35
1. Ventilasi Gedung dan Sumber Polusi
Sistim pendingin gedung dirancang dan dioperasikan tidak hanya untuk pendinginan tetapi juga untuk mencukupi pertukaran udara dari dalam dan luar
gedung.Masalah timbul saat sistim pendingin tidak dapat membawa udara luar ke dalam gedung, hal ini menyebabkan kualitas udara dalam gedung menjadi buruk.
Buruknya ventilasi dapat juga terjadi jikasistem pemanasan atau heating, ventilasi dan air conditioning HVAC tidak efektif mendistribusikan udara dan menjadi
sumber polusi udara dalam ruangan, menyebabkan gangguan kesehatan dan kenyamanan para pekerja.
American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning Engineers ASHRAE menganjurkan ventilasi dalam gedung minimum 15 m
3
menit dan sampai dengan 20 m
3
menit pada tempat-tempat tertentu, misalnya ruang khusus untuk merokok.
Gambar 2.6 Ventilasi Gedung
36
Sumber polusi dalam ruangan antara lain berasal dari karpet, perekat lem, mesin fotokopi dan bahan pembersih yang mengandung gas toksik dan
mudah menguap seperti formaldehid atau volatile organic compounds VOCs. Identifikasi dan mekanisme iritasi senyawa atau zat dalam ruangan yang dapat
menimbulkan SBS masih belum diketahui dengan jelas. Para pekerja kantor juga merupakan sumber polutan dalam gedung. Virus, bakteri, karbon dioksida, karbon
monoksida, aseton, alkohol, dan gas organik lain merupakan polutan yang dapat dikeluarkan oleh pekerja kantor melalui pernapasan dan keringat. Partikel yang
melekat pada pakaian yang berasal dari luar dapat disebarkan ke dalam lingkungan kantor. Asap rokok merupakan sumber terbesar partikel kimia iritatif
di dalam gedung. Ooi dkk.mendapatkan faktor stres secara signifikan berpengaruh pada terjadinya SBS.
Gambar 2.7 Sumber polusi udara dalam ruangan
2. Suhu dan kelembaban udara dalam gedung
Manusia dapat bekerja nyaman pada suhu 20-26°C dengan kelembapan 40- 60.Suhu ruangan dapat mempengaruhi secara langsung saraf sensorik membran
37 mukosa dan kulit serta dapat memberikan respons neurosensoral secara tidak
langsung yang mengakibatkan perubahan sirkulasi darah. Kelembaban dapat mempengaruhi gejala SBS dan terdapat hubungan
signifikan antara udara kering, lembab, suhu dengan gejala pada membran mukosa.Polutan kimia dan partikel pada kelembapan rendah dapat menimbulkan
kekeringan, iritasi mata serta saluran napas dan kelembapan di atas 60 menyebabkan kelelahan dan sesak.Perubahan tingkat kelembapan dan suhu
mempengaruhi emisi dan absorpsi VOCs.Akumulasi uap pada konstruksi gedung menyebabkan kelembaban dan pertumbuhan mikroba.Perubahan warna,
pengelupasan permukaan meterial, noda basah, perlekatan dan bau jamur merupakan tanda kelembapan. Sumber kelembaban berasal dari air hujan, air
permukaan, air tanah, air lokal yang tidak terdrainase baik dan mengalami kondensasi. Harrison dkk.melaporkan prevalensi gejala SBS berkaitan dengan
derajat polutan bakteri dan jamur di udara pada gedung perkantoran di Inggris. Dermatophagoides pteronyssinus dan D farinae adalah tungau debu rumah yang
sering ditemukan pada gedung lembap dan menyebabkan sensitisasi alergi. Beberapa pekerja kantor pada 19 gedung di Taiwan menunjukkan keluhan pada
mata, batuk dan letargi yang dikaitkan dengan kelembapan dan jamur. Aspergilus, Stachybotrys, Penicillium spesies merupakan jenis jamur yang sering ditemukan
pada pemeriksaan udara dalam gedung Dian Yulianti, 2012.
2.1.8.2.4 Gejala Sick Building Syndrome