibat
hambatan proliferasi sel progenitor erythroid dan pematangan pro-erythroblast. Modulasi cytokine radang di progenitor erythroid sumsum tulang dapat menghambat
perubahan sel ke Epo, yang akan menghambat efek anti apoptotic dan pro pematangan Helwig-Burgel T et al, 1999; McDougall et al, 2008. Menurunnya
pelepasan Epo akan mengakibatkan menurunnya produksi dan pelepasan sel darah merah yang matang maupun tidak matang ke sirkulasi darah. Mekanisme lain yang
Universitas Sumatera Utara
mungkin terjadi adalah peningkatan kadar cytokin radang akibat dari metabolisme besi dan fungsi sumsum tulang Heyman S et al, 1999; Pascual-Figal DA et al, 2009.
Studi yang dilakukan oleh Gotsman et all. Telah menunjukkan adanya hubungan TNF-
ɑ dan IL-6 dengan skor Gensini Pierce CN, 2005. Pada beberapa tahun belakangan ini, kadar RDW telah diteliti pada kasus
gagal jantung kronik, serangan koroner akut, intervensi koroner perkutan primer dan menemukan bahwa RDW berhubungan dengan mortalitas, bahkan pada pasien yang
tanpa anemia Gotsman I et al, 2008; Perlstein TS, 2009; Cavusoglu E et al, 2010
2.4 Angina Pektoris Stabil