Berdasarkan teori keagenan tersebut maka sistem pengendalian intern dirasa sangat penting bagi sebuah organisasi untuk menghindari konflik
kepentingan yang terjadi antara principal dan agent. Sistem pengendalian intern berfungsi untuk mengawasi tugas dan fungsi masing-masing unit bagian, sehingga
setiap unit bagian memiliki tugas dan wewenangnya masing- masing. Koperasi memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari rapat anggota,
pengurus, dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota memiliki hak untuk memberikan tugas
kepada pengurus dan pengawas dalam koperasi. Sebaliknya pengurus dan pengawas koperasi bertanggung jawab untuk memberikan laporan
pertanggungjawabannya kepada rapat anggota. Dalam hal ini sistem pengendalian intern sangat diperlukan untuk mengawasi tugas dan tanggung jawab setiap
fungsi. Sehingga dapat mencegah penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang atas tugas tiap fungsi.
2.2. Good Corporate Governance GCG
2.2.1. Pengertian
Good Corporate Governance GCG
Menurut FCGI 2001 pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan Cadbury Committee adalah seperangkat
aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer,
kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab
mereka. ADB Asian Development Bank menjelaskan bahwa GCG mengandung
empat nilai utama yaitu accountability, transparency, predictability dan participation. Pengertian lain datang dari Finance Committee on Corporate
Governance Malaysia. Menurut lembaga tersebut, GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan
urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka
panjang, tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya.
Menurut Rahmawati 2006 dalam Putri 2006 Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara
lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan direksi dan
komisaris, kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing- masing pihak.
Berdasarkan definisi di atas good corporate governance di atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya good corporate governance adalah mengenai
sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholders terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan dan menciptakan nilai tambah value added bagi perusahaan.
Berbagai macam definisi yang timbul disebabkan karena pada awalnya corporate governance lahir sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus
dikembangkan oleh perusahaan agar tetap survive. Karena menyangkut prinsip dan nilai tersebut maka dalam prakteknya corporate governance muncul di tiap
negara dengan isu yang berbeda-beda disesuaikan dengan sistem ekonomi yang ada di setiap negara. Selain itu dalam prakteknya, agar dapat dilaksanakan, prinsip
dan nilai corporate governance harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat tergantung dengan bentuk perusahaan, jenis usaha
dan komposisi kepemilikan modal perusahaan. Pembahasan mengenai implementasi corporate governance tidak dapat
dilepaskan dengan konsep dan sistem korporasi itu sendiri, karena turut berkembang dengan sistem korporasi di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat
yakni ditandai dengan adanya pemisahan antara pemilik pemegang saham dengan pembuat keputusan manajemen atau yang dikenal dengan agency
problem atau hubungan antara principal dan agent. Weston, 2001. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance atau GCG merupakan :
1.
Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis antara peran dewan Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para stakeholder lainnya.
2.
Suatu sistem pengecekan, perimbangan kewenangan atas pengandalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang : pengelolaan
salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.
Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka Good Corporate Governance atau GCG dalam penelitian ini adalah suatu struktur yang mengatur pola hubungan
harmonis antara peran dewan Pengawas, Pengurus, Manajer dan Karyawan pada KSP Karya Niaga.
2.2.2. Sejarah Good Corporate Governance